1.1 Job

264 23 0
                                    

"Welcome killer" Kim Hanbin hampir terlambat menyambut kedatangan wanita yang masih mengenakan dress merah dan sepatu hitam: pakaian kerjanya itu. Ia memutari Jennie sambil tak henti bertepuk tangan membuat Jennie hanya memutar mata jengah akan sikapnya.

"Bin, boleh aku bertanya?" Jennie berucap sambil berjalan menuju segelas air dingin yang ia lihat di atas meja pantry-nya.

"Anything babe." Hanbin yang masih nyengir terus mengikutinya. memastikan wanita itu meletakan jaket bulu yang ia bawa pada sebuah lingkaran besar terbuka di dinding yang kemudian segera tertutup setelah Hanbin menekan tombolnya dan menyedot jaket bulu itu melalui pipa yang tertanam pada dinding rumah tersebut.

"Do you ever think that i...." Jennie menatap Hanbin serius. "can get another man?" akhirnya sambil menenggak air yang ada di gelasnya sampai setengah tandas.

"Man? J kau sehat?" Hanbin meletakan telapak tangannya pada dahi Jennie sambil menatapnya dengan bingung "Kau bahkan hampir membunuh semua laki-laki yang mencoba mendekat J."

"Dengan tatapanmu." Tambah Hanbin cepat.

"No, tidak untuk sesuatu seperti itu Bin." Jennie mendekat ke arah Hanbin lalu meletakan kedua telapak tangannya pada dada bidang pria itu. Sambil menepuk-nepuk kecil, ia berucap "Another man untuk menjadi asistenku." Jennie tersenyum senang setelah berhasil membuat Hanbin mengempaskan tangannya dan membuat tanda silang di depan dadanya sendiri dengan wajah sebal.

"Kau melecehkanku kau tau." Hanbin memandang garang sambil bergerak menjauhi Jennie. Ia mengambil gelas air Jennie lalu menenggaknya habis. "Lagipula aku ini couch, kau harus paham aku bukan asistenmu nona pembunuh."

"Couch tapi kau tidak melatihku, kau hanya menemaniku berlatih, menyiapkan pekerjaanku," Jennie melirik pada gelas kosong yang ada di tangan Hanbin. "Mengambilkanku minum, cihh"

"Hey, aku menerima pekerjaanmu, mempertimbangkan dan menyusun rencananya, melaporkan dan mengurus sisanya. Kau melupakan semua itu?" Hanbin berdiri, memandang tidak percaya pada wanita mungil dihadapannya seolah menjadi orang paling tersakiti.

"Ya, dan kau juga pernah membawa pakaianku ke laundry, memasak sarapanku, dan membelikanku obat pereda nyeri datang bulan." Jennie menantang Hanbin dengan mengangkat dagunya. "Kau lupakan itu?"

"Itu aku kasihan bodoh." Hanbin dengan segenap keberanian mendorong dahi Jennie kebelakang dengan jari telunjuknya. Lalu dengan cepat berlari ke arah sofa dan berlindung di baliknya. "Kau tidak punya teman dan sanak-saudara untuk dimintai pertolongan." Lanjutnya sambil menatap gerak-gerik Jennie.

Jennie hanya menggeleng sambil mendecih, ia mengeluarkan pisau yang ia sembunyikan rapih di balik pakaian dalamnya.

"J, sudah beres?" Ia meletakan pisau itu pada meja pantry-nya. Kemudian beralih menatap layar proyektor yang Hanbin nyalakan.

"Mari lakukan presentasi" Hanbin menekan titik pada belakang teliganya dengan jari telunjuknya tiga kali. Lalu terdengar perintah untuk "memulai" di telinganya. Hanbin menampilkan sebuah gambar dengan latar kamar Jieun, wanita yang beberapa jam lalu tergelatak tak bernyawa di Powder Room restaurant mewah. Di dalam kamar itu, Jieun terlihat sedang berada di depan meja riasnya.

"Kim Jieun, terobsesi dengan penampilannya. Ia tidak akan tenang jika ada sedikit saja kekeliruan dalam penampilannya." Hanbin memindahkan gambar menjadi zoom gambar lipstik yang Jiuen pegang.

"Kami menukar Lipstiknya dengan satu yang mengkilap dan... " Hanbin melirik Jennie yang hanya tersenyum miring "Transfer, am i right J?

"yeah." Jennie berjalan dan duduk di sebelah Hanbin.

Dangerous WomanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang