Chapter 27 : Aldean Marah?

70 7 5
                                    

Entah karena akan ada acara apa, semua murid dipaksa untuk berkumpul di lapangan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Entah karena akan ada acara apa, semua murid dipaksa untuk berkumpul di lapangan. Murid-murid sudah menggerutu sedari tadi, karena matahari yang mulai naik membakar kulit.

45 menit telah berlalu, dan Kepala Sekolah masih anteng dengan pidatonya. Aldean hanya khawatir, Rachel terlihat pucat di sampingnya, dia takut tiba-tiba Rachel akan ambruk begitu saja.

"Lo pusing?" Aldean terus bertanya karena semakin khawatir.

Rachel menggeleng pelan dan berusaha tersenyum. "Gak pa-pa, Al."

"Lo ke UKS aja. Gue panggilin PMR." Aldean mengedar pandangan, lalu memanggil Viona yang mana adalah anggota PMR.

"Kenapa, Al?" tanya Viona heran.

"Bawa Rachel ke UKS, Vi, mukanya pucet."

Viona menatap wajah Rachel sekilas. "Dia gak pa-pa, kok, biasa aja. Gak usah lebay, deh, bentar lagi juga udahan."

Aldean mengerutkan keningnya marah. "Lebay, lo bilang?"

BRUK

Tanpa aba-aba, tubuh Rachel ambruk begitu saja, membuat beberapa orang terkejut dan langsung melipir untuk memberi ruang.

Aldean melemparkan tatapan mautnya kepada Viona. "Udah gue bilang dia butuh istirahat, dan lo malah diem? Lo becus gak, sih, jadi PMR?"

"Al, udah, Al." Abil menahan Aldean agar mengendalikan emosinya, karena sekarang mereka menjadi perhatian murid lain.

Aldean menyentak tangan Abil, lalu mengangkat tubuh Rachel dan berjalan cepat menuju UKS.

"Buruan ikutin gue!" teriak Aldean, yang langsung membuat Viona berjalan ketakutan.

"Macem-macem, sih, sama Aldean," gumam Ziva menatap punggung Aldean yang perlahan menghilang di balik kerumunan.

***

"Chel, lo gak papa, kan?" ujar Ziva panik setelah selesai upacara.

Rachel lantas membuka selimutnya, bernapas lega saat mengetahui bahwa yang datang adalah Ziva.

Sedari tadi, Aldean terus duduk di sampingnya sambil mengoceh dan marah-marah kepada Viona. Jadinya Rachel menutup wajahnya dengan selimut karena merasa tidak enak. Sekarang entah pergi ke mana pemuda itu.

"Lo kenapa? Kenapa bisa pingsan? Lo pasti belum makan, kan? Padaha—"

"Gue gak pa-pa," potong Rachel cepat, sebelum Ziva melontarkan pertanyaan yang lebih banyak.

Ziva membuang napas lega, lalu ikut merebahkan diri di samping Rachel, menatap langit-langit dengan sayu.

Rachel yang menyadari hal tersebut, lantas bertanya, "Kenapa lo?"

"Gue cuma capek aja," jawab Ziva, lalu membenarkan posisinya menjadi duduk. "Gue gak bisa nahan lagi rasa suka gue ke Abil. Gue harus gimana liat Abil ketawa-ketiwi sama cewek lain? Pengen marah, tapi gak punya hak."

✔. ₊ The Piyak AddictTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang