27 : Perihal Rasa Sakit

301 36 0
                                    

"Kita pacaran"

Anak kelas melotot kaget, kompak menatap Yoshi dan Ana bergantian, pengakuan Yoshi barusan sungguh demi apapun sangat mengejutkan bagi mereka, berbeda dengan pemuda berdarah jepang itu yang berucap santai malah disertai kekehan renyah.

"Ci, Serius lu? jangan ngaku-ngaku" ucap Naomi yang sedari tadi diam disamping Justin yang juga diam, sama-sama senyap.

"Boongan doang" sahut Clara.

"LAH" lagi, anak kelas kembali melotot kaget.

"Maksudnya?" tanya Alma.

"Soal perjodohan Ana sama Aksa, waktu itu gak sengaja gue lagi sama Ana, dia narik tangan gue terus ngenalin ke ayahnya kalo gue pacar dia, soalnya Ana gak mau dijodohin" jelas Yoshi.

"DI JODOHIN?!"

"AKSA SAMA ANA?"

"ANJIR SPEECHLESS"

"GILA!"

Bayu ditempatnya menegak, sebenarnya sudah mengira, pemuda itu menoleh pada Eira yang hanya diam menunduk.

Bayu menipiskin bibir, netranya beralih fokus pada Aksa yang diam tak merespon.

"OH DI ACARA PEMBUKAAN BUTIK NYOKAPNYA CITO KAN?" Stella ngegas disamping Aksa yang langsung menggeplak gadis itu.

"Mulut" tegurnya.

"Iya maaf"

"Gue gak kesana sih tapi Aksa ce—" ucapan gadis itu terpotong saat tangan Aksa langsung membekap mulutnya.

"Diem, jangan bocor" bisik pemuda itu yang tentu membuat Stella memanyunkan bibir.

Anak kelas kelewat penasaran, pasalnya ini benar-benar berita besar untuk mereka, perjodohan? masih ada dijaman sekarang?

"Aksa apaan sih, kita kepo tauuuu" kata Nasya ikut memajukan bibir kesal.

Sedangkan satu gadis dikursi pojok dekat jendela menunduk, bibirnya melengkung murung, rasanya sudah tak ada kesempatan untuknya.

Dunia mereka berbeda.

Aksa yang terlalu berada diatas awan, sedangkan ia yang hanya bisa berdiam diri menanti awan agar mau berbaik hati menurunkan pemuda itu untuknya.

Untuk saat ini dan selamanya, menyadari ketidak mampuan adalah hal yang harus ia lakukan.

Aksa bukan untuknya.

Seorang Willson tidak bisa bersanding dengan Anuhea.

Eira berdiri dari duduknya, gadis itu tak ingin lanjut mendengarkan, "Laper banget buset, sebelum pak Bedu dateng gue mau ngantin dulu ya" ucapnya kemudian langsung beranjak keluar kelas.

"Ikut!" sahut Bayu langsung berlari merangkul bahu gadis itu, sebenarnya sengaja, ingin melihat bagaimana reaksi yang akan Aksa berikan.

Bayu cukup perlu untuk membalas dendam, ia yakin seratus persen tujuan Eira bukan kantin, gadis itu pasti sedang berusaha sekuat tenaga menahan bulir air mata yang akan menetes jatuh.

Tidak akan pernah Bayu biarkan.

Membuat Aksa cemburu saja sudah menjadi bagian kecil dalam misi balas dendamnya bukan?

Satu tetes air mata yang keluar dari mata cantik Eira akan Bayu balas.

Langkah kaki dua muda mudi itu berhenti, benar dugaan Bayu jika Eira tak ingin ke kantin, gadis itu membawa langkah kakinya menuju gedung belakang sekolah, tempat para murid menghirup udara segar ditengah pengapnya belajar.

Eira langsung berjongkok menutup wajah dengan kedua tangan, air mata yang sedari tadi ia tahan akhirnya melesak keluar.

"Sakit banget ... Yu" katanya ditengah senggukan tangis.

Bayu ikut berjongkok, yang bisa pemuda itu lakukan kini hanya memberi pelukan.

Bayu ingat jika ialah penyebab gadis itu tetap melangkah maju pada perasaannya untuk Aksa, Bayu sendirilah yang mendorong Eira untuk tidak berhenti.

Namun kini, pemuda itu cukup menyesali apa yang sudah terjadi, Bayu salah besar jika mengira Eira akan bahagia bersama Aksa, ia tak mengingat latar belakang pemuda pendiam itu.

Eira masih menangis dipelukannya, gadis itu masih berusaha menyalurkan rasa sakitnya.

"Enggak pantes banget ya? gue yang sekelas upik abu mau jadi permaisuri pangeran, emang gak tau diri!" racau Eira meremas seragam sekolah yang pemuda itu kenakan.

Bayu menggeleng, "Enggak, lo juga putri, lo putri saat ketemu pangeran yang tepat, sepatu kaca cinderella juga cuma bisa pas dikaki sipemilik aslinya, begitupun lo, lo bukan cuma putri Ra, lo ratu! jadi sekarang berdiri, angkat kepala lo, jangan sampai mahkota lo jatuh"

Eira mengangkat wajah penuh air mata itu, ia menatap Bayu yang menggeleng tersenyum mengulurkan tangan menghapus jejak air mata dikedua pipinya.

"Udah ya ... jangan nangis"

Eira mengangguk pelan, masih menatap Bayu didepannya bahkan tanpa menyadari jika ada orang lain diantara keduanya.

Tersenyum hambar menyaksikan.









'Kayaknya selain kehilangan kepercayaan papa, gue juga kehilangan rasa percaya diri buat gantiin posisi Bayu dihidup lo, Ra'











-🧚‍♀-




BAYU I LOP U








Tangerang, 22 Juli 2022


Orange √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang