23.PERSONA / TOPENG (2)

136 33 20
                                    

*23.

Zam zam Restaurant-Singapore

Pov. Arini Pradita Diningrum

❤️

Dari lantai dua aku bisa menikmati megahnya masjid Sultan yang amazing dengan kubah emasnya. Letaknya yang dekat dengan terminal Queen street dan masjid Sultan membuat resto ini selalu ramai.

Usia resto yang 1 abad ini faforit keluarga kak Arkha. Karena baik mama maupun papa, bahkan kakek-nenek sejak kecil sering makan di sini.

Padahal masih ada Tang Tea House Hong Kong Cafe. Aku suka restaurant special Chenese Food itu. Sama seperti kak Arkha. Tapi untuk menghargai keluarga,kami ikut bergabung di sini.

"Zi Char, Dek. Yummy pokoknya."

Promo kak Arkha kala itu. Menyebut masakan ala rumahan dengan bahasanya. Dan benar, Kak Arkha tampak lahap memakan din sum halal. Dan aku kepincut dengan hor fun, semacam mie atau kwetiu tumis berkuah.

"Bagaimana kalau nanti sore jika kalian mau kita makan di Hajah Maimunah Restaurant. Special masakan Indonesia dan Melayu."

Tawar kak Arkha, promosi rendangnya enak. Juga promo onde-onde dan klepon .Jajanan tradisional yang kemarin kami bawakan.

"Tutup, Kha. Kan ini senin. Bukanya Selasa sampai Minggu."

Papa William mengingatkan. Kak Arkha tepuk jidat sambil istiqar.

"Nanti take off jam berapa, Kha?"

Kenzo bertanya sambil menyantap Beef kurmanya.

"16.30. Moga gak delay." jawab kak Arkha sambil memotongkan murtabak berisi daging ayam, aku suka roti pratanya. Tanpa saus. Meski rata-rata mereka makan nasi Biryani.

Kami menikmati sarapan pagi yang termasuk kesiangan karena menjelang jam sebelas dengan berbincang santai. Aku lebih banyak diam karena mereka berbincang dengan bahasa Inggris. Dengan cara berbicara yang cepat jelas otakku kuwalahan untuk menterjemahkan artinya. Apalagi ikut nimbrung ngobrol. Jangan sampai aku mempermalukan kak Arkha.

"Aku bisa, Kak." ucapku saat kak Arkha akan menyuapiku. Tangan kananku sudah bisa di angkat.

"Masih aktif di taekwondo, Kha?"

Tiba-tiba paman Yusuf bertanya.
Aku tersenyum. Ingat motivasi kak Arkha mempelajari taekwondo.

"Kalau Mario jago silat kak Arkha jago taekwondo. Biar bisa lindungi adek kalau dia jahil lagi."

Kak Arkha mempelajari taekwondo sejak SD.Toh pada akhirnya kami terpisah karena aku pindah ke kota asal bunda. Kak Arkha sedih sekali saat itu.Aku hanya diam saat di peluk erat kak Arkha. Belum begitu paham arti perpisahan.

Aku tak tahu kak Arkha dan Mario masih perang dingin atau tidak. Karena saat bertemu Mario lagi beberapa tahun kemudian dia sangat manis. Tidak menjahiliku. Kami malah sering tertawa bareng mengenang hal-hal lucu yang kami alami. Mario tidak gendut seperti masa kecilnya. Postur tubuhnya bagus dan atletis.

Kak Arkha? Dingin. Bahkan terkesan tak acuh saat berbincang dengan Mario. Sikapnya denganku? Tetap sayang. Tapi lebih galak. Tak bisa bebas tergelak dalam bahak seperti masa kecil kami. Beda dengan Mario yang nyata-nyata menunjukkan ketertarikannya padaku.

"Kadang-kadang saja , uncle. Buat olah raga." jawab kak Arkha memotong lamunanku. Aku tersipu saat kak Arkha mengelap sudut mulutku dengan tysu. Mungkin aku belepotan saat makan prata.

Tak ada yang meledeki. Semua sibuk sendiri-sendiri. Meski aku tahu Kim sempat tersenyum melirik kami dan saling bisik dengan Adeline.

Aku tak tahu pendapat mereka tentangku. Aku hanya sempat mendengar mereka membicarakan Issabel mantan kak Arkha dalam bahasa Inggris. Aku tahu Issabel itu sangat cantik dengan lesung pipitnya. Dari keluarga yang setara dengan kak Arkha.Issabel juga seorang dokter.

ⓂⒺⓃⒹⒶⓀⒾ ⓀⒶⓀⒾ ⓁⒶⓃⒼⒾⓉTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang