Bila ada yang mengatakan bahwa pria dan wanita dapat bersahabat tanpa melibatkan perasaan, itu omong kosong. Katakan bagaimana Yoona bisa menahan perasaannya setiap kali lelaki itu mengeluarkan kata-kata yang mengocok isi perut. Bahkan ketika dua temannya tidak mengerti dengan kisah konyol yang Yuri ceritakan, Yoona menjadi satu-satunya orang yang tertawa lepas.
Itu bermula saat Yoona terpilih menjadi anggota pemandu sorak di sekolah menengah atas, sementara Yuri menjadi anggota dari tim bola basket. Kebiasaan Yoona melihat lelaki itu dalam pertandingan olah raga menumbuhkan perasaan yang berbeda. Cara Yuri berlari, melompat dan mencetak angka, semua terlihat luar biasa. Memangnya apa yang dipahami oleh gadis berusia tujuh belas tahun?
Cinta? Hah, menggelikan.
Seiring roda kehidupan yang terus berputar, tidak ada manusia yang mampu menebak masa depan. Ujian terberat dalam persahabatan adalah tentang upaya menjaga perasaan.
Jatuh cinta, itu kecelakaan.
Mencintai? Itu pilihan.
"Apa itu benar?" Yuri menurunkan kecepatan larinya secara bertahap.
"Tentang apa?" Yoona yang berlari dengan kecepatan stabil memimpin beberapa langkah di depan.
"Perkataan Hyoyeon semalam" perbincangan terakhir mereka terus terngiang di kepala.
".........."
Tidak ada kata yang terucap, hanya deru nafas yang memburu seiring langkah kaki yang bergerak semakin cepat. Diam bukan berarti menghindar. Diam adalah jawaban nyata, bentuk lain dari pembenaran.
"Yah, tunggu aku. Pelan-pelan saja larinya" Yuri menyusul dengan kecepatan penuh.
"Perjodohan.. yang benar saja.. bicaralah.. dengan ayahmu.. aku tidak mengerti.. mengapa ayahmu.. memiliki.. jalan pikiran yang kolot" kalimatnya terdengar berantakan dengan nafas yang terputus-putus.
"Sejujurnya aku pikir itu bukan hal yang buruk" Yoona membuat lompatan besar pada langkah terakhir sebelum mengakhiri sesi olahraga di akhir pekan.
"Apa? Wah, sudah gila anak ini. Kamu akan menerima perjodohan kalian begitu saja? Sadarlah, kita hidup di masa yang berbeda"
"Sejak dulu aku terlalu fokus dengan pendidikan. Kemudian sibuk bekerja menghasilkan uang sehingga tidak mempunyai waktu untuk berkencan. Lagi pula ayahku tidak sekejam itu. Kami diberikan waktu untuk saling mengenal lebih dulu"
"Bagaimana jika lelaki itu berpura-pura baik di awal agar bisa menikah dengan kamu? Lalu dia akan menunjukkan sifat aslinya yang buruk setelah kalian berumah tangga"
"Mudah saja, kamu akan menangani kasus perceraianku" jawabnya disertai suara tawa.
"Dasar gadis bodoh. Ajak aku jika bertemu dengannya"
"Kenapa?"
"Aku harus pastikan dia adalah pria yang tepat"
Patah hati itu menyakitkan akan tetapi Yuri memiliki satu pendengar setia di setiap kisah percintaan yang tragis, dengan sekaleng bir dingin di malam hari atau semangkuk sup hangat di pagi hari. Seperti saat terakhir kali Jessica menghancurkan perasaannya, Yoona menawarkan sepasang telinga dan bahu untuk bersandar.
Bayangan Yoona akan segera mengakhiri masa lajang terpampang nyata dalam benak Kwon Yuri.
Dia seharusnya senang bukan?
Itu kabar bahagia.
Namun mengapa Yuri merasa tidak tenang?
Dia merasa gelisah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Letter (Taengsic)
FanfictionSudah menjadi kebiasaan Jessica selama dua tahun terakhir menuliskan sepucuk surat di setiap awal bulan. Cara bagi dirinya untuk berdamai dengan luka. Namun, apa yang terjadi ketika dia menerima sebuah surat balasan? Malaikat tidak mungkin ikut camp...