Chapter 2

161 24 2
                                    

Satu minggu sudah berlalu. Reputasiku di sekolah khususnya diantara guru guru kian hari kian bagus.

Hampir di setiap pelajaran-terutama pelajaran yang mengedepankan hafalan-, aku selalu bisa menjawab apa yang guru tanyakan. Namun, semua itu jadi membuatku tak sengaja bersaing dengan Asuka, apalagi saat pelajaran Matematika.

Asuka memang pintar sekali berhitung, sementara aku hanya bagus dalam mengingat rumus dan materi, tapi saat tiba waktunya berhitung, kecepatan otakku menurun hingga tiga kali lipat.

Karena dia adalah murid yang cerdas, tidak aneh dia jadi langganan juara kelas. Tapi, jika aku ingat lagi, kursi peringkat pertama ibaratnya adalah piala bergilir, dimana kandidat juaranya hanya ada dua, Asuka dan Nagisa.

Dan disinilah aku,mencoba peruntunganku di kesempatan kedua.

Kembali ke masa lalu kupikir bukan hal yang patut dikhawatirkan, selain tidak ada hal menyakitkan atau menyeramkan yang terjadi di masa masa sekolah ku, mengulang kehidupan smp bukanlah hal yang berat bahkan bisa kusebut, sangat bermanfaat. s
Setidaknya di dunia kali ini, aku bisa jadi kandidat piala bergilir itu, bersaing dengan Asuka dan Nagisa, dan memperbaiki apapun yang dulu tidak sempat aku perbaiki.

Plak!

Mejaku dipukul keras. Aku yang tengah mendengarkan musik melalui earphone pun tersentak saat merasakan getaran kuat yang menjalar ketubuhku. Ketika aku mengangkat kepala sembari melepas earphone, Asuka berdiri disamping meja dengan bertolak pegang menatapku dengan tatapan kesal.

"Iya?"

Gadis berdarah Jerman-Jepang itu langsung mendekatkan wajahnya padaku. Aku yang terkejut pun refleks memundurkan kepala. Iris biru nya itu menatapku lekat lekat. Beberapa menit kemudian, Asuka menegakkan lagi tubuhnya lalu bersidekap.

"Shinji, apa yang terjadi padamu sebenarnya?" Ia bertanya bak seorang polisi yang tengah menginterogasi tersangka.

"Apa yang terjadi padaku?"

"Jelassss ada yang terjadi padamu!" Ucapnya dengan ketus, ia menarik kursi disebelahnya dan duduk didepanku, "Katakan!"

Aku berkedip beberapa kali, bingung, "katakan apa..?"

"Kau jelas jelas jadi aneh! Semenjak kau sembuh dari demam itu kau jadi aneh! Kau tau itu! Seolah kau tidak cukup aneh sebelumnya, kau jadi makin aneh sekarang!"ia mendengus, mengacungkan jari telunjuknya padaku.

Aku menggaruk pipi meskipun tidak gatal, "contohnya?"

"Ihhhh! Darimana kau dapat kepercayaan diri secara tiba tiba? Darimana hah? Itu membuatku muak! Aneh! Apa kau mencoba untuk menyaingiku????" Asuka langsung bangkit dari kursinya.

"Aku ... -"

"Seakan si kelinci albino itu tidak cukup jadi sainganku sekarang kau juga?!"

"Eh? Siapa kelinci albino..?"

"Dia!, anak narsis itu!" Jari telunjuk Asuka langsung tertuju ke meja Nagisa, yang mana si empunya sedang duduk disana dan tengah membaca buku, sama sekali tidak menghiraukan Asuka, walau aku yakin semua umpatan yang keluar dari mulut gadis ini terdengar sampai ketelinganya

Aku ingat pertengkaran ini. Perang dingin antara Nagisa dan Asuka menjadi momok menakutkan saat masa smp.

"Katakan padaku, bagaimana caramu bisa menguasai nyaris semua mata pelajaran yang bahkan belum guru ajarkan sama sekali?" sesi interogasi ini ternyata masih berjalan, sekarang ia menatapku sambil menekuk kedua tangan dipinggang.

"Aku .... Mempelajarinya?" Ucapku sembari menautkan alis.

"Jangan bercanda kamu!" Ia menggebrak meja, spontan aku memejamkan mata karena suara gebrakan yang begitu keras membuatku tersentak.

Sparkle [Kawoshin fanfiction]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang