26 : Pelukan

307 43 0
                                    

Malam itu, Aksa mendapat kabar keberadaan Jidan, pemuda itu meloncat dari jendela kamar yang untungnya berada dilantai dasar.

Aksa sebenarnya takut ayahnya akan mengetahui jika ia tak ada dirumah, tapi harus bagaimana lagi? keselamatan Jidan lebih utama baginya.

Sukses keluar dari kamar, Aksa celingukan, pemuda itu bingung sendiri karena banyaknya penjaga, tidak mudah melewati mereka yang sudah jelas tak akan bisa merahasiakan kepergiannya dari rumah.

Aksa menghubungi Justin agar menjemputnya, pemuda itu kini berlari cepat menuju gerbang rumah, tak mudah, karena sungguh, jarak antara rumah dengan gerbang benar-benar tak dekat.

Dibutuhkan waktu sampai dua puluh menit hingga ia bisa mencapai gerbang, walau berlari, namun Aksa harus sesekali bersembunyi dari para penjaga yang berseliweran.

Motor Justin sudah sedari lama berada didepan gerbang rumahnya, kini giliran Aksa yang bingung bagaimana harus melewati gerbang dengan ketinggian dua kali lipat dari badannya itu.

Beruntung ada pohon besar diantara gerbang dan motor Justin hingga membuatnya dengan mudah melewati gerbang dengan cara memanjat.







-🧚‍♀-




Eira dan para gadis lainnya berkumpul dirumah Ana, berpegangan tangan berdoa bersama demi keselamatan teman-teman mereka terkhusus untuk Jidan dan Yoandra,—pemuda yang dicintai Clara, sebab sudah tiga hari keduanya menghilang.

Clara menangis histeris dipelukan Eira, ia juga ikut merasakan kekalutan yang juga dirasakan gadis itu, Eira jelas takut, ia mengingat seberapa menyeramkannya dua orang yang kala itu mengikutinya, juga mengingat saat dimana Clara pernah hampir direnggut keperawanannya oleh lima orang pemuda yang sama.

Tiga jam berlalu sampai akhirnya Stella berseru.

"Mereka berhasil" kata Stella menoleh pada teman-temannya yang sedari tadi menunggu dengan tegang.

"Tapi keadaan keduanya jauh dari kata baik-baik aja"

Clara yang sudah banjir oleh air mata itu menangis semakin histeris saat mendengar lanjutan kalimat penuh luka dari Stella.

Clara menggeleng kuat, "Enggak! Enggak mungkin!" Eira disebelah gadis itu kembali memeluknya menenangkan, Clara sudah banyak menangis bahkan sedari pertama Yoan dikabarkan menghilang.

Yuna menoleh pada Ana yang sedang menunduk menahan tangis, "Yoshi udah ngabarin?"

Ana mengangguk kemudian berdiri, "Kita kerumah sakit sekarang"


-🧚‍♀-

Setibanya dirumah sakit, hal pertama yang Eira cari adalah Aksa, matanya berpendar gelisah mencari, namun tak juga ia bisa melihat penampakan tegap pemuda itu.

Beberapa saat berlalu hingga derap langkah terdengar mendekat.

Eira menoleh melihat Aksa dan Bayu berjalan tenang menenteng seplastik minuman.

Gadis itu reflek berlari mendekat, kemudian memegang pipi Aksa dengan kedua tangannya, "Lo gak papa kan? enggak luk—eh ini kenapa biru gini?" tanyanya khawatir.

Aksa tertegun sesaat namun reflek mengaduh saat Eira memencet lebam disudut bibirnya.

"Enggak papa Ra, cuma kena tonjok dikit doang" katanya santai.

Han disamping Bayu menepuk pundak pemuda itu, "Sakit ya?" ucapnya.

Bayu mendelik, langsung menggeplak Han tak santai, "Moncong lu sini gue tarik biar panjang"

"Orang yang lagi cemburu kalo ngomong gak santai ya" sahut Kai disebelah Han yang tentu mendapat delikan tajam dari Bayu.

"Cemburu mata lo picek"

Bayu menendang kaki Kai yang mengaduh kemudian melipir sedikit kepojokan memperhatikan interaksi dua insan yang saling mencintai itu dengan ekspresi tak terbaca.

Jujur saja Bayu takut, ia takut jika apa yang ada dalam fikirannya terjadi, ia takut Aksa akan menyakiti gadis itu.

Sementara objek yang menjadi perhatian Bayu saat ini sedang berpelukan, menghilangkan segala rasa rindu yang selama ini keduanya tahan, Eira tak perduli jika teman-temannya akan mengetahui hubungan mereka.

Gadis itu bahkan tak bertanya alasan kenapa Aksa secara tiba-tiba menjauh, ia tak ingin membuat Aksa berbicara karena yang Eira ingin saat ini hanya pelukan, pelukan hangat dari seseorang yang selama ini ia rindukan.

"Ra, maaf"

Eira menggeleng masih dalam pelukan Aksa, gadis itu tak mau melepasnya, ia terlalu takut jika nanti akan kembali dijauhi, Eira takut Aksa akan meninggalkannya.

"Asal lo baik-baik aja, itu cukup, Sa"










-🧚‍♀-






Tangerang, 21 Juli 2022














Orange √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang