28 : Keputusan Final

293 40 2
                                    

"Eira!"

Aksa melangkah cepat menghampiri Eira yang celingukan mencari kearah sumber suara, dapat Aksa lihat helaan nafas panjang yang gadis itu hembuskan saat netranya menangkap proporsi tubuh Aksa yang mendekat.

Aksa menipiskan bibir, sejenak menatap mata gadis itu hingga tepat saat Eira hendak berbalik pergi, pemuda itu langsung bergerak cepat menahan dengan pelukan.

"Ra ... Maafin gue"

Eira diam tak menyahut, bahkan untuk sekedar membalas pelukan pemuda itu saja tak ia lakukan.

"Gue gak bermaksud ... Karena jujur itu semua diluar kehendak gue"

Eira masih diam.

"Kita berdua sama-sama nolak Ra, orang tua Ana juga udah setuju buat batalin, tinggal gimana cara ngasih tau papa doang yang bikin gue bingung"

Eira tertegun sejenak, gadis itu ingin mengeluarkan suara, namun tubuh bergetar Aksa dipelukannya membuat ia mengurungkan niat.

Eira kaget tentu saja, tak menyangka jika Aksa akan menangis.

"Ra ... gue yakin pasti papa bakal nyalahin gadis yang gue suka, papa bakal ngelakuin apapun buat menuhin ambisi dia, dan gue gak mau lo kenapa-kenapa, karena itu gue ngejauh Ra, gue berusaha nyiapin diri buat ngelepas lo kapan aja"

Eira menggeleng dipelukan pemuda itu, dua tangannya reflek terangkat balas memeluk Aksa yang sudah sedari tadi menyalurkan beban beratnya, satu titik air mata menetes dari mata lentiknya, Eira menjauhkan diri, mengulurkan tangan memegang dua pipi Aksa yang sudah terkena lelehan air mata.

"Sa, enggak gampang bukan berarti enggak mungkin, dari awal gue sadar itu, gak gampang buat kita bareng karena dunia kita beda, lo diawang-awang sedangkan gue jauh didasar, untuk sukses maka diperlukan perjuangan, dengan keyakinan penuh pilahan gue jauh buat lo, selalu lo dan akan tetap lo, Raksanendra"

Aksa kembali memeluk gadis itu, ia berjanji pada diri sendiri tak akan pernah melepaskannya.

Aksa melupakan rasa tidak percaya dirinya akan bisa menggantikan posisi Bayu dihidup Eira.

"Kita berjuang sama-sama ya? pelan-pelan aja" ucap gadis itu kemudian.

Aksa mengangguk, seperti tersihir, pemuda itu tak bisa berbicara kembali, hanya menatap, mengangguk kemudian kembali memeluk.













-🧚‍♀-











"Apalagi ini, Raksanendra?!"

Seperti yang Aksa duga, pasti ayahnya sudah mendapat kabar dari ayah Ana perihal ia yang membatalkan perjodohan.

Awalnya Aksa yang ingin memberitahu langsung, namun pada akhirnya ia tak bisa, Aksa tak berani.

"Kemarin ingin sok menjadi jagoan, wajah babak belur serta kabur dari rumah! dan sekarang?? batal? Apa yang sudah kamu lakukan, Asa! Hal bodoh apa yang sudah kamu perbuat?!!!" bentak sang ayah tepat yang tentu hanya dibalas dengan kebisuan.

Aksa masih menunduk diam, tak berani mengangkat wajah.

"Jawab! apa karena gadis itu? Ha!!"

Kali ini Aksa mengangkat wajahnya, "Ini keputusan kita berdua pa, dari awal Ana juga gak mau dijodohin"

"Alasan, papa yakin kamu melakukan kebodohan karena gadis itu sehingga membuat Ana ingin menbatalkan perjodohan kalian"

Aksa menggeleng kuat, "Enggak pa, bukan karna Eira, dia gak ada sangkut pautnya"

"Oh, jadi Eira nama gadis itu?"

Aksa melotot kaget, dengan susah payah menelan ludah, ia bersimpuh kemudian menyatukan telapak tangan memohon.

"Jangan lakuin apapun pa, Asa mohon ... ini semua salah Asa jadi papa cuma boleh hukum Asa, jangan sentuh Eira sedikitpun pa, Asa mohon"

"Segitunya? sebegitu cintanya kamu kepada dia sampai rela membatah segala yang papa lakukan untuk masa depanmu, Raksanendra?!"

Aksa mengangkat wajah menatap sang ayah dengan berani, "Iya, Asa mencintai dia, dan Asa tidak akan membiarkan ayah menyentuhnya, Asa jamin itu"

Hening sesaat sampai kalimat final dari ayahnya keluar.

"Lusa kamu pindah ke Jepang"

Aksa menggeleng tak setuju, "Papa janji akan tetap membiarkan Asa disini sampai Asa lulus, enggak pa, Asa gak mau"

"Iya papa pernah berjanji, tapi itu akan terlaksana saat kamu dan Ana jadi menikah, tapi sekarang? apa yang bisa papa harapkan dari seorang anak pembangkang?!"

Aksa masih menggeleng tak mau, "Enggak pa, Asa gak mau"

Ayah Aksa tak mau mendengar, pria paruh baya itu berbalik tak ingin terus mendengarkan rengekan sang putra.

"Pa, Asa gak mau ..."











-🧚‍♀-





Mau heran tapi ini papa mertua, gimana dungsss:)))









Mau heran tapi ini papa mertua, gimana dungsss:)))

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tangerang, 23 Juli 2022
























Orange √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang