XI. WHAT'S WRONG WITH ALISHA?

994 62 0
                                    

TYPO BERTEBARAN

> SELAMAT MEMBACA <

•••

Karamel membuka pintu itu dengan kasar. Matanya seketika membelalak lebar melihat tempat yang tadi sosok gadis itu tempati kini kosong. Karamel pun dengan sigap berlari ke pembatas rooftop. Memastikan jika gadis itu benar-benar tidak melakukan sesuatu yang berbahaya. Karamel bernapas lega, melihat di bawah sana tidak ada mayat ataupun kerumunan.

"Kara." Suara rendah itu membuat Karamel terkesiap. Ia berbalik menghadap ke asal suara itu.

"Alisha?" Dahi Karamel mengkerut melihat Alisha yang sedang bersandar di tembok sambil menyilangkan kedua tangannya di depan dada. Detik berikutnya Karamel bergerak mendekati gadis itu.

"Lo ngapain di sini?" tanya Karamel saat tiba di depan Alisha.

"Gue yang seharusnya nanya..." Alisha tampak bergerak ke tempat dimana Karamel berdiri beberapa saat yang lalu. Meninggalkan Karamel yang tengah memperlihatkan tampang bingungnya. Alisha terdiam beberapa detik membelakangi Karamel, lalu kemudian berbalik menatap Karamel yang masih setia berdiri di tempatnya. "....lo ngapain di sini?" sambung Alisha.

"Tadi gue liat ada cewek yang mau bunuh diri, makanya gue kesini," jelas Karamel.

"Bunuh diri?" gumam Alisha. "Siapa?" lanjutnya.

"Gue gak tau," balas Karamel mengangkat bahu.

Alisha berbalik membelakangi Karamel, memegang besi pembatas rooftop, menatap datar di bawah sana. "Gue bingung apa yang lo omongin, Kara. Karena satu jam yang lalu gue udah ada di sini dan gak ada seorangpun yang datang kecuali lo," ujar Alisha.

Dahi Karamel semakin berkerut mendengar ucapan Alisha. "Jangan bilang yang gue liat itu lo, Alisha?" ucapnya seraya mendekat ke Alisha. Menatapnya penuh selidik.

Alisha berbalik menghadap ke Karamel. "Ya. Gue yang lo liat." Karamel menghela napas panjang. "Lo buat gue takut, Alisha."

"Tapi kenapa gue liat lo dari bawah lo kayak mau bunuh diri gitu. Jangan-jangan lo emang mau bunuh diri ya?" todong Karamel menatap Alisha dengan tajam.

"Gak." Satu kata itu tidak mampu membuat Karamel puas. Karamel masih betah menatap lekat manik Alisha mencoba mencari jawabannya. Dan, dapat. Karamel berhasil menangkap secerca kesedihan yang begitu mendalam di mata Alisha. Apa yang membuat Alisha sedih?

"Lo boleh cerita ke gue." Ucapan Karamel membuat Alisha terdiam menatap Karamel dengan rumit. Seakan-akan Karamel tahu perihal tentangnya.

"Gak ada yang perlu di ceritakan," balas Alisha cuek.

"Lo gak usah bohong sama diri lo sendiri. Buktinya, lo butuh sandaran atas kesedihan lo itu," balas Karamel. Alisha yang semulanya membuang muka kini melirik ke arah Karamel.

"Tau apa lo tentang gue?" ketus Alisha dengan sinis.

"Gue sama sekali gak tau apa-apa tentang lo. Gue cuma lihat di mata lo itu ada sesuatu yang lo sembunyikan rapat-rapat," jelas Karamel, sehingga membuat tatapan Alisha yang tertuju kepadanya berubah menjadi kosong.

"Lo..." Ucapan Alisha tiba-tiba tertahan di tenggorokannya. Seperti ada sekat yang menghalanginya untuk keluar. Genangan air yang kini terbendung di pelupuk matanya hampir jebol tatkala mengingat kejadian lampau yang sempat terjadi terulang kembali. Ya, Alisha mengalami perasaan dejavu. Dejavu dengan kalimat yang Karamel lontarkan beberapa detik yang lalu.

"Hai, lo Alisha kan?" ucap gadis itu menyapa Alisha yang tengah duduk di kursi taman belakang sekolah. Alisha hanya meliriknya sekilas dan kembali menatap tautan tangannya di atas paha.

𝐎𝐔𝐓 𝐎𝐅 𝐓𝐇𝐄 𝐁𝐋𝐔𝐄  [нιαтυѕ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang