•06•

201 37 3
                                    

"Yakin?"

Liz mengangguk dengan mantap, "Daripada kamu pulang terus balik lagi, mending aku diantar sama dijemput bang Jeno."

Jungwon menghela nafas pelan. Ini masih pagi tapi Liz udah buat sebuah keputusan mendadak yang bikin Jungwon sesek nafas rasanya.

"Gapapa, aku bisa kok anterin kamu pulang. Sama aku aja ya!" Jungwon mengoyangkan tangan Liz. Mencoba merenggek, siapa tau Liz berubah pikiran.

"Won, sekolah sama rumah tuh jauh kalau kamu anter aku dulu yang ada ketinggalan latihan. Udah ya, lagian bang Jeno abang aku sendiri."

Usut punya usut, ini asal usulnya karena baru tadi subuh Jungwon mengabarkan ke Liz kalau dua minggu lagi dia bakal tanding basket untuk acara tahunan. Mau gak mau juga Jungwon bakal intens latihan basketnya.

Berangkat sekolah masih bisa bareng Liz, pulangnya yang kayaknya Jungwon gak bisa. Makanya tadi Jungwon menawarkan ojol pesanan dia buat ditumbangin Liz. Eh malah ditolak sama tuan putri.

Si Liz malah ngebabuin bang Jeno, tapi si Jungwon gak setuju. Tau gini tadi Jungwon gak bilang ke Liz biar masih bisa pulang bareng.

"Gak kasihan sama bang Jeno emang? Dia sibuk di kampus, loh."

Niatnya mau nakutin Liz, karena Liz ini tipe yang mudah luluh dan kasihan sama seseorang.

"Enggak, kan gunanya abang kaya gitu. Melindungin adeknya."

"Aku juga abang kamu loh, Liz."

Ini masih pagi kenapa Jungwon harus nyebut kalimat sakral yang bikin Liz menghela nafas panjang banget.

"Udah ya, Won. Aku tetep di jemput bang Jeno, kalau semisal bang Jeno sibuk nanti bisa minta tolong bunda atau mama mereka berdua kan bisa naik mobil." Liz masih mencoba memberi pengertian ke Jungwon.

Semalam setelah beberapa kalimat panjang dari Jungwon, Liz bertekad untuk sedikit menjaga jarak dari sahabatnya ini. Dan sepertinya Tuhan menghendaki semua niat Liz.

"Oke, tapi dalam perjalanan pulang kamu harus video call sama aku. Titik gak pake koma apalagi tanda seru."

Jungwon melipat kedua tangannya didepan dada. Liz menghela nafas panjang lagi, terlalu pusing sama permintaan Jungwon yang menurutnya sangat merepotkan.

Kalau gak diturutin Liz yakin Jungwon bakal ngambek dan mogok makan, Liz hafal semua tabiat Jungwon. Jadi dia tak ada pilihan untuk menolak.

"Iya," jawab Liz singkat.

Tapi dengan kalimat singkat dari Liz tadi, senyum Jungwon langsung merekah. Secara reflek dia memeluk Liz.

"Nah, gitu dong. Ini baru adekku sayang."

Bisa gak sih kalimat adeknya dihilangin. Liz lama-lama bisa gila denger kalimat itu dari Jungwon.

"Udah ayo berangkat, nanti terlambat." secara perlahan Liz melepaskan pelukan Jungwon. Ini tak baik untuk awal niatnya.

Mereka berdua masih berada didepan rumah Liz saat Jungwon memberi tahu tentang ketidakbisaannya untuk mengantarkan Liz pulang sekolah, sekalian menjemput Liz.

"Siap tuan putri?"

"Udah ah, Won. Jangan bercanda mulu." Liz memukul pelan lengan Jungwon, tapi yang dipukul malah ketawa.

"Iya-iya, cantiknya aku jangan ngambek ya."

Ayolah Won, Liz sudah ingin menangis sambil berteriak dengan rayuanmu pagi ini.





















FAMILY-Zone [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang