15. IKUT KERJA

1.8K 266 29
                                    

~Happy reading~

•••••

"Astaga, muka kamu kenapa? Kok bisa lebam-lebam kaya gitu?" Glenka yang panik pun langsung menghampiri Yoshi. Disentuhnya rahang tegas itu, Yoshi meringis kecil sambil menahan pergerakan tangan Glenka. "Sakit, sayang. Jangan dipegang." Ucapnya.

"Duduk dulu. Aku obatin." Perintah Glenka, menyuruh Yoshi untuk duduk di sofa yang ada di dalam kamar mereka.

Yoshi mengangguk pasrah. Duduk di sofa sambil menunggu Glenka yang baru saja pergi untuk mengambil kotak P3k.

Mengalihkan pandangannya kepada sosok bayi mungil yang tertidur pulas di kasur, Yoshi tersenyum tipis. Namun senyuman itu sirna saat kejadian beberapa waktu lalu kembali memutar dipikirannya. Terdiam dan menundukkan kepalanya, dokter muda itu lantas menatap cincin yang melingkar di jari manisnya. Glenka, maafin saya....

"Jangan nunduk, angkat kepalanya."

Interupsi itu mampu membuat Yoshi mengalihkan atensinya. Ia mendongak, menatap Glenka yang entah sejak kapan sudah duduk disebelahnya.

Lagi-lagi Yoshi terdiam, memperhatikan Glenka yang mulai mengompres luka lebam di wajahnya menggunakan es batu yang sudah terlebih dahulu dilapisi oleh kain. "Kamu kenapa sih sebenernya? Kenapa bisa lebam-lebam kaya gini?" Tanya Glenka, masih fokus mengompres.

"Biasalah, anak laki-laki." Balas Yoshi berusaha setenang mungkin.

"Biasa gimana maksud kamu? Luka-luka gini dibilang biasa?" Karena kesal, Glenka pun sedikit menekan kain kompresan hingga membuat Yoshi meringis kesakitan.

"Sshhh, kok diteken sih?"

"Ngeselin. Lain kali jangan anggap sepele luka lebam kaya gini." Ucap Glenka dengan raut wajah khawatirnya.

"Maaf...."

"Minum dulu obat pereda nyerinya. Aku tau ini sakit banget." Perintah Glenka yang langsung dituruti oleh Yoshi.

Setelah selesai mengompres, Glenka langsung mengelap seluruh wajah Yoshi dengan tisu kering. "Aku kasih salep ya?" Ucap Glenka meminta izin.

Yoshi mengangguk setuju, mempersilakan Glenka untuk mengoleskan salep ke wajahnya. "Pelan-pelan ya." Ucapnya.

Glenka mengangguk paham, mengambil salep khusus luka memar untuk selanjutnya dioleskan ke bagian kulit yang lebam. "Aku baru pertama kali liat bapak-bapak punya luka lebam kaya gini."

Yoshi membulatkan matanya. "Kamu ngatain saya bapak-bapak?"

Glenka mengangguk mengiyakan. "Udah mau jadi ayah, berarti kamu udah jadi bapak-bapak. Orang Revan aja manggil kamu papa kok."

Bukannya marah, Yoshi malah tersenyum salting hingga pipinya memerah.

"Tadi sebenernya kamu pergi kemana sih? Kok lama banget perginya? Aku telpon juga gak diangkat. Kenapa? Sibuk banget kayanya sampe-sampe telpon dari istri sendiri aja gak diangkat." Tanya Glenka, sedikit menyindir.

"Ke rumah temen. E-emangnya kenapa?" Ucap Yoshi balik bertanya meskipun ia sendiri masih dilanda kegugupan.

"Gapapa, cuma nanya aja. Aku kira kamu keluyuran. Syukurlah kalo emang beneran ke rumah temen..... Bukan ke rumah yang lain kan?"

"Jihoon pulang...."

"Jihoon! Kemana aja kamu? Kenapa baru pulang?!"

NIKAH MUDA-YOSHINORITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang