18 : Bandara dan Rumah

306 41 1
                                    

Bandara, 13.23 PM

Disinilah Aksa berada, menunggu seseorang yang selama ini ia rindukan, setelah mendapat kabar jika ibunya sudah mendarat dibandara, pemuda itu langsung cepat meninggalkan area sekolah.

Teman-teman kelasnya mungkin saat ini sudah berkumpul dirumah sepupunya, Stella. sebab ibu Stella sendiri yang sengaja ingin menjamu teman-teman anaknya dengan berbagai macam makanan, katanya sih syukuran atas kerja keras mereka selama mempersiapkan pensi.

Aksa menunggu dengan tak tenang, sudah tak sabar.

Matanya berpendar kesana-kemari mencari, sampai satu lambaian tangan dari wanita paruh baya dengan dress selutut itu sukses membuat senyumnya tertarik.

Aksa berjalan cepat menghampiri, sudah seperti berlari, sampai tepat dihadapan ibunya, pemuda itu tak tahan langsung mendekapnya.

"Ma .... Anata ni aenakute totemo sabishī"
[aku sangat merindukanmu]

Ibu Aksa mengangguk, ia juga sama merindukan putra tersayangnya.

Mama Aksa melepas pelukan, kini menaruh kedua tangannya diwajah pemuda itu, menatapnya dengan penuh kasih.

"Shin'ainaru ... kamu baik-baik saja kan selama ini? Teikitekini tabemasu ka? Gomen'nasai.... Maafkan mama ..."
[Sayang]
[Apa kamu makan dengan teratur? Maafkan aku]

Aksa menggeleng, ia ingin menutupi kesedihannya, namun tidak kepada sang ibu, Aksa tak bisa.

Hanya kepada ia lah Aksa bisa mengadu, berkeluh kesah, serta membagi seluruh beban yang terlalu berat ia pikul.

"Asa capek ma, Asa mau berhenti ..."

Mama Aksa menggeleng, air matanya sudah lolos sedari tadi, ia tau putranya ini kuat, namun ia juga tau jika Aksa masihlah anak-anak, Aksa masih putra kecilnya yang manis.

Memikirkan beban berat yang harus Aksa pikul selama ini membuatnya semakin merasa bersalah, bahkan tujuan wanita itu kembali saat ini juga hanya untuk memberikan satu beban lagi pada putranya.

Satu beban yang mungkin akan langsung membuat putranya tak lagi bisa memikulnya.














-🧚‍♀-

















"Katanya rumah Aksa lebih gede karena itu rumah utama"

Sungguh, apa Bayu sama sekali tidak peka jika Eira sedang insecure parah saat ini?

Pemuda itu malah berbisik tepat ditelinganya, melihat bagaimana besarnya rumah Stella sungguh membuat Eira semakin merasa kecil.

Eira tau Willson adalah salah satu dari lima keluarga terkaya diindonesia, tapi gadis itu sama sekali tidak pernah membayangkan bisa melihat satu bentuk kekayaan berupa rumah besar Stella kini.

Benar-benar seluas samudera.

Bayu bahkan dengan tak tau dirinya langsung mengajukan diri ingin menjadi selir, serta Kai yang juga mempromosikan diri sendiri sebagai gelandangan yang diasuh.

Eira menoleh kesana-kemari, furnitur indah dengan berbagai ukiran, serta lukisan-lukisan besar yang Eira tebak bisa sampai ratusan juta itu banyak terpajang diruang tamu yang kini menjadi tempat mereka dijamu.

Alma mencomot satu potong semangka dimeja panjang kemudian mendekat pada Eira yang masih diam sedari datang hanya sibuk melihat-lihat kemegahan rumah Stella.

"Kenapa, Ra?"

"Ah, enggak papa cuma speechless aja gue gak nyangka keluarga Willson sesultan ini" jawab Eira.

Alma mengangguk, "Ini bahkan belum seberapa kalo dibanding sama rumah Aksa, masih tiga kali lipat lebih gede" jawab Alma santai.

Eira meneguk ludah susah payah, "Apa karna rumah Aksa itu rumah utama?"

Kembai Alma mengangguk, "Gue gak pernah kerumah Aksa sih, cuma Stella pernah cerita, katanya percuma rumah Aksa mau segede benua sekalipun, karena yang nempatin cuma Aksa seorang"

Eira tentu saja kaget, jadi selama ini Aksa tinggal sendiri?

"Maksudnya gimana, Al?"

"Gue kadang kasian tiap Stella cerita soal Aksa, dia sering keliatan murung, bahkan katanya jadi susah bersosialisasi karena emang sedari kecil dibatasi" jelas Alma.

Eira masih dengan keterkejutannya, gadis itu kembali mengingat awal pertemuannya dengan Aksa ditaman komplek kala itu.

Aksa hanya diam menatap senja sambil memangku buku gambar, matanya fokus menerawang jauh dengan ekspresi datar.

Sekarang gadis itu bisa menyimpulkan jika Aksa kesepian.

Sama seperti dirinya.

Tapi setidaknya Eira masih punya Bayu dan kedua orangtua pemuda itu yang sudah ia anggap seperti orangtuanya, serta Bi Inah, Orang yang sudah merawatnya sedari kecil.

Tapi Aksa?

Pemuda itu tak punya satupun orang yang bisa ia ajak bicara jika pemuda itu sedang kesepian.

















-🧚‍♀-













Tangerang, 13 Juli 2022







Orange √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang