Chapter 15 : Awan dan Langit

70 10 18
                                    

"Jangan mikirin masalah, mending mikirin antara telur sama ayam duluan mana?" — Alam (wibu)

"Jangan mikirin masalah, mending mikirin antara telur sama ayam duluan mana?" — Alam (wibu)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Aldean nembak gue."

"APA?" Ziva langsung menutup mulutnya. Beruntung sekali mereka tengah berada di dalam toilet, jadi Ziva tidak akan malu dan tidak akan ada orang yang menegurnya. "Sorry, maksud lo apa, Chel?"

Rachel menghela napas besar, menyandarkan diri dengan pasrah di tembok toilet yang dingin. "Bukan sekali dua kali, gue gak tau ini kali ke berapa dia nembak gue."

"Gue paham, sih, lo pasti masih bingung, Chel." Ziva mengangguk-angguk, sedangkan Rachel hanya mengedikkan bahu tak acuh menanggapinya. "Tapi, lo beneran gak ada gitu setitik pun rasa suka sama Aldean?"

Rachel menengadahkan kepalanya. "Kayaknya gue gak minat pacaran, deh, Va. Tapi Aldean ... ah, gue gak tau!"

"Kasian, sih, liat Aldean ngejar-ngejar cewek bego kayak lo yang malah ngarepin orang lain," tutur Ziva melemparkan delikan tajam pada Rachel.

"Itu karena sampe sekarang gue belum nemu jawaban pasti dan jelas kenapa Alam mutusin gue." Rachel memijat pelipisnya. "Dia juga gak punya pacar, atau bahkan deket sama cewek lain. Jadi gue mikirnya dia emang juga masih punya rasa sama gue."

"Kemungkinan besar Alam udah punya pacar baru. Contohnya pas sama lo dulu, kalian itu backstreet. Siapa tau sekarang dia juga ngelakuin hal yang sama, kan?" tanya Ziva sambil menggedik tak acuh.

Rachel menunduk. Perkataan Ziva selalu relate dengannya. Bisa saja Alam diam-diam mempunyai pacar. Tidak ada yang tahu karena cowok itu wibu—cukup dingin, agak pendiam, dan tertutup.

Ziva sebenarnya pusing dengan masalah antara Aldean dengan Rachel. Kadang Ziva berpikir, haruskah dirinya membenturkan kepala Aldean ke tembok agar cowok itu hilang ingatan dan melupakan Rachel? Atau pun melakukannya kepada Rachel agar cewek itu bisa melupakan Alam.

"Chel," panggil Ziva pelan sambil menatap Rachel lamat. "Sekarang, lo coba terima yang ada, dan lupain yang udah lalu."

***

"Mau ngapain? Kenapa ngajak gue ke belakang sekolah?"

"Alam," panggil Rachel gugup sambil menggigit bibir bawahnya. "Gak seharusnya gue ungkit masalah ini."

"Masalah apa?"

"Tentang keputusan lo waktu itu ...." Rachel menatap Alam ragu-ragu sambil meremas kuat rok seragamnya. "Kenapa lo mutusin gue?"

Seketika suhu berubah drastis saat Alam menatapnya dengan dingin. Tidak ada Alam si wibu yang orang lain biasanya lihat. Yang sekarang berdiri di depan Rachel adalah Lengkara Alam Pamungkas, cowok tegas yang sampai sekarang masih menjadi pujaan hati Rachel.

"Gue gak mau pacaran."

"Gak mau pacaran?" Rachel menatap Alam tidak percaya. "Terus, waktu itu lo nembak gue, kenapa?"

✔. ₊ The Piyak AddictTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang