Patah Hati

166 43 25
                                    

Yoona memainkan telapak kaki yang dibungkus sepatu warna hitam, mendorong secara bergantian di antara tumit dan ujung jari, menggoyangkan sepotong papan kayu yang tergantung di bawah tiang besi. Suara logam tua yang berderit menjadi alunan melodi yang bersenandung di tengah gemeresik angin musim dingin. Berdiam diri di bawah butiran salju adalah hal bodoh tapi siapa yang peduli, dia bahkan tidak menghiraukan buku-buku jari tangan yang telah memutih.

Tatapan mata kosong menyiratkan banyak arti. Seribu satu macam pertanyaan diawali dengan dua kosa kata, bagaimana jika, menjadi lingkaran setan yang tak berujung. Sedikit kekecewaan bercampur dengan penyesalan berhasil menciptakan gelombang kesedihan pada tingkat yang berbeda.

"Ayo pulang. Kamu bisa sakit jika terus bermain ayunan di tempat terbuka" Hyoyeon memperbaiki bentuk simpul syal yang melingkari leher sahabatnya.

"Apa aku tidak cantik?"

"Semua pria setuju bahwa kamu adalah primadona di sekolah. Kau ingat, Taeyeon pernah mendekatimu pada tahun ajaran pertama di sekolah menengah atas"

"Benarkah? Aku tidak pernah tahu hal itu" Yoona tertawa kecil membayangkan sosok pria yang tumbuh besar bersama dirinya menaruh perasaan lebih dari sekedar sahabat. Itu menggelikan.

"Tetapi dia menyerah setelah melihat kakak kelas kita. Lee Seunggi, Ji Changwook, Lee Jongsuk, siapa lagi lelaki yang menyukaimu, sebutkan saja nama mereka satu per satu"

"Lantas apa yang membuat diriku tidak menarik perhatiannya?"

"Haruskah aku menyeret pria bodoh itu ke dokter mata? Sepertinya dia mengalami gangguan penglihatan" gurau Hyoyeon disambut dengan senyum tipis. Tidak mudah untuk menarik kedua sudut bibir ke atas sementara hati berjuang menahan sakit.

"Kamu itu cantik. Jika Yuri memiliki pandangan yang berbeda maka kerugian besar bagi dirinya"

"Apa yang harus aku lakukan?" bisik Yoona lirih.

Bola matanya menatap nanar pada layar ponsel yang bercahaya, menampilkan postingan yang diunggah beberapa hari lalu. Itu berasal dari akun media sosial milik Kwon Yuri. Foto yang memamerkan siluet dua orang bergandengan tangan di hamparan salju putih. Dan kalimat yang tertulis di bawah gambar tersebut merupakan awal dari tragedi.

"Aku mengerti, kamu pasti akan merasa canggung saat bertatap muka dengan Yuri, apalagi jika dia datang bersama wanita itu. Namun takdir tidak bisa terus dihindari kecuali kamu berniat memutuskan tali persahabatan. Kamu bisa mengambil waktu sejenak untuk menenangkan diri dan berpikir jauh ke depan. Hidupmu tidak berhenti hanya karena satu lelaki"

"Cinta pada pandangan pertama adalah omong kosong. Namun, aku percaya bahwa cinta akan tumbuh seiring berjalannya waktu. Entah sejak kapan perasaan itu muncul. Nyatanya, aku selalu merindukan dia di setiap malam. Aku mengenal Yuri lebih dulu selama bertahun-tahun tetapi dia memilih wanita lain yang dia kenal dalam hitungan bulan. Ya, mau bagaimana lagi, mungkin dia memang lebih suka dengan wanita dingin dan cuek daripada yang cerewet dan banyak makan" Yoona beranjak dari duduknya lalu membersihkan bagian belakang celana.

"Ayo pergi liburan bersama. Kita bisa bermain ski atau ice skating. Aku juga ingin berendam di kolam air panas" Hyoyeon menarik lengan gadis yang lebih muda untuk menyejajarkan langkah kaki.

"Ide yang bagus. Siapa yang membawa mobil? Aku tidak berani mengendarai kendaraan di jalanan yang licin" meski Yoona benci berkeliaran di luar rumah melawan udara dingin akan tetapi saat ini yang dia perlukan adalah pelarian. Dia mungkin sulit untuk tersenyum, namun setidaknya hiburan itu membuatnya tidak menangis.

"Suruh saja Taeyeon. Dia yang terbaik dalam mengendarai mobil"

"Oh, aku kira liburannya cuma kita berdua"

Love Letter (Taengsic)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang