"Bulan depan atau secepatnya kita pindah. Ayah gak mau kalau ninggalin kalian disini, walau ada Jeno yang jaga tapi Ayah gak bakal tenang. Maaf ya Bun, kalau keputusan Ayah ini agak egois."
"Enggak apa-apa, Bunda paham Ayah ingin yang terbaik buat kita bertiga."
Langkah kaki Liz terhenti didepan pintu dapur sekaligus ruang makan, disana ada Ayah dan Bunda. Sekilas Liz denger dengan jelas suara keduanya dan tiba-tiba hati Liz gak enak.
"Dor!"
"Abang!" Liz meganging dadanya yang dag-dig-dug setelah dikagetin Abangnya, si pelaku malah ketawa-ketiwi gak berdosa.
"Aduh, maaf ya Dek. Sengaja, haha."
Jeno langsung lari dan ikut gabung Ayah ke meja makan, Liz nyusul dan masih meganging dadanya yang ser-ser'an gak henti-henti.
"Nah, sarapan sudah siap!"
Keluarga cemara ini udah kumpul dimeja makan dan siap menyantap masakan Bunda Yerin pagi ini. Ayah selalu Kepala Keluarga memimpin doa dulu, biar nanti ga keselek pas makan. Ayah selalu ngajarin jangan bicara saat makan, jadi seperti hari-hari dan tahun-tahun sebelumnya acara makan kali ini sunyi.
"Adek buru-buru ke sekolah, gak?" tanya Ayah setelah melihat piring anak bungsunya udah bersih.
Liz ngelirik Abangnya, sebenernya masih kemusuhan tapi kalo dimusuhin nanti Liz gak dianter sekolah. "Enggak, Yah. Abang juga masih ngeteh."
Abang Jeno hobinya ngeteh, bukan ngopi. Katanya hidupnya dah pahit jadi lebih baik ngeteh aja biar ada manis-manisnya.
"Kalau gitu Ayah mau bilang. Bulan depan kita pundah ya?!"
"Kenapa Yah? Kita digusur Pak RT?" tanya Jeno, kepo soalnya kan keluarganya udah rajin bayar uang iuran, masa digusur Pak RT.
Ayah ketawa singkat. "Bukan, kita pindah karena Ayah juga pindah dinas dan Ayah gak mau ninggalin kalian disini."
"Itu keputusan Ayah dan semoga kalian berdua menerima."
Liz diam masih mencerna semua ucapan Ayahnya tadi yang seumur hidup gak pernah Liz bayangin. Kalau Liz pindah berarti dia bakal ninggalin semua yang ada disini, termasuk Jungwon.
"Bang, anterin Adek sana! Nanti terlambat si Adek." Bunda mentitah anak sulungnya dan langsung dilaksanakan.
"Adek!" Bunda beralih ke anak gadisnya. Dia tau apa yang dipikirin anak cantik ini.
"Jangan terlalu dipikirkan, nanti Liz sakit," ucap Bunda lembut sambil membelai surai panjang Liz.
"Maafin Ayah ya, sayang."
Liz geleng dan buang nafas perlahan. "Ayah jangan minta maaf, kan Ayah selalu ingin yang terbaik untuk keluarganya. Liz berangkat ya Yah, Bun."
Selepas pamit Liz keluar nunggu Jeno yang masih manasin motor. Katanya lupa manasin tadi pagi, alah bilang aja mau nguji kesabaran adeknya. Lama gak berantem soalnya.
"Jungwon kemana? Tumben dari kemarin gak sama dia?" Jeno inisiatif nanya begitu, biar gak sepi-sepi amat.
Liz juga baru sadar kalo udah dari kemarin Jungwon sama sekali gak manggil dia atau ngehubungin dia lewat ponsel. Liz juga lupa gak mampir ke rumahnya karena kemarin tugas sekolahnya banyak, Liz bahkan kemarin gak keluar kamar sekalipun.
Apa Jungwon ngambek gara-gara Liz lupa dia atau Jungwon kemana?
"Mau mampir kesana dulu gak? Tak kasih 2 menitan kalo mau kesana."
KAMU SEDANG MEMBACA
FAMILY-Zone [End]
Genç KurguLiz dan Jungwon itu tetangga, satu sekolah dan satu kelas juga. Jungwon udah anggap Liz yang sahabatnya dari jaman bayik sampek remaja itu bagaikan saudara sendiri. "Kenalin, ini Liz tetangga sekaligus saudara gue." "Oh... cuma saudara, iya saudar...