Hi Love,
Maaf aku terlambat mengirimkan surat. Pekerjaan akhir-akhir ini begitu banyak, yang paling mengejutkan adalah Sunny hampir menyerah dan mengundurkan diri. Untung saja kami berhasil menahannya dan memberi beberapa saran sebagai pertimbangan.
Apa kau ingat lelaki bernama Lee Donghae yang aku ceritakan tiga bulan lalu? Dia mengajak aku makan malam dan kamu bisa menebak apa yang terjadi. Itu tidak berjalan baik. Tentu saja dia marah karena aku menolak perasaannya. Aku harap suatu saat dia dapat mengerti.
Aku juga berharap kamu tidak marah. Kamu harus tahu jika aku berusaha keras menepati janjiku untuk mencari kebahagiaan tapi bukan bersama Donghae. Aku tidak menemukan percikan itu saat bersama dirinya. Aku bahkan sudah lupa seperti apa rasa bahagia.
Banyak hal yang terjadi dalam waktu singkat. Aku berkenalan dengan wajah-wajah baru, beberapa teman pria dan wanita. Salah satu di antara mereka menunjukkan pola yang sama. Cara dia memberikan perhatian, mengirimkan pesan singkat, serta sorot matanya, mengingatkan aku kepadamu. Dan kau tahu minuman apa yang dia pesan saat makan? Espresso! Benar-benar gila.
Jujur saja, melihat begitu banyak persamaan di antara kalian membuatku takut. Sejauh ini aku mengabaikannya. Bersikap dingin dan tidak peduli. Sepertinya lelaki itu tidak mudah menyerah. Aku takut jika perhatian yang diberikan mengaburkan kenangan kita. Apa yang harus aku lakukan?
Ngomong-ngomong, apa di sana ada malaikat yang bertugas mengantarkan surat? Aneh sekali menerima surat yang berasal dari alamat rumahmu setelah satu tahun lebih kamu tidak membalas. Aku tahu itu bukan kamu.
So, hello stranger..
Siapa pun kamu di sana, terima kasih telah mengirimkan foto. Tidak perlu membalas surat ini dan abaikan saja surat-surat aku selanjutnya.
Thank you,
Jessica Jung.
***
Taeyeon melipat selembar kertas putih dengan goresan tinta hitam, menutup rangkaian kalimat panjang yang menceritakan kisah hidup seseorang. Itu tidak sopan. Namun sebagai penghuni yang sah, dia memiliki hak mutlak atas setiap benda yang berada di dalam rumah, tanpa terkecuali surat yang baru diterima hari ini.
"Taeyeon oppa tidak pergi makan siang?" Seohyun menarik cardigan rajut yang menggantung di sandaran kursi.
"Aku sedang banyak pekerjaan" ucap Taeyeon tergagap. Dia membuka laci meja dan menyembunyikan surat dengan cepat.
"Mau aku bawakan makanan?"
"Jika kamu tidak keberatan aku sangat berterima kasih"
"Santai saja, mau makan apa?"
"Hmm.. sesuatu yang pedas"
"Omongan tetangga dong" mereka tertawa bersama. Bukan karena lelucon yang lucu, melainkan selera humor mereka yang rendah.
Setelah melihat punggung Seohyun menghilang di balik dinding, ruangan itu kembali sunyi. Taeyeon meraih pegangan kayu secara perlahan, menyingkirkan amplop yang menutupi sebuah potret di bawahnya. Itu adalah foto yang dikirimkan bersama surat dari wanita bernama Jessica Jung.
Entah mengapa nama itu membawa pikiran Taeyeon berkelana pada seorang gadis cantik berambut pirang, menyukai bunga peony, dan tidak bisa mengendarai sepeda. Dia bertanya-tanya berapa banyak perempuan di Korea yang mempunyai nama Jessica.
Sepasang iris kecokelatan memandang lekat pada gambar dua dimensi yang mengabadikan momen di mana sebuah tangan memegang bunga aster berwarna putih, bunga yang banyak dijumpai di daerah pegunungan. Tanpa disadari seulas garis senyuman terlukis di wajahnya. Dan senyum itu semakin mengembang saat membaca tulisan di balik foto.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Letter (Taengsic)
FanfictionSudah menjadi kebiasaan Jessica selama dua tahun terakhir menuliskan sepucuk surat di setiap awal bulan. Cara bagi dirinya untuk berdamai dengan luka. Namun, apa yang terjadi ketika dia menerima sebuah surat balasan? Malaikat tidak mungkin ikut camp...