Gemuruh hujan bersenandung bersama rintik air yang membasahi bumi menjadi melodi yang menenangkan di kegelisahan malam. Taeyeon menarik resleting jaket ke atas hingga pangkal leher, menghalau udara dingin yang menusuk tulang. Andai saja Hyoyeon tidak mabuk berat mungkin Taeyeon bisa duduk dengan tenang di dalam mobil Yuri tanpa takut kehujanan. Dan sebagai satu-satunya orang yang membawa kendaraan, Yuri bertanggung jawab mengantar sahabatnya yang hampir tidak bisa menegakkan kepala.
“Kamu yakin tidak mau ikut bersama kami?” Yuri menyeret tubuh Hyoyeon untuk masuk ke dalam mobil sementara Yoona memayungi mereka dari arah belakang.
“Tidak apa-apa, aku naik bus saja”
Akan sangat merepotkan jika pria tersebut mengantar dua orang bersaudara mengingat lokasi tempat tinggal mereka yang bertolak belakang bagaikan kutub utara dan selatan. Setelah memastikan Hyoyeon duduk di kursi belakang mobil dengan aman bersama Yoona di sebelahnya, Yuri kembali berjalan ke tempat di mana Taeyeon berdiri.
“Ambil payung ini. Halte bus ada di depan gedung itu” Yuri melipat payung yang dia gunakan.
Pandangan mata Taeyeon mengikuti ujung jari telunjuk yang mengarah pada gedung tiga lantai, “terima kasih”
“Kami pulang dulu ya”
“Pelan-pelan saja bawa mobilnya. Jalanan licin” ucapnya setengah berteriak.
Roda mobil berputar perlahan-lahan melepaskan jejak basah yang terhapus oleh genangan air, meninggalkan sepasang mata yang dengan setia menunggu kepergian mereka. Taeyeon melangkahkan kedua kakinya secara bergantian menuju tempat di mana orang-orang menanti kedatangan bus. Dari kejauhan dia melihat gadis yang sudah tidak asing lantaran belum lama ini mereka baru saja bertemu. Bukankah gadis itu seharusnya pulang bersama temannya? Lantas mengapa dia duduk seorang diri di sana.
“Jessica?”
“Oh, Taeyeon. Kamu tidak pulang bersama yang lain?” Jessica sedikit menggeser tubuhnya agar terdapat cukup ruang untuk duduk.
“Tidak. Rumah kami berlawanan arah dan jaraknya cukup jauh" jawabnya seraya mengambil tempat kosong di samping gadis berambut pirang.
“Kamu sendiri kenapa ada di sini?”
“Suami Sooyoung menelepon. Dia minta dijemput di bandara karena penerbangan yang tertunda. Cuaca malam ini buruk” Jessica menggosok kedua telapak tangannya yang dingin.
“Pakai ini” secara naluri lelaki itu melepaskan jaket yang menyelimuti tubuh bagian atas.
“Eh, tidak perlu" tolak Jessica secara halus.
Taeyeon menarik nafas panjang. Dia tidak suka berdebat atas hal yang sepele. Haruskah dia berkata jujur tentang bra merah yang terlihat di balik kemeja kuning yang tembus pandang akibat sedikit basah? Tidak, itu terdengar tidak sopan. Atau mungkin ditambah sedikit pujian dengan mengatakan bahwa Jessica terlihat sangat seksi saat ini? Itu terdengar lebih buruk.
Jessica menoleh ke kanan saat merasakan sesuatu menggantung di bahu. Kini jaket hitam itu sudah berpindah tempat menutupi rambut panjang di belakang punggung. Jika sudah menempel di badan maka tidak ada gunanya lagi menolak.
“Terima kasih”
“Hm” Taeyeon menganggukkan kepala.
Satu menit berlalu.
Tiga menit terlewati.
Lima menit dan waktu terus berjalan.
Hening.
Lelaki pendiam bertemu gadis cuek.
“Kau suka bunga?” akhirnya sebuah keajaiban terjadi, Taeyeon memecahkan keheningan yang abadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Letter (Taengsic)
Fiksi PenggemarSudah menjadi kebiasaan Jessica selama dua tahun terakhir menuliskan sepucuk surat di setiap awal bulan. Cara bagi dirinya untuk berdamai dengan luka. Namun, apa yang terjadi ketika dia menerima sebuah surat balasan? Malaikat tidak mungkin ikut camp...