06 : Willson

384 50 6
                                    

"Jalan aja yok malmingan kita, jelek banget lo galau begini kayak bebek"

Bayu berdiri dari duduknya menarik tangan Eira yang sebenarnya malas berdiri.

"Ribet harus ganti baju" ucap gadis itu melihat pakaiannya saat ini, piyama bermotif doraemon.

"Gak usah" Bayu menyampirkan jaket miliknya dipundak Eira kemudian tanpa kata langsung berjalan keluar rumah.

Eira melengos mengikuti, setelahnya langsung naik diboncengan Bayu saat pemuda itu sudah membawa motornya berhenti didepan halaman rumah Eira.

"Mau kemana kita?" tanya Eira.

"Muterin jakarta" jawab Bayu santai.












-🧚‍♀-







Julian
Ikut ga?

Aksa
Ketemu ditempat biasa

Julian
Langsung kesana aja kenapa si sa?

Aksa
Biar bareng

Julian
Ribet






Aksa beranjak menarik jaket kulit hitam miliknya kemudian dengan cepat menuruni tangga.

Ayahnya sudah kembali ke jepang, jadi pemuda itu sedikitnya bisa bebas bernafas walau tetap terasa sesak karena desakan.

"Pak, Asa mau keluar, tolong siapin mobil ya" ucapnya pada salah satu pelayan yang bertugas mengatur kendaraan.

"Mobil yang ma—"

"Yang kemarin aja" potong Aksa cepat, tak mau ribet karena jujur saja pemuda itu malas selalu mendapat pertanyaan berulang seperti; mobil yang mana? atau motor yang mana? Ah... Rasanya Aksa mau menjadi orang biasa saja daripada harus menjadi konglomerat yang segala sesuatunya harus diatur seapik mungkin.

Setelah mobil sudah terparkir dihadapannya, Aksa langsung tancap gas menemui Julian ditempat yang sudah dijanjikan.

"Lama!" sentak Julian saat Aksa baru saja tiba, pemuda itu membuka kaca mobil menunjukkan cengiran khasnya.

"Yok"








-🧚‍♀-




Bayu memang serius dengan ucapannya untuk mengajak Eira memutari jakarta, pemuda itu baru berhenti saat gadis itu dengan brutal menepuk-nepuk pundaknya.

"Yu, Yu, Itu,... Itu"

Eira tak sabaran bergerak antusias diboncengan Bayu yang sudah menghentikan laju motornya.

"Itu apaan?"

"Itu,... Asa" Eira menunjuk dua mobil dipinggir jalan yang tentu langsung mengalihkan atensi Bayu.

"Lah, Julian?" tanya Bayu heran.

"Bukan Julian, itu yang satu lagi, Asa"

Bayu mengernyit, "Asa, maksud lo Aksa? Raksanendra Willson?"

Kali ini Eira yang mengernyit bingung, "Willson yang gue tau?" tanyanya ragu.

"Yups, Willson yang itu" jawab Bayu mantap.

"Kok lo tau?"

"Siapa si yang gak kenal Aksa? Anaknya emang gak pernah keluar, tapi pemberitaan soal dia gak pernah sepi, bahkan topik radio sekolah hampir tiap hari bahasannya Aksa, yakin banget gue tuh yang ngurus radio sekolah fans beratnya Aksa" cerocos Bayu yang masih membuat Eira mengernyit menanggapi.

"Tapi Ra, yakin Asa yang sering lo ceritain itu Aksa?" tanya Bayu yang tentu diangguki oleh gadis itu.

"Kenapa? Mau nyuruh gue mundur karena dia keturunan Willson?"

"Enggak"

"Terus?"

"Lanjutin, lo udah sampe sejauh ini, gak ada jalan buat puter balik, kalo mogok bakal gue dorong dari belakang"

Eirs tersenyum menanggapi, padahal hatinya berkata agar cukup sampai disini.

Karena memang tak ada harapan barang setitikpun jika sudah menyangkut dengan Willson.

Tapi,

Eira ingin maju, tekadnya bulat jika ia tak akan menyerah, benar apa kata bayu, gak ada jalan buat puter balik.

Setidaknya ia sudah mencoba, jika gagal ditengah jalan, Eira tak akan menyesal, sebab ia sudah berusaha mencoba.

Hanya soal perasaan Aksa saja yang bisa membuatnya menang, sebab berurusan dengan Willson sama saja mengirim diri sendiri untuk kalah.

Jika saja Aksa juga menyukainya, maka Eira menang.

Karena tujuan utama gadis itu adalah Aksa.







-🧚‍♀-







Tangerang, 01 Juli 2022












Orange √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang