Foto

217 41 17
                                    

Jessica membuka sisi belakang amplop yang masih tersegel, menarik bagian perekat sedikit demi sedikit hingga terlepas. Hampir dua tahun dia mengirimkan surat pada tempat yang sama. Tidak ada kabar, tidak ada balasan. Dan kini tiba-tiba sebuah surat tanpa nama muncul begitu saja.

Bukankah dia seharusnya senang mendapat surat balasan?

Tidak, itu menakutkan.

Bagaimana mungkin jiwa manusia yang telah berada di surga membalas jeritan hati seorang wanita seolah malaikat tidak mempunyai pekerjaan lain yang lebih penting dari sekedar menjadi penghubung atas kisah romansa yang menyedihkan. Itu tidak mungkin terjadi. Dia tidak hidup dalam dunia fantasi.

Kening gadis itu berkerut. Pemandangan alam yang indah diabadikan dalam sebuah foto yang terselip di sana. Jessica membuka celah lebih lebar, barangkali dia bisa menemukan selembar kertas berisikan kata-kata pengantar atau yang lain. Namun sayang, dia tidak menemukan apa pun selain gambar dua dimensi yang terjepit di antara jari telunjuk dan ibu jari. Dia penasaran terhadap sosok misterius di balik surat kaleng.

Sekali lagi Jessica mengamati gambar yang tercetak. Itu adalah foto di saat matahari terbit dengan kabut putih yang menyelimuti sebagian besar area layaknya sebuah maha karya dari atas awan. Benar-benar indah. Satu-satunya objek yang mengganggu keindahan adalah sepatu kotor dan celana jeans usang yang ikut terpotret di bagian tengah. Apakah hal tersebut sengaja dilakukan untuk menambah nilai seni? Entahlah, dia bukan ahli dalam bidang fotografi.

Dua menit telah berlalu, waktu yang cukup lama untuk memandang sebuah potret tunggal. Jessica memutuskan untuk menyimpan benda tersebut bersama dengan koleksi gambar lainnya pada buku album. Namun ketika dia tanpa sengaja membalikkan kertas foto, matanya menangkap sebaris kalimat yang tertulis di bagian belakang.

Setiap orang memiliki rahasia duka yang tidak diketahui dunia dan sering kali dia dianggap sebagai orang yang dingin padahal dia hanya sedang terluka

***

“Selamat pagiiiii” sapa Sunny dengan memanjangkan huruf vokal di akhir kalimat.

“Pagi" ucap gadis itu singkat.

“Astaga Jessica, apa semua hari di kalendermu adalah hari Senin? Pendek sekali jawabnya. Sekarang ini hari Jumat dan besok adalah akhir pekan, semangat dong!”

“Kamu tidak lihat awan mendung di atas kepalanya” bisik Sooyoung, rekan kerja satu tim.

“Lehernya sudah ditekuk sejak menjatuhkan pantat di kursi" tambah Heechul yang tidak ingin ketinggalan obrolan.

“Jika ingin bergosip maka menjauhlah. Aku bisa mendengar suara kalian yang berisik" jawab Jessica dengan wajah datar tanpa ekspresi.

“Apa kamu sedang ada masalah besar?” mereka bertiga serempak mengelilingi gadis berambut pirang.

“Tidak"

“Terlilit hutang besar mungkin?”

“Tidak"

“Ya Tuhan, jangan katakan kalau kamu.. hamil?”

“Tapi kan Jessica tidak punya kekasih"

“One night stand or friend with benefit” kata Heechul yang sudah dikenal dengan mulutnya yang bocor. Terkadang kebiasaan lelaki itu yang asal bicara tanpa berpikir panjang sedikit merepotkan.

“Yah, kami tidak sebrengsek dirimu yang suka bermain wanita”

“Cukup! Berhenti menebak apa pun yang ada di dalam pikiran kalian” Jessica setengah berteriak, tidak tahan mendengar omong kosong teman-temannya.

Love Letter (Taengsic)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang