“Ah, sial” Taeyeon berkata kasar saat sebuah panggilan masuk mengganggu aktivitasnya yang tengah berlangsung.
Ibu jarinya menekan simbol merah di layar ponsel. Apa pun yang ingin dibicarakan oleh seseorang di sana bisa menunggu tetapi tidak dengan kesibukannya saat ini. Taeyeon sedang berada di situasi genting yang memerlukan konsentrasi tinggi. Namun, sekali lagi panggilan telepon masuk dari nomor yang sama.
“Halo” suara berat menyapa dari seberang sambungan.
“Cepat katakan ada apa. Aku sangat sibuk saat ini”
“Apa yang kamu lakukan?”
“ML” jawab Taeyeon singkat.
“Apa?!” spontan dia membanting kemudi mobil ke samping dan menginjak pedal rem. Tidak yakin dengan apa yang didengar Yuri bertanya lebih lanjut, “kau tidur dengan siapa?”
“Aku tidur sendirian. Di rumah tidak ada siapa-siapa. Keluargaku belum ada rencana berkunjung dalam waktu dekat” Taeyeon tetap menjawab meski bingung dengan arah pertanyaan tersebut.
“Bukan itu maksud aku. Tadi kamu bilang sedang ML sementara dunia tahu bahwa kamu menyandang gelar jomblo sejati. Jadi kamu ML sama siapa?”
Semakin banyak Taeyeon mendengar ocehan temannya, semakin pusing kepala itu untuk berpikir. Apa korelasi antara bermain game dengan status lajang.
“ML berlima dengan random”
“What the fuck, Taeyeon! ML dengan orang asing saja sudah berbahaya apalagi sampai lima orang. Aku tidak habis pikir apa yang membuatmu berani melakukan pesta sex padahal kan wajah kamu itu lugu lugu bangsat. Apa kamu menggunakan kondom?”
“Tunggu sebentar, aku tidak mengerti. Kondom?”
“Ya, jangan lupakan itu sangat penting sebagai pengaman dalam berhubungan badan”
“Aku tahu kegunaan benda itu tapi mengapa aku memerlukannya?”
“Karena di sana sedang ada pesta sex”
“Yah, kau gila! Siapa yang terlibat dalam hal semacam itu”
“Tentu saja itu kamu, Kim Taeyeon. Kamu sendiri yang mengatakan ML bersama lima orang yang tidak dikenal”
“Astaga, pantas saja aku merasa ada yang aneh dengan pembicaraan kita. ML yang aku maksud adalah mobile legends. Aku sibuk bermain game itu saat kamu menelepon dan posisiku sedang berada di base musuh”
“Ah, jangan gunakan singkatan mesum seperti itu. Maknanya bisa menyimpang” Yuri kembali menjalankan mobil di keramaian kota.
“Kamu saja yang pikirannya kotor. Ada apa menelepon?”
“Segera siap-siap. Aku sedang dalam perjalanan ke rumahmu?”
“Kenapa?” Taeyeon mencoba memutar ingatan jangka pendek, barangkali ada janji yang terlupakan.
“Aku mengajak Jessica untuk bertemu sore ini dan dia meminta aku untuk mengajak kamu juga. Katanya ada barang milikmu yang ingin dikembalikan. Bagaimana? Kamu mau ikut kan sore ini? Ayolah, sekali-kali menghirup udara segar di taman” Yuri tidak menceritakan keseluruhan isi pesan yang tertulis, menghilang bagian terpenting di mana wanita tersebut secara khusus meminta nomor telepon Taeyeon.
Entah apa yang membuat Taeyeon terdiam selama beberapa detik sebelum berkata, “okay”
“Benarkah?” kabar baik yang cukup sulit dipercaya. Terakhir kali Yuri memohon bantuan sekitar enam bulan lalu, Taeyeon menolak dengan tegas. Lelaki itu tidak mau dijadikan orang ketiga dalam kencan buta yang membosankan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Letter (Taengsic)
FanfictionSudah menjadi kebiasaan Jessica selama dua tahun terakhir menuliskan sepucuk surat di setiap awal bulan. Cara bagi dirinya untuk berdamai dengan luka. Namun, apa yang terjadi ketika dia menerima sebuah surat balasan? Malaikat tidak mungkin ikut camp...