1.BUBAK KAWAH(Tentang mindset)/tradisi

728 51 53
                                    

*1.

( Media; dokpri )

❀𖤣𖥧𖡼⊱✿⊰𖡼𖥧𖤣❀

(A/n.

💥 Menggunakan alur maju dan alur mundur, karena semula hanya berupa cerpen.

💥 Karena banyak yang request ingin dilanjutkan jadi Insya Alloh terus lanjut dengan tema yang berbeda sesuai request.

💥 Cerita ini diselipi kritik sosial dan kehidupan kaum marginal yang dianggap sampah oleh sebagian orang. Jadi bagi kalian yang memiliki pandangan hidup lurus penuh harmoni bijaklah dalam menyikapi.

💥 Karena di sini tempatnya humaniora, self improvement, forgiveness.

💥 Cerita ini random tanpa fanatisme keyakinan tertentu. Untuk yang memiliki fanatisme keyakinan tertentu mohon bijak menyikapi.

💥 Karena kami mengambil latar keseharian yang dekat dengan kami. Keluarga random dengan tiga keyakinan.

💥 Bisa dibaca secara terpisah per part sesuai yang kalian suka. Karena hanya berupa penggalan-penggalan kehidupan sehari-hari. Tapi jika ingin memahami lebih dalam lebih baik di baca semua.

💥 Terima kasih yang sudah mencoba singgah, apalagi betah.

💥 Vote itu gratis, sebagai bentuk sederhana apresiasi pada suatu karya. Jadi terima kasih yang sudah menekan bintangnya💖🙏 )

❀𖤣𖥧𖡼⊱✿⊰𖡼𖥧𖤣❀

Arkha Bamantara

Bergetaran jemari saya menjamahi pesan singkat dari Arini. Senyum saya mengembang. Luar biasa efek sebuah notifikasi dari seseorang yang sangat berarti. Seolah mampu menjadi suplay vitamin yang membangkitkan energi pagi.

Pagi saya yang lelah setelah menguras tenaga semalaman dan tak mampu memejamkan mata sekejap pun.

Hari ini IGD hardcor. Dipenuhi suasana chootic. Mulai dari kecelakaan beruntun yang terjadi sejak awal saya shif pukul dua puluh satu, sampai nyaris tengah malam ada pasien tentamen suicide, dan yang terakhir jam tiga dini hari pasien korban KDRT. Dia mengalami cidera kepala. Kemungkinan didorong kasar hingga jatuh membentur sesuatu, atau mungkin di bentur-benturkan tembok.

Lima belas menit lagi tugas saya usai. Saya harap aman dan saya bisa menemui Arini. Akan tetapi,

"Dok...! Pasien henti jantung!" terdengar ners Ratna berseru, mengejutkan saya.

"RJP," pekik saya cepat. Untuk segera melakukan tindakan yang diberikan kepada pasien yang mengalami henti napas atau henti jantung oleh sebab apa pun.

"Adrenalin!" pekik saya lagi ketika RJP tidak membuahkan hasil. Saya meminta obat dan hormon yang memicu reaksi terhadap tekanan dan kecepatan gerak tubuh.

Bismillah,
Saya memberikan dosis 10 mL melalui injeksi intravena. Saya memberikan melalui pembuluh darah sentral.

Kami berjuang berusaha jadi perantara menyelamatkan pasien malang itu. Kami lakukan RJP kembali. Tapi,

"EKG asistol, Dok!" ucap ners Ratna. Saya tatap layar monitor yang menunjukkan garis lurus.

"Pupil midrasis, Dok!"

Saya menghentikan RJP ketika retum of spontaneous circulation/tak ada tanda kehidupan. Tak ada kembalinya sirkulasi spontan.

Jerit histeris di antara ucapan istirja' adalah hal yang biasa saya dengar di IGD. Sebagai dokter jaga saya sering melihat pasien meregang nyawa ataupun luapan rasa keluarga pasien yang berduka.

ⓂⒺⓃⒹⒶⓀⒾ ⓀⒶⓀⒾ ⓁⒶⓃⒼⒾⓉTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang