MBSD|42|BAHAGIANYA MAHENDRA

1.4K 34 8
                                    

Happy Reading 🤗 Follow yuk, vote dan komen ya.

***
Tanpa menyapanya setelah sadar, tapi aku memutuskan untuk tetap berada di dekatnya meski dari kejauhan.

Aku berusaha mengintip di balik jendela, benar saja Mahendra sudah sadar. Kedua anaknya pula menyambut pria itu dengan penuh kasih sayang dan cinta. Pelukan hangatnya yang membuat kedua mataku memanas.

"Memang seharusnya, aku pergi dari sini." Tanganku segera menyeka air mata kembali, berusaha untuk menahannya agar pertahananku tidak runtuh seketika.

Posisiku yang berada di depan ruangannya tampak kebingungan begitu beberapa wanita berpakaian putih melangkahkan kaki selebar mungkin, lalu disusul oleh seorang lelaki, kuketahui dia orang yang menangani Mahendra.

Tidak lama kemudian, dua orang remaja yang sempat berada di dalam ruangan, kini keluar sembari terisak. Rangga mencoba untuk menenangkan adiknya dengan cara menepuk pundaknya pelan, tapi sepertinya perlakuan itu tidak mempan.

"Di mana saudari Meta? Apakah kalian bisa mencoba untuk menemuinya?" tanya salah suster berbeda, dia menghampiri dua orang remaja yang kini saling berpandangan.

"Saya ada di sini." Pada akhirnya pun, aku keluar dari tempat persembunyian segera menghampiri mereka yang kini menatapku dengan pandangan tidak suka.

"Dia tidak boleh bertemu dengan Papa." Gadis yang berada di depanku saat ini terlalu keras kepala, aku ingin sekali menyumpal mulutnya dengan sesuatu kalau saja bisa, tapi aku juga bukan kriteria orang yang sukanya menyiksa. Aku punya hati, walau pun kelak akan menjadi Ibu tiri untuk keduanya.

"Tolong, jangan coba untuk menghalangi keinginan pasien meski pun kalian mempunyai hubungan darah dengan pasien. Barangkali saja dia ingin menyampaikan sesuatu, atau hal lainnya." Wanita itu memberi saran pada dua remaja tersebut.

"Tahu apa kamu tentang keluarga kami, hah? Jangan sok ngatur deh! Gue enggak suka diatur!" sergah Rangga.

"Barusan saja pasien mengamuk. Bukankah kalian juga melihatnya? Pasien hanya ingin bertemu dengan Meta." Suster itu tetap ngotot mengatakannya.

"Kalau gitu, kita masuk bersama. Bagaimana?" tanyaku, melirik ke arah keduanya. "Agar kalian tahu saja apa yang akan dikatakan oleh Papa kalian. Aku bukanlah wanita jahat seperti yang ada dalam pikiran kalian, mungkin saja kalian berdua beranggapan seperti itu kan?" Sebelah alisku naik ke atas seolah tengah kebingungan dalam hal ini.

Keduanya saling melirik, seperti dua insan yang tengah kebingungan. Aku pula tidak tahu harus bagaimana menghadapi keduanya yang kepala batu, dan sangat sulit sekali untuk dihadapi.

"Oke." Serempak dua remaja itu setuju dengan rencanaku kali ini.

Begitu kami bertiga masuk ke dalam ruangan, ternyata Mahendra mengerang sembari memanggil namaku dengan sangat lembut. Pria yang kuketahui bertitle sebagai seorang dokter pun masih berada di sana karena kondisi kekasihku yang kembali tidak stabil lagi.

Kedua mataku memanas, tidak kuasa menahan tangis yang nyaris kembali meluncur membasahi kedua pipiku lagi. Berharap, semoga saja tidak akan ada rasa sakit yang kudapatkan setelah ini. Bukankah aku berhak bahagia?

Beberapa perawat masih saja membenahkan alat-alat yang mendeteksi Mahendra, tapi setelah dirasa semuanya mulai membaik dan merasa tidak enak pula jika harus tetap berada di sana pada akhirnya pun mereka meninggalkan kami dan bergegas untuk menemui pasien lainnya. Begitu juga dengan pria berjas putih yang ikut keluar juga dari ruangan dan meninggalkan kami dalam suasana hening.

"Meta," panggilnya sangat lirih.

Dia melirik ke arahku dengan senyuman hangat. Akan tetapi, cepat sekali berubah begitu kedua matanya menangkap keberadaan dua anaknya yang bersebelahan di sampingku.

MY BOSS SUGAR DADDY ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang