18.AISHITERU (tentang alam bawah sadar)

190 33 17
                                    

*18.

(Author note : Sebagian isi part ini fiktif. Dan sebagian kolaburasi dengan seorang teman dengan nama pena Gandhi Fusena)

🌾

Point of View(Pov), Gandhi Fusena

🌾

Shibuya-Tokyo-Jepang

🌾

Ai wa subete ni uchikatsu,
[Cinta mengalahkan segalanya]

❤️

Aku rebah di hamparan tatami. Memilin imaji yang tak pernah terhenti.
Anala cinta yang berkobar
Tak andam karam
Meninggalkan bilur yang terberai di birai

Aku tetap cumbana
Cumbarasa
Dewana
Rasaku yang bukan faktisius kau anggap hanya ambisius

Kau biarkan aku gamang
Gelabah
Aku halai-balai
Menatapmu yang gata
Bersama dia

🌾
🌾

Realfeel 27° saat ini, Rin. Sangat hangat bagi orang lain meski tanpa selimut hangat yang mendekap. Meski tanpa meneguk awamori satu sloki.

Aku menggigil.
Dan mabuk meski tak menjamah sloki berisi seteguk imaji. 50 mg air syurga kata Daisuke sahabatku, yang katanya mampu membunuh bayangmu meski hanya ratusan menit.

Aku tertawa geli, Rin...
Apakah jarak mampu membunuhmu? Ratusan ribu mil,ratusan juta detik. Kau terus berdetak. Di jantungku. Di nadiku.

Tak mampu,
Tak pernah mampu,
Kau tetap utuh,
Berlarian diruang benakku,
Memporak-porandakan nalar sehatku,
Mematikan logikaku,

"Minumlah, Gan."

Terdengar suara Hana Maikara, kekasih Daiseku. Kau ingin tahu seperti apa dia, Rin? Cantik, putih, sipit seperti perempuan Jepang pada umumnya. Apakah dia memakai kimono?

Tidak,Rin. Ia sama seperti perempuan Indonesia, memakai baju street style retro classik. Dengan dress motif nuansa retro dan outher cardigan pink classic. Dengan busana simple nan chic. Kau bisa bayangkan kan, Rin? Dia juga memakai kalung berbentuk bulat dengan liontin bulat.

"Arigato, Han." jawabku dengan suara sengau karena flu berat. secangkir shoga-yu, sejenis teh jahe di negeri kita dia letakkan di atas meja. Asam amino, zink, vitamin C,dan kaliumnya bagus untuk meredakan demam dan flu. Dan masyarakat Jepang mayoritas meyakinininya.

"Whajhiing!"

Aku bersin keras, mengucap tahmid. Kepalaku seperti pecah, Rin. Katamu bersin itu mengeluatkan penyakit. Maka kita harus tahmid. Aku mencabut tysu di atas kotatsu. Membersihkan ingusku.

Sebelum aku mengesap shoga-yu pelan-pelan. Sambil membayangkan andai kau di sini,di sisiku.

Aku terbahak sendiri,
Kita ini apa?
Aku hanyalah klienmu yang tidak war*s. Selalu mengusik tidur lelapmu ketika malam merangkak datang namun terjagaku tak kunjung hilang, kau meladeni ambiguitasku yang tak tuntas dan kian menggilas.

ⓂⒺⓃⒹⒶⓀⒾ ⓀⒶⓀⒾ ⓁⒶⓃⒼⒾⓉTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang