24. HORIZON DI HOKKAIDO

150 33 17
                                    

*24.

(A/n. Sebagian isi part ini fiksi, mengandung sedikit unsur konten dewasa, sudah berusaha di perhalus tata bahasanya, yang masih di bawah umur bisa skip bagian bawah. Tidak untuk di tiru)
.
.

Gandhi Fusena

Arona Spa-Shibuya-Tokyo-Jepang

.
.

Aroma lavender dari lilin terapi membuatku seperti di angkat ke awang-awang, Rin. Entah karena aromanya atau karena pijat shiatsu yang kini kunikmati.
Jemari lentik dan halus dari terapis terus menjelajahi sekitar punggungku. Tapi aku menyeringai saat....

"Yukkuri!" ucap Sora saat aku menyeringai sambil mencengkram tepi bed. Dia meminta terapis agar pelan-pelan. Terapis itu mengiyakan sambil minta maaf.

"Moushiwake gozaimasen"

Kudengar suara terapis itu. Minta maaf dengan bahasa yang sangat santun dan formal. Klien di sini memang seperti raja. Pasti sambil membungkuk. Terapis memang memijat menggunakan ibu jari, jari tangan dan siku untuk memijat, bahkan kadang lutut untuk meredakan ketegangan dan titik nyeri.

"Nande monai."

Tanggapku dengan suara serak.

Tanganku langsung di raih Sora. Diletakkan di pahanya,di genggamnya. Apa yang kau rasakan jika melihatku seperti ini, Rin? Jealous? Atau kau terpukau dengan hidupku yang di kelilingi perempuan-perempuan cantik?

Karena tak mungkin kau ngejudge aku penghuni kerak neraka karena bebas dengan yang bukan halal relationship. Hatimu begitu luas, Rin. Hingga selalu ada tempat buat bangs*t sepertiku!

Bahkan ketika kau telah tahu belangkupun kau tetap sudi berteman denganku.

"Are you okay, Honey?"

Sora berbisik lembut di telingaku. Aku mengangguk.
Terkantuk-kantuk. Jemariku masih di genggam Sora, Rin.

Apa yang kau rasakan, Rin?Bersyukur aku berproses melupakanmu?

Bukankah Arkhamu bilang kau tidak immortol? Dan hanya hologram trimatra? Seperti sebuah aplikasi adiksi? Hasil dari pemogramanku sendiri? Dan hanya aku yang bisa menghapusnya?

Apakah data tentangmu terdegradasi, Rin?
Tidak! Kau masih merajai.Aku jatuh terlelap dalam beberapa nano detik saat jemari terapis yang aku rasakan menjelajahi sekitar pundakku. Sora masih di sisiku. Menggenggam jemarku. Dengan sebelah tangan sibuk membalik buku.

.
.
***

"18 jam 11 menit naik mobil, Gan. Untuk sampai ke Hokkaido." jelas Daisuke saat aku bertanya. Aku dan Sora akan menjelajahi taman nasional Akan-Mashu dan suku Ainu.

Dari 47 prefektur Hokkaido adalah prefektur paling besar. Bahkan Hokkaido memiliki 11 bandara, Rin? Amazing kan?Padahal prefektur...

"Terserah Sora." jawabku sambil menerima obat asam lambung yang di sodorkan Sora. Asam lambungku selalu naik jika berusaha menghapus bayangmu, Rin. Pergolakan dan perlawanan dalam batin ini menyiksaku. Salah siapa? Salahku sendiri. Yang menikmati dan menggilai mimpi.

"Kereta atau pesawat, Honey?"

Sora masih bertanya padaku.

"Pesawat saja." putusku cepat. Aku malas berlama-lama di jalan. Tinggal capeknya jika sampai di sana. Aku terbahak dalam hati, Rin. Akankah aku berpikir sama andai kau menemaniku?

ⓂⒺⓃⒹⒶⓀⒾ ⓀⒶⓀⒾ ⓁⒶⓃⒼⒾⓉTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang