Rahasia Yang Terbongkar

4.9K 50 1
                                    

Selama perjalanan, Dea benar-benar mengunci mulutnya tanpa berkata sepatah kata pun. Ketika gua tanya, ia juga tak menjawab sama sekali dan memalingkan wajahnya. Saat sampai kost an, ia juga tak mau turun dari mobil.

"Sayang, ayo turun udah sampe"

"Yang plis, ayo kita omongin didalem, biar jelas semuanya"

Dea menatap gua dan akhirnya ia turun dari mobil dan membawa beberapa barang barangnya. Saat sampai didalam, gua langsung peluk Dea dari belakang tapi Dea mencoba memberontak.

"Yang plis, apapun cerita yang kamu denger dari Mira, aku bener-bener gatau kalau kalian saudara sepupu"

"Yang aku mohon, ngomong dong jangan diem aja"

Dea menatap gua dengan tatapan yang sangat jutek, tatapan seperti saat pertama kali gua bertemu Dea dulu.

"Terus kalo kamu gatau, kamu bisa gitu mesra mesraan sama Mira ? Apapun alasan kamu, kamu jahat tau nggak!"

"Yang aku minta maaf, aku ngaku salah, plis maafin aku"

Tak lama setelah itu, Dea meneteskan air matanya yang berusaha ia tahan. Gua benar-benar merasa tolol, setelah semua yang gua lakukan gua benar-benar merasa jadi laki-laki brengsek.

"Yang, maafin aku, aku mohon maafin aku, aku gak ada maksud"

"Sekarang kamu jujur sama aku, selama aku ngga ada, kamu ngapain aja ?"

Gua bingung jawabnya, apa iya gua bener-bener harus jujur semuanya sama Dea ? kalau iya, apa yang harus gua lakukan setelah ini ?

"Kenapa diem ? Jawab!"

"Iya aku jujur sama kamu, setelah ini terserah kamu mau apain aku. Selama kita pacaran, aku udah berhubungan seks sama Rahmi anaknya ibu kost, sama Elsa sahabat aku dan terakhir sama Mira"

"Plak" Dea menampar gua dengan sangat keras.

"Aku gak nyangka kamu berbuat hal jahat kaya gitu dibelakang aku yo, aku kecewa sama kamu" ucap Dea sambil menangis.

"Aku bener-bener minta maaf yang, kamu boleh pukul aku silakan, kalo itu bisa menebus segala kesalahan aku"

Dea terus menangis tanpa mengucapkan sepatah kata pun, Gua merasa sangat berdosa, padahal Dea baru sembuh dari depresinya, tapi justru gua malah bikin dia nangis lagi. Gua biarkan Dea menangis dan menenangkan dirinya sampai akhirnya, ia tertidur sangat pulas.

Tiga jam kemudian, tepatnya pukul 18:00, Dea terbangun dengan wajah yang sangat sembab. Sedangkan wajah gua juga lebam akibat tamparan yang cukup keras dari Dea.

"Sayang, udah bangun?"

"Hmm"

Sepertinya, Dea udah sedikit lebih tenang, jadi gua coba peluk dia lagi. Saat gua peluk, Dea hanya diam saja, dan brengseknya, disaat kaya gini kenapa gua justru malah terangsang. Gua mencoba menahan rasa sange ini namun semakin lama gua memeluknya, justru gua malah semakin sange. Akhirnya, gua memberanikan diri buat meremas remas teteknya Dea, gua gatau dia bakal nolak atau engga, tapi ternyata, Dea Cuma diem aja.

Karena merasa diberikan lampu hijau, gua menciumi wajah Dea dan sesekali turun ke lehernya, tapi lagi lagi Dea diam saja. Gua pun kembali memberanikan diri untuk mengangkat bajunya, namun kali ini ditepis tanpa sepatah kata pun.

"Yang, main ya"

"Minta aja sama yg lain, aku gamau"

"Yang jangan kaya gitu dong, aku minta maaf ya, hey sini dengerin aku"

GairahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang