Chapter 1

216 25 0
                                    

Tunggu dulu!

Apa maksudnya aku kembali ke masa lalu?

Aku?

Plak!

Tamparan keras mendarat dipipi. Pipi yang sama yang satu detik sebelumnya berdenyut nyeri karena cubitan maut Misato, sekarang makin membengkak. Pinggiran cermin kugenggam erat erat sampai buku jariku memutih. Atas bawah atas bawah atas bawah, berkali kali aku memeriksa tampilanku, tak salah lagi, aku benar benar kembali menjadi aku di masa lalu.

"Bagaimana bisa?????" Aku menekan kedua pipiku dengan kedua tangan sampai bibirku maju membentuk moncong bebek, "Ini pasti mimpi!!"cetusku.

"Shinji-kun!!"

"Iya???!" aku menyahut secara refleks.

"Kemari!!"

Aku berbalik dari hadapan cermin, dengan seribu pertanyaan didalam kepala, aku berjalan pelan keluar dari ruangan-atau sekarang bisa kusebut Kamarku-. Tangan kiri mencengkram kepala dengan kuat, aku menatap lurus kearah ibu jari kaki.

"Shinji-kun." Suara Misato membuatku mengangkat wajah, wanita itu tersenyum lembut kearahku, ia memberikan gagang telepon dan dengan suara pelan ia berbisik, "ini ibumu, beritahu dia kalau kau sudah benar benar sehat..."

Tak bergeming, aku memiringkan kepala dan membalas, "tapi ibuku sudah meninggal saat ulang tahunku yang ke dua puluh satu?"

Sudut bibir Misato berdenyut jengkel. Kugaruk kepalaku meski tak gatal, sejurus kemudian, cubitan maut kini menyasar pipiku yang satunya, "aw!!!" Aku mengaduh dengan keras.

"Shin-chan???" Suara ibuku.

"Ah maaf Yui-san, demam terus menerus selama satu minggu membuat Shinji meracau tidak jelas, hahahaha..."kekeh Misato sambil mengibas-ngibaskan tangannya didepan wajah.

"Apakah kau yakin dia sudah benar benar sehat?"

"Aku yakin sekalii Yui-san, dia sudah bisa bangun dan berjalan dari tempat tidurnya..."

Sekarang kedua pipiku terasa nyeri, keduanya berdenyut hebat. Pasti pipiku terlihat bengkak seperti disengat tawon besar.

Dia kembali memberikan gagang telepon padaku, kini bukan lagi senyuman lembut yang tersungging kepadaku, melainkan tatapan yang seolah berkata 'bicara aneh aneh lagi, kau akan kucubit sekuat tenaga'. Cukup untuk membuatku bergidik ngeri dan langsung menyambar gagang telepon.

"Halo..?"sapaku.

"Shin-chan... Apa kau sudah sehat, sayang?"

Suara ibu... Aku bisa mendengar suara ibu lagi ...

Desir hangat menyusup kedalam dada, aku mempererat genggamanku ke gagang telepon, tanpa aku sadari kedua mataku mulai berkaca kaca, sebelum aku sempat menjawab pertanyaan ibu, air mata meleleh dipipi kiri.

"Shin-chan??"

Aku terisak, "ibu... Aku, merindukan ibu..." dan mulai menangis tak karuan.

Misato yang sedari tadi masih anteng menonton aku temu kangen dengan ibu, terkejut melihatku menangis seperti anak kecil.

"Shinji-kun???"

Aku masih sesegukan, tak bisa membalas semua perkataan ibu, ya aku bisa mendengar suara nya yang panik bertanya soal keadaanku dan memanggil manggil Misato, tapi aku tidak mau melepaskan genggaman tanganku.

Aku ingin mendengar suara ibu lebih lama, karena aku sudah tak mendengarnya selama dua tahun setelah dia meninggal saat ulang tahunku yang ke dua puluh satu.

"Aku baik baik saja, ibu..."

Meskipun bisa aku sadari kalau Misato masih mematung ditempat, bingung dengan apa yang terjadi dan tidak bisa berbuat apa apa untuk menghentikan tangisku. Aku tetap sesegukan didepan gagang telepon.

Sparkle [Kawoshin fanfiction]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang