Hujan

172 38 21
                                    

Semilir angin yang berembus di bulan Maret membawa sedikit kehangatan menyambut pergantian musim yang kelak tiba di penghujung bulan. Rintik hujan turun membasahi ranting pohon yang kering, pertanda bahwa musim dingin akan segera berakhir. Dengan secangkir minuman hangat di tangan, sepasang bola mata coklat menikmati rinai hujan di balik lensa kaca mata.

“Apa kamu termasuk pluviophile?” Seohyun duduk di dekat jendela untuk berbincang bersama rekan kerjanya.

“Hah, apa itu?” lidah Taeyeon kesulitan mengeja kembali istilah yang terdengar asing di telinga.

“Pluviophile berasal dari dua kata yaitu pluvial yang dalam bahasa Latin berarti hujan, dan kata phile yang bermakna seseorang, atau dengan kata lain pluviophile merupakan sebutan bagi pencinta hujan” kegemaran Seohyun dalam membaca buku telah memberikan wawasan luas dalam berbagai hal.

“Ah, aku memang menyukai hujan” dia meminum seteguk teh hangat.

“Aku juga senang ketika hari turun hujan karena udaranya cocok untuk bermalas-malasan”

“Itu benar tapi aku pikir kamu tipe orang yang lebih senang beraktivitas”

“Ada kalanya aku hanya ingin berdiam diri di dalam rumah. Membaca buku atau pun menonton film yang menarik. Apa alasanmu menyukai hujan?”

“Ketika mengalami kesulitan tidur di malam hari, aku memutar alunan musik hujan pada ponsel selama satu atau dua jam. Terlepas dari suara gemuruh angin mau pun petir, tetesan air hujan yang jatuh di permukaan terdengar menenangkan” Taeyeon mengulurkan lengan ke luar jendela, menangkup hujan dengan telapak tangan.

“Beberapa orang mungkin beranggapan hujan mendatangkan masalah. Jalanan menjadi basah dan licin, jarak pandang yang pendek, berjalan di bawah payung sedikit merepotkan. Namun Tuhan memberikan keindahan setelahnya, pelangi muncul ketika hujan berlalu” sambung lelaki itu dengan seulas senyum.

“Aku harap hujan segera berhenti agar kita dapat cepat pulang dan melihat pelangi sebelum malam hari”

Pada dasarnya pelangi bisa muncul kapan saja asalkan mendapatkan cahaya terang. Kendati demikian fenomena tersebut memang jarang terjadi di malam hari karena cahaya bulan yang tidak cukup terang meskipun sedang dalam keadaan penuh. Bahkan ketika pelangi bersinar di tengah kegelapan malam, itu tidak dapat terlihat oleh mata telanjang.

“Sepertinya permohonanmu terkabul” Taeyeon meletakkan cangkir di atas meja lalu membereskan barang-barang yang berserakan. Tidak ada orang lain di dalam ruangan tersebut selain mereka berdua. Seohyun terpaksa menunggu hujan reda karena tidak memiliki payung. Sedangkan Taeyeon sengaja menunda waktu kepulangan untuk menikmati hujan.

“Aku pulang dulu ya. Sampai jumpa besok” gadis itu setengah berlari meninggalkan koridor.

“Hati-hati di jalan”

***

Tiiinnn..

Suara klakson mobil menghentikan langkah kaki yang berjalan. Taeyeon berputar setengah lingkaran menatap kaca depan mobil yang gelap. Samar-samar dia melihat sosok lelaki yang duduk di belakang kemudi.

“Masuklah” Yuri berteriak melalui setengah jendela yang terbuka.

“Apa yang kamu lakukan di sini?” Taeyeon memasang sabuk pengaman kemudian menyesuaikan sandaran kursi.

“Temani aku minum malam ini” roda mobil berputar secara perlahan menembus gerimis hujan.

“Tidak perlu jauh-jauh sampai datang ke sini. Cukup menelepon, aku pasti datang menemanimu di tempat biasa”

Love Letter (Taengsic)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang