IV. IN THE CLASSROOM

1.8K 110 2
                                    

~~~> HAPPY READING <~~~


•••

Kriiiing~~

Bel panjang berdering pertanda jam pelajaran kelima telah selesai. Berakhirnya jam kelima membuat semua murid-murid kembali semangat dan segar bugar karena waktu yang ditunggu-tunggu akhirnya datang juga. Satu persatu murid-murid mulai meninggalkan kelasnya dan berlarian menuju ke kantin untuk mengisi tenaga yang terkuras akibat bertempur didalam kelas.

Di kelas sebelas IPS lima, dimana Karamel masih duduk anteng sambil mengotak-atik ponsel miliknya. Didalam kelas, hanya tersisa empat murid saja termasuk Karamel didalamnya. Dan ternyata, ketiga murid lainnya itu adalah Trio Eceng Gondok.

"Apa yang naik tak pernah turun? ya, umur lah," ucap Erzan yang sedang bermain teka-teki silang di ponselnya.

"Semakin aku di potong maka aku semakin tinggi, emm.....apa ya?" lanjut Erzan sambil menggaruk-garuk kepalanya berpikir.

"Celana!" celetuk Giyan yang duduk di depannya.

"Nah!" seru Erzan dan mulai mengetik jawabannya.

"Gas yang tidak berwarna dan tidak berbau yang memenuhi ruang di atas bumi, oksigen?" tebak Erzan, namun di kolong jawabannya hanya lima huruf, berarti oksigen bukanlah jawabannya.

"Udara!" kata Asgar yang berada di samping kanannya.

"Nah!" Erzan kembali berseru, lalu mengetik jawabannya.

"Sesuatu yang harus ditepati, UTANG!!!" teriak Erzan, sehingga membuat Asgar dan Giyan terkejut dan refleks menoleh ke arahnya.

"BERISIK!!!" teriak Asgar dan Giyan serempak.

Erzan menutup matanya bersamaan dengan ponselnya yang terjatuh di atas meja. Laki-laki itu menatap Asgar dan Giyan secara bergantian, mengapa mereka tiba-tiba berteriak keras?

"Apa?" gumam Erzan melihat Asgar dan Giyan yang tidak mau berhenti menatap nya dengan tajam

Giyan merotasikan bola matanya malas dan kembali menghadap ke depan melanjutkan acara menonton film nya. Sementara Asgar mendorong pelan lengan Erzan sebelum mengulang permainan nya yang sempat gagal karena teriakan dari laki-laki itu.

Tiba-tiba, Erzan berdiri dari duduknya dan kembali berteriak, "Athalia! Selamat datang di--mppfff,"

Asgar langsung berdiri dan menyumbat mulut Erzan dengan tangan kekar miliknya.

"Sekali lagi lo teriak, gue potong lidah lo," ancam Asgar sehingga Erzan mengangguk patuh seperti anak kecil.

"Good," ucap Asgar, lalu melepas tangannya dari mulut Erzan.

Sebelum kembali ketempat nya, Asgar tampak melirik ke arah Athalia yang sedang berdiri di samping meja guru sambil memeluk beberapa kertas. Gadis itu juga ternyata sedang melihat ke arah mereka bertiga. Asgar kembali duduk di tempatnya dan melanjutkan permainannya yang sempat tertunda.

Erzan bergerak menghampiri Athalia yang tampak menghitung jumlah kertas yang di bawahnya.

"Thalia!" panggil Erzan. Athalia menoleh dan langsung menerbitkan senyum manisnya, "Erzan," ucapnya.

"Lo ngapain di sini?" tanya Erzan.

"Bagikan surat izin orang tua," jawab Athalia sembari mengangkat kertas-kertas itu. Erzan ber oh ria mengerti.

"Yaudah, biar gue yang bagikan. Lo boleh pergi," ucap Erzan tersenyum. Mengusir Athalia secara halus.

"Oh, iya, makasih," Athalia tersenyum kikuk sambil menyodorkan kertas-kertas itu kepada Erzan. Erzan menerimanya dengan tersenyum lebar. Athalia akhirnya meninggalkan kelas dan hilang ditelan belokan.

𝐎𝐔𝐓 𝐎𝐅 𝐓𝐇𝐄 𝐁𝐋𝐔𝐄  [нιαтυѕ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang