Liz tidak bisa melakukan apapun, begitupun Jeno yang juga bersedih melihat kesedihan Adiknya. Walau Liz tidak mengatakan keberatan atau tak mau berpindah dari rumah ini, tapi Jeno tau Adiknya ini sedang menata hatinya untuk menerima ini semua.
Dan salah satu hal terberat untuk Liz adalah Jungwon, ditambah mereka baru saja berbaikan dan berniat menjalin hubungan lebih dari sahabat, eh sekarang malah harus pisah. Untung Jeno jomblo jadi gak ada ayang yang harus ditangisi untuk ditinggal.
"Dek, udah enakan?"
Liz yang semula menatap koper berisi bajunya menoleh ke Jeno. "Udah, Bang."
Ada 3 koper dan 2 tas besar, benar-benar Liz akan pindah dari rumah ini. Inginnya semua ini hanya mimpi, tapi rasa sakit akibat jarum infus masih terasa dan nyata.
"Udah bilang Jungwon?"
Gelengan dari Liz membuat Abangnya menghela nafas singkat, jelas dan padat. Emang Liz gak NT, tapi endingnya juga bakal kepisah.
"Apa kita gak bisa tinggal disini aja ya, Bang? Liz pernah baca novel Adek Kakak tinggal berdua serumah sedangkan orang tua mereka diluar kota kerja. Apa kita gak bisa kaya novel yang Adek baca, Bang?" tanya Liz. Di setiap kalimatnya ada nada kesedihan yang sangat ketara.
Sebelum menjawab pertanyaan sang Adik, Jeno duduk disamping Liz, tepatnya dikasur sang Adik untuk yang terakhir kalinya. Sebab, kata Ayah rumah ini akan dikontrakkan karena mereka tak ada kerabat untuk meninggali rumah ini. Ayah tak menjualnya karena siapa tau mereka akan kembali kesini.
Tapi Liz berharap ia dan keluarganya tetap disini, tanpa pergi walau semenit.
"Adek tau kan Ayah itu posesif kaya gimana, ditambah Abang masih kuliah, masih remaja dan masih nakal-nakalnya ini, tapi Abang gak nakal-nakal banget kok," ucap Jeno menegosiasi kata "nakal".
Jeno melanjutkan kalimatnya. "Mungkin kelihatan mudah dan bisa dilakuin kaya novel yang Adek baca, tapi kembali lagi ke Ayah, dia gak akan kasih izin dan gak akan pernah. Adek anak cewek satu-satunya masih sekolah, Abang pun masih kuliah. Kita berdua masih butuh sosok Ayah dan Bunda."
"Adek gak inget Ayah pernah jatuh sakit gara-gara mikirin Adek yang berangkat kemah selama 3 hari pas SMP dulu?"
Ingatan Liz kembali dimasa SMP kelas 2. Dulu ia pernah mengikuti Perjusami atau Perkemahan Jum'at, Sabtu dan Minggu. Sempat Liz tak jadi ikut kemah karena Ayah melarang dan enggan mentanda-tangani surat Izinnya, tapi akhirnya Ayah mengizinkan sebab Jungwon juga ikut.
Tapi Liz malah mendapat kabar bahwa Ayahnya jatuh sakit, padahal saat itu baru 2 jam dirinya berangkat ke lokasi kemah dan malah mendapat kabar seperti itu. Berakhir Liz kembali pulang menemani Ayahnya sakit demam dan mengigau tak karuan.
Sesayang itu Ayah Jaehyun kepada Liz maupun Jeno. Coba bayangkan jika Liz dan Jeno hidup berdua disini dan Ayah serta Bunda tetap berangkat ke Kalimantan tempat baru dinas Ayah. Mungkin Ayahnya akan opname ke rumah sakit, Ayah tak akan bisa membiarkan Istri dan anaknya jauh darinya.
"Sayang, ada Jaehee sama Yoon dibawah."
Kedua Kakak beradik tersebut menoleh ke arah pintu dimana Bunda berdiri. Jeno lebih dulu berdiri dan mengulurkan tangannya kepada sang Adik.
"Yuk, tak gandeng biar kayak truk," ucap Jeno bercanda kepada sang Adik. Siapa tau bisa mengurangi rasa sedih Liz.
"Mau Bunda panggil mereka ke kamar Adek atau Adek yang ke bawah aja sambil gandengan kaya truk sama Abang?" tanya Bunda, sepertinya mengikuti permainan Jeno.
Liz tertawa pelan. "Mau ke bawah aja, mau gandengan kaya truk sama Abang."
"Ya udah, Bunda ke dapur ya mau siapin makanan ringan sama buah biar kalian nanti enak ngobrolnya."
KAMU SEDANG MEMBACA
FAMILY-Zone [End]
Teen FictionLiz dan Jungwon itu tetangga, satu sekolah dan satu kelas juga. Jungwon udah anggap Liz yang sahabatnya dari jaman bayik sampek remaja itu bagaikan saudara sendiri. "Kenalin, ini Liz tetangga sekaligus saudara gue." "Oh... cuma saudara, iya saudar...