pelabuhan

19 1 0
                                    

Aku selalu menyangka bahwa tempat aku berlabuh ialah di hatimu. Karena aku pun tak tahu kenapa kau selalu bermuara di dalam pikiran dan mendayung-dayung sampan dengan geliat senyuman yang tak mungkin aku lewatkan.

Jujur saja, kamu adalah tempatku berlayar. Mohon maaf jika aku tak pernah memberitahumu, karena kau juga tahu sibuk mu tak bisa aku ganggu. Aku merasa cukup dengan kau memperbolehkan aku untuk berada di pelabuhan mu meskipun aku tahu, aku sendirian, aku kesepian. Namun entah kenapa diriku merasa nyaman. Nyaman dengan hening kesendirian di sela-sela pelabuhan. Melihat senyuman mu yang menjelma menjadi matahari terbenam. Aku memeluk kedua kaki, namun, kali ini aku berdua. Bukan denganmu, kau hanya menatapku di kejauhan, tapi kali ini aku di temani dengan lamunan.

Tepi ternyata dugaan ku tidak benar. Kau memang tempat berlayar ku, tempat dimana aku menghabiskan keluh kesah ku, menjadikannya umpan untuk ikan yang sedang berenang di dalam tangis yang telah lama kau pendam.

Setelah aku sadar sedari kemarin. Maaf, aku telat menyadari bahwa aku telah kehilangan yang namanya diri sendiri. Tolong izinkan aku untuk mengambil jeda itu, untuk mengambil jatah manusia yang banyak luka-nya itu. Aku tahu, kau pun akan mengerti tanpa aku kasih tau, kau pun akan paham tanpa aku menghubungi mu.

Tapi tolong. Jangan biarkan pelabuhan yang ada di diriku kau biarkan saja menghening. Perahu-perahu itu hampir terseret ombak, jangkar nya berkarat, sampan nya berlumut, hatinya terparut.

"Di dalam hatimu aku berlabuh, di dalam pikiranmu aku berlayar" Dulu kaulah yang mengatakan itu. Namun sekarang aku yang mengaku duluan, kau hilang, mungkin lupa, mungkin sibuk dengan membaca segala berita. Aku pun merasakannya, tapi maaf. Aku akan segera menepi dari hening nya laut itu, aku terlalu banyak menghabiskan waktu di dalam tubuhmu. Aku bukan pamit, aku hanya ingin pulang untuk membersihkan bekas pelayaran mu. Nanti aku akan kembali, mungkin kau pun juga. Tapi sayangnya jika tak ku susul rindu itu, tak mungkin kau datang untuk segera berangkat berlayar menemui ku di tengah-tengah laut yang hening. Meskipun kau merasa takut, kau akan tetap menjemput. Sepetinya iya, tidak juga tak apa. Aku sudah biasa sendirian, terbiasa di menikmati kesepian, dan keheningan yang telah menjadikannya teman baik ku.

Tunggu saja ya di pelabuhan mu itu. Aku akan kembali, tapi setelah diri ini berhenti menyesali.

Lara Derana (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang