Bayu menghentikan motor bersarnya di depan teras rumah Clara, pemuda itu mematikan mesin motor memandangi beberapa kendaraan teman-temannya sudah sampai, Misya turun dari boncengannya, gadis cantik itu membuka helm kemudian menyerahkannya pada Bayu yang tersenyum ceria dengan semangat mengambil helm ditangannya.
"Yu, kayaknya kita paling akhir ya datengnya?" tanya Misya.
Bayu mengamati satu persatu kendaraan teman-temannya disana sampai BMW putih memasuki gerbang rumah kemudian berhenti tepat disebelah motor besar milik Han.
Eira membuka pintu mobil, memasang wajah malas saat melihat Bayu yang tersentak ditempatnya berdiri.
"Ra, lo sama—Aksa?" tanyanya tak percaya saat melihat Aksa turun dari mobil.
Eira mendelik, dengan tak perdulinya langsung melenggang pergi memasuki rumah Clara diikuti Aksa setelahnya.
"Lo gak baca grup emang?" tanya Misya.
Bayu memiringkan kepala tak paham, "Grup?"
Misya mengangguk, "Jujur gue gak enak banget pas lo bilang mau jemput, jadi gue baru aja mau bales gak usah jemput tapi tiba-tiba Aksa muncul digrup terus bilang mau jemput Eira" jelasnya.
Bayu mengerjap, "Serius?" tanyanya tak percaya.—dalam hati bersorak bahagia karena sepertinya ini akan menjadi langkah baru dikehidupan sahabatnya itu.
Bayu tahu, bahkan sangat mengetahui apa yang terjadi pada hati Eira. pemuda itu tahu jika Eira menyukai Aksa.
"Yu"
Bayu tersentak dari lamunannya, menoleh pada Misya yang sedari tadi memperhatikannya.
"Ayo masuk, kenapa bengong?"
"Oh iya ayo"
-🧚♀-
Niat awal mereka berkumpul mungkin karena ingin membuat struktur kelas, namun sudah hampir jam 7 malam yang mereka lakukan hanya tertawa heboh.
Sisa yang mengerjakan struktur hanya manusia-manusia yang sedikitnya masih punya kewarasan.
Jidan menggeleng lelah disamping Alma yang baru selesai menempel beberapa riasan kecil pada struktur organisasi yang terlihat cukup aesthetic itu.
Eira yang berada disebelah Aksa melirik pemuda itu, menyaksikan betapa kerennya Aksa saat ia menggerakkan tangannya pada kertas karton besar yang sedang ia sulap menjadi sebuah maha karya.
Tugas bagian gambar menggambar Jidan serahkan pada Aksa, Haksa serta Yoshi.
Tiga pemuda itu sama-sama punya sentuhan ajaib.
"Oke, selesai" ucap Misya tersenyum simpul disebelah Haksa yang juga tersenyum menanggapi.
Eira beranjak dari duduknya, celingukan menatap teras rumah Clara yang banyak ditumbuhi tanaman hias, gadis itu kembali mengingat kejadian sore tadi sebelum magrib.
Saat gadis itu sengaja keluar rumah Clara hanya untuk menatap senja yang nyatanya terlihat indah disana, ada bangku panjang berwarna putih yang langsung Eira duduki.
Sebenarnya kala itu Eira hanya berniat menatap sebentar hanya untuk mengagumi betapa indahnya ciptaan tuhan yang sepatutnya disyukuri, namun saat gadis itu beranjak dari duduknya sudah hendak kembali memasuki rumah Clara, seseorang berhenti kemudian berdiri disebelahnya.
"Disini dulu sebentar, temenin gue"
Eira rasanya ingin berteriak saat ini juga kala mengingat itu.
Apa katanya?
'Disini dulu sebentar, temenin gue'
Eira tidak akan sekalap ini jika yang berucap demikian adalah Bayu atau Justin yang notabenenya adalah pemilik tahta tertinggi per-ambyaran para gadis.
Atau Jidan si ketua kelas idaman yang tegas dengan pembawaan tenang.
Ah... Atau bahkan Yoshi, prince charming sekolah yang ketampanannya bak anime hidup.
Atau .... Siapa lagi coba sebutkan pria-pria tampan idaman para gadis di YS High School?
Mau seberapapun jumlahnya, sungguh, Eira tak akan bergeming sedikitpun karena yang berbicara dan yang menyuruhnya untuk tetap tinggal adalah seseorang yang membuatnya jatuh hati.
Jatuh sedalam-dalamnya sampai titik terdasar.
Seseorang yang cukup dengam lirikan matanya saja sudah bisa membuat Eira lemas, serta seseorang dengan bakat luar biasa yang selalu Eira kagumi.
Arthur Raksanendra Willson.
-🧚♀-
Tangerang, 06 Juli 2022
KAMU SEDANG MEMBACA
Orange √
Ficção Adolescente[2A1 Series] Eira Fresca Anuhea. Namanya full berarti dingin, mungkin kehidupannya juga ikut dingin jika tak ada Bayu, tetangga lima langkah yang selalu memberinya kehangatan. Namun, si dingin masih belum cukup merasa hangat meski terus diberi api. ...