Di sepanjang trotoar yang sepi dan ditutupi salju, jejak kakiku tercetak memanjang menuju taman bermain yang berada di seberang gedung sekolah menengah pertamaku. Tempat aku bertemu dengan gadis yang memperkenalkan dirinya sebagai Mari Makinami Illustrious, yang tiba-tiba saja memanggilku dengan panggilan 'Wanko', yang berlagak akrab seolah telah mengenalku sejak lama. Dan baru kuketahui, bahwa kami memang sudah kenal sejak lama.
Foto yang diambil ketika aku berusia delapan tahun, ketika ayah dan ibu masih bersama, tak salah lagi, gadis itu adalah dia.
Jika aku ingin mengetahui jawaban atas semua pertanyaan yang selama ini tersimpan di kepalaku. Maka, aku harus menanyakan langsung kepadanya.
Aku harus bisa mencapainya.
"I found you."
Aku menghentikan langkah kakiku tepat di pintu masuk taman bermain. Nafas yang berhembus dari mulutku menciptakan semburan udara yang keluar tak karuan.
Disana, aku melihatnya. Mari duduk sendirian pada salah satu ayunan besi sembari memunggungiku.
Cuaca begitu dingin, tapi ia tak mengenakan apapun selain seragam sekolahnya yang tipis dan pendek.
"Hm? Wanko-kun?" Ia berucap tanpa menoleh.
Aku menelan ludah dan membenamkan setengah wajahku kedalam syal krem yang melilit di leher seraya maju beberapa langkah memasuki kawasan playground. Mari masih duduk disana seraya mengayun-ayunkan dirinya secara perlahan.
"Mari-san .. hah.. siapa .. sebenarnya hah .. kau?"
Mari tak kunjung membalikkan badan. Ia bergeming diatas ayunan sembari menyenandungkan sebuah lagu.
"Mari-san! Tidak .. Maria Iscariot."
Senandung itu berhenti, begitupula ayunan yang engselnya tak lagi berderit. Aku mengatur deru nafasku. Lelah luar biasa aku rasakan. Sekujur tubuhku terasa sakit apalagi kaki.
Mari pun bangkit dari ayunannya. Ia berbalik menghadapku kemudian tersenyum, "Wah .. seems like time is up." Katanya. Aku mengangkat sebelah alis. Mari berjalan menghampiriku seraya melepas kacamatanya yang berbingkai merah.
"It's finally come to an end.." ucapnya lagi begitu sampai beberapa langkah dihadapanku.
"Apa maksudmu? Siapa kau sebenarnya? Mari-san! Kau yang membawaku kemari kan? Kaulah gadis itu! Bagaimana .. bagaimana bisa! Darimana kau berasal? Kenapa kau bisa bersama ibuku? Kenapa ada kau saat aku masih kecil? Apa-apaan ini? Kenapa aku bisa kembali ke masa lalu? Untuk apa kau membawaku? Bagaiamana caraku pulang? Bagaiamana .. aghh!"
Aku mencengkram kepalaku frustasi.
Mari berjalan maju beberapa langkah dan berhenti tepat didepanku.
Tiba-tiba aku mendengar suara gemuruh seperti suara pohon yang tumbang. Aku mendongak. Langit tampak memudar, lalu berubah menjadi kepingan-kepingan persegi kecil yang jatuh ke tanah.
"Apa yang terjadi?"
Mari menoleh kearah yang sama, kemudian berkata "Waktunya sudah habis, dunia ini sebentar lagi hancur.."
"Apa.. apa maksudmu?"
Mari menoleh padaku, "Shinji-kun, kau akan pulang ke masa depan, apa kau senang?" Ia bertanya dengan nada ceria.
"Apa?"
Mari tersenyum. Sorot matanya tidak mengarah padaku, melainkan pada sesuatu yang berada dibelakangku. Aku menautkan alis bingung. Perlahan aku membalikkan badan untuk melihat apa yang tengah Mari lihat. Dan saat itulah aku terkejut setengah mati.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sparkle [Kawoshin fanfiction]
Fanfiction[Evangelion Fanfiction] "Aku takut.." rintihnya. Dekapan hangat mengenyahkan segala bentuk keraguan dalam hati. Tangisnya pecah tatkala pemuda itu membisikan kata kata yang selama ini ingin ia dengar. ------- Ikari Shinji. Seorang pria dewasa yang e...