Chapter 7

170 17 8
                                    

Hangat.

Perlahan aku membuka mata ketika merasakan sesuatu yang begitu berat mengelilingiku. Bukan udara tapi sesuatu yang lebih berat.
Cukup berat sampai aku tidak bisa menggerakan jari-jariku.

Dengan lemah aku gulir iris kelabu milikku ke kanan dan kekiri. Yang kulihat hanyalah warna kuning kotor. Saat aku menghembuskan nafas, gelombang udara bergumul keluar dari mulutku lalu terbang keatas. Suara dengung yang teredam memenuhi indera pendengaran, berikut dengan sesuatu lain-seperti bunyi mesin yang menderu.

Dimana aku?

Aku dikelilingi dinding kaca dan tenggelam didalam sebuah cairan kuning yang begitu hangat. Sayup kudengar suara hak sepatu yang beradu dengan lantai, menghampiriku. Gelembung udara dan warna kuning ini membuat pandanganku buram, aku tidak bisa melihat dengan jelas sosok yang kini berdiri berhadapan denganku. Kami hanya terpisah oleh dinding kaca transparan.

Suara deru mesin semakin keras dan dapat kurasakan kehangatan ini perlahan kian menghilang. Kedua mataku terpejam. Sebelum aku bisa membaca gerak bibir sosok tersebut, aku kehilangan kesadaran.

"Ikari..? Ikari??"

Aku melenguh panjang. Suara yang begitu lembut memaksaku untuk membuka mata. Aku tidak lagi merasakan air disekitarku, melainkan udara yang begitu ringan nan dingin.

"Ikari...?" Suara itu kembali terdengar. Perlahan aku menegakkan tubuhku sambil mengucek mata.

"Yaampun! kau ini bagaimana!? Malah tertidur ditengah jam kerja." Suara lembut tadi berubah menjadi gerutuan jengkel.

Aku menoleh, "Eh? S-siapa..?" Ucapku dengan suara pelan.
"Aduhhh! Dasar tukang tidur! Aku atasanmu, Mayaa Ibuki!" Ia berucap dengan nada tinggi sambil menunjuk-nunjuk nametag yang ada di dada kirinya.

"E-ehhh??? I-ibuki-sann??!" Aku celingukan dengan panik, "a-aku dimana???? Kantor???"

"Jelas kau ada dikantor, ini sedang jam sibuk dan kau malah tertidur!" Cetusnya.

"Eh? Aku tertidur? Benarkah?"

"Iya! Istirahat makan siang sudah satu jam yang lalu, Ikari! Cepat teruskan pekerjaanmu! Kulaporkan pada bos, baru tau rasa!" Ia berucap dengan kasar sembari meninggalkan mejaku. Aku mengacak-acak rambut. Tak habis pikir. Bisa-bisanya aku tertidur ditengah jam kerja. Semoga Ibuki-san tidak melaporkan kelalaianku kepada bos, bisa-bisa dipotong gajiku. Haduh.

Aku menepuk-nepuk pipi cukup keras kemudian memeriksa tumpukan berkas yang berada di samping layar monitor. Sebelum mulai mengeksekusi kertas-kertas itu, aku menenggak air yang ada didalam botol kaca sampai habis. Mataku tertuju pada layar monitor dengan banyak angka yang berjajar memenuhinya. Karena tertidur, data yang seharusnya sudah ku setor satu jam lalu, baru ku kerjakan sekarang. Terlebih, jam makan siang yang harusnya aku pakai untuk mengisi perut, malah kupakai untuk tidur. Sialan! Sekarang perutku menggerutu minta diisi.

"Oy! Ikari!"

"I-iya?!" Aku tersentak ketika sebuah tepukan pelan menyasar bahuku.

Segunung berkas tiba-tiba ditaruh didepan muka dan membuatku terbelalak.

"Nah Ikari, berkas di mejaku bertumpuk banyak dan aku baru menyelesaikan sepertiganya, aku harus memberikan berkas-berkas ini ke kantor cabang, maukah kau membantu?" Pria berkacamata dengan rambut ikal hitam itu berucap sembari mengetuk ngetuk tumpukan berkas yang menghalangi pandanganku ke layar monitor.

"Bantu apa, Hyuga-san?" Aku memberikannya tatapan dingin.

"Ah jadi begini, aku tidak ingin lembur, malam ini aku ada acara jadi kupastikan aku tidak akan lembut, maka dari itu Ikari .. kau mau membantuku mengerjakan berkas atau mendistribusikan berkas?" tanyanya sembari mendekatkan wajahnya padaku.

Sparkle [Kawoshin fanfiction]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang