Sepasang bola mata almond menatap nanar pada setumpuk surat yang tergeletak di atas meja, seperempat bagian berupa surat kaleng dan sisanya menggunakan identitas asli sang pengirim.
"Jadi.. kamu adalah Mr. Stranger?" garis lengkung pada bibir merah muda tidak bisa dikatakan sebagai senyum bahagia.
"Hm.." mengelak hanya akan memperburuk keadaan dan membela diri bukan pilihan yang bijak.
Jessica melihat ke segala penjuru mata angin, mengumpulkan serpihan kenangan masa lalu yang berhamburan. Meski warna cat dinding dan langit-langit rumah itu telah berubah akan tetapi bentuk struktur bangunan masih tetap sama.
"Ketika aku memutuskan untuk datang kemari, aku berharap penghuni rumah ini adalah Kim Taeyeon yang tidak aku kenal"
"Mengapa?"
"Itu sangat memalukan. Kamu membaca semua ceritaku yang tidak diketahui orang lain"
"Andai aku tahu lebih awal mungkin aku akan datang menggedor pintu rumahmu. Kemudian aku berteriak, yah Jessica Jung berhentilah membuang-buang kertas, aduh!" Taeyeon meringis merasakan tenaga yang cukup besar menghantam tulang keringnya di bawah meja. Tendangan gadis itu benar-benar luar biasa.
"Kamu juga membuang-buang kertas dengan membalas suratku"
"Kalau begitu kita seimbang"
"Tetap saja rasanya memalukan"
"Apa kamu khawatir jika rahasiamu terbongkar? Aku bersumpah tidak akan membocorkannya kepada siapa pun. Lagi pula untuk apa merasa malu, menjaga perasaan yang utuh dalam jangka waktu lama itu mengagumkan, terlebih dalam kasusmu memerlukan perjuangan yang luar biasa. Apa kamu mau aku membuktikannya pada dunia?"
"Tentang apa?"
"Bagaimana jika aku mengirim pesan pada sebuah saluran radio yang disiarkan secara langsung di akhir pekan. Dalam pesan tersebut tertulis bahwa seorang pemuda bernama Kim Taeyeon menyukai perempuan cantik selama lebih dari tiga tahun. Dia sudah menyatakan perasaan cintanya, tidak hanya sekali tetapi berkali-kali"
"Yah, apa kau gila!"
"Sudah aku bilang, aku berani melakukan hal itu untuk membuktikan bahwa mencintai seseorang itu bukan hal yang memalukan. Jadi Nona Jung, aku sama sekali tidak keberatan untuk mengatakan yang keempat kalinya"
"Taeyeon-ah.." Jessica menggigit bibir bawahnya dengan helaan nafas panjang mengiringi panggilan nama lelaki itu.
"Hm?" Taeyeon mendorong kursinya ke belakang dan berpindah tempat mengambil bangku kosong di samping gadis yang tampak gelisah memainkan jemari tangan.
"Aku takut mengecewakan kamu" terlintas gambaran akan hancurnya tali persahabatan mereka seperti yang pernah terjadi sebelumnya bersama lelaki bermarga Kwon menyebabkan bulu kuduk Jessica merinding.
Namun di sisi lain, kenyataan bahwa Jessica menolak pernyataan cinta sahabatnya, tidak benar-benar menolak secara verbal, bukan disebabkan perasaan mereka yang bertolak belakang melainkan karena kekhawatiran yang belum tentu terbukti di masa depan, mendorong Taeyeon selangkah lebih berani.
"Mau bertaruh?" tangannya merogoh ke dalam saku celana mencari sekeping uang logam.
"Apa?"
"Bila kamu menang maka aku akan menuruti permintaanmu, apa pun itu tanpa terkecuali. Termasuk mengubur perasaanku kalau itu membuat kamu merasa lebih nyaman"
"Dan jka aku kalah?" Jessica penasaran dengan hadiah apa yang Taeyeon minta atas nasib buruknya.
"Kamu akan tahu nanti"
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Letter (Taengsic)
FanfictionSudah menjadi kebiasaan Jessica selama dua tahun terakhir menuliskan sepucuk surat di setiap awal bulan. Cara bagi dirinya untuk berdamai dengan luka. Namun, apa yang terjadi ketika dia menerima sebuah surat balasan? Malaikat tidak mungkin ikut camp...