0.4 Tiger Flower

69 13 2
                                    

"Jadi oppa sudah hidup di luar negeri sendirian sejak sangat muda?" Jennie mengerjapkan matanya beberapa kali takjub sehingga tidak sadar sumpit yang ia gunakan sudah tidak lagi berada di bibirnya melainkan di dagu.

"Tentu, ya aku memang keren di setiap langkah hidupku."Seokjin bercerita tentang dirinya yang sempat menetap di Amerika saat remaja dengan penuh semangat.

"Tapi dia tetap tidak bisa Bahasa Inggris." Taehyung menekan tombol pause lalu meletakan stick play station-nya sambil menurunkan tangan Jennie agar sumpitnya menjauh dan mengambil tisu untuk membersihkan wajah kekasihnya.

"Yaaaaa mana bisa kau hentikan begituu saja Kim Taehyung, aku hampir menanggggg. Maaf oppa" Kim Jisoo berteriak nyaring sambil menunjuk Taehyung sembarangan yang justru mengenai wajah kekasihnya sendiri.

"Kalian berdua rusuh sekali sih, Jen kau jual saja alat permainan jadul itu. Dan aku dulu sering mengerjakan PR Bahasa Inggrismu ya Kim Taehyung." Seokjin menunjuk Taehyung dengan menggunakan sumpitnya.

Taehyung segera mengambil sumpitnya juga dan menempelkan ujungnya pada ujung sumpit Seokjin, melakukan pembalasan. "Aku jarang mendapatkan PR Bahasa Inggris Hyung, aku ingat itu."

"Tapi selalu aku yang mengerjakan."

"Tapi Namjoon Hyung yang selalu speech dalam Bahasa Inggris."

"Yakk, mana bisa kau samakan aku dengan dewa."

"Kalah kan."

"Bukan begituu..."

Jennie segera mengambil sumpit yang Taehyung pegang sambil menahan tangan Jisoo yang sudah ingin mengambil sumpit juga. Sedari tadi wanita cantik itu sudah menahan emosinya untuk tidak berteriak pada kekasih temannya yang meninggalkan ia di dunia game begitu saja.

"Sudah, sudah Jisoo kumohon letakan lagi ini." Jennie menggoyang-goyang tangan Jisoo sampai sumpit yang ia pegang terlepas kembali.

"Izinkan kujepit hidung kekasihmu sebentar Jen supaya ia tidak bisa bicara. Kau jangan durhaka pada kakakmu Kim Taehyung." Seokjin yang merasa dibela mengangguk sambil mendongakan wajahnya ke arah Taehyung lalu kedua tangannya memeluk pinggang Jisoo posesif.

"Ohoo, kau fikir aku tidak punya kekasih?" Taehyung mengangkat tangan Jennie ke atas lalu mengarahkannya lurus ke depan pada Jisoo "Kau, lagipula kau masih di belakangku ya, jangan mengeluh kau hampir menang."

"Kau selalu begitu, setiap aku hampir menyalipmu. Kau selalu cari alasan untuk menghentikan permainan."

"Kapan aku begitu?"

"Wah Jen kau harus cari pacar baru, kekasihmu baru saja amnesia. Selamat ya."

"Yakk, Kim Jisoo." Taehyung berkacak pinggang dengan sebelah tangan masih mengarahkan tangan Jennie untuk menunjuk Jisoo.

Jennie hanya menutup mulutnya dengan sebelah tangannya yang bebas untuk meredam tawanya. Ia kemudian teralihkan oleh ponselnya yang bergetar di atas meja. Ia segera menarik tangannya yang masih dipegang Taehyung lalu menjawab panggilan yang masuk.

"Halo.... sudah di depan?.... Okey aku kesana sekarang." Jennie menutup telfonnya dan segera berdiri.

"Pesanan bungaku ada yang datang. Selama aku pergi cobalah untuk tidak menghancurkan tokoku ya Jisoo, oppa, sayang ku mohon padamu." Jennie menyolek ujung hidung Taehyung yang hanya tersenyum sambil mengangguk menjawab ucapannya. Ia kemudian pergi menjemput pesanannya meninggalkan tiga orang yang hanya berani saling tatap dan mendumal masing-masing.

Mereka memang sedang berada di toko Jennie. Sebuah Toko bunga yang tidak luas namun tentu sangat indah serta tertata rapih. Di bagian tengah toko, Jennie sengaja meletakan sofa yang cukup besar dan meja yang menghadap pada sebuah rak display untuk pelanggannya menunggu pesanan. Namun, saat toko tutup spot itu sering digunakan untuk ia dan teman-temannya berkumpul seperti saat ini dengan rak display yang ia putar menjadi televisi atau dapat digunakan sebagai layar proyektor. Lalu di sebelah kiri dari sofa ada satu lagi rak besar setinggi ruangan untuk Jennie menyimpan persediaan bunganya sekaligus menutupi tangga untuk naik ke lantai dua dimana Jennie tinggal. Tidak seperti teman-temannya yang tinggal di flat, Jennie lebih suka tinggal di tokonya selain karena memang ia tak berniat membuat toko yang terlalu besar sampai membutuhkan dua lantai, ia juga merasa lebih efektif saat tempat kerja dan rumahnya menyatu. Lagipula tempat ini tidak begitu jauh dari kampus sehingga tidak ada alasan Jennie harus menyewa atau membeli flat lagi. Selain itu, tempat ini juga adalah impian Jennie dimana ia suka sekali bunga dan merasa bahagia apabila sejauh matanya memandang ia dapat melihat bunga. Ia merasa tidak kesepian walaupun ia sendiri dengan adanya berbagai macam bunga di sekitarnya. Itu mengapa ia membiarkan bisnis orang tuanya dilanjutkan oleh pamannya dan hanya meminta dibelikan toko ini serta modal untuk mengisinya saat kedua orang tuannya meninggal akibat kecelakaan. Namun beruntungnya, paman dan bibinya sangat baik karena masih rutin memberikan Jennie uang bulanan sehingga uang dari usahanya masih bisa ia tabung.

"Terima kasih ahjussi, hati-hati di jalan." Jennie membungkukan badan kepada pemasok bunganya lalu berjongkok untuk mengangkat satu pot besar berisi bunga. Ia tersenyum bahagia melihat betapa segar bunga yang ia dapatkan. Ia kemudian membawanya masuk dan meletakannya pada meja yang ada di belakang sofa tempat teman-temannya duduk. Ia kemudian mengambil gunting dan vas berisi air untuk menata bunganya sebelum ia simpan pada rak besar di depan tangga.

"Wow, segar sekali bunganya Jen." Seokjin memperhatikan Jennie yang sedang menggunting pangkal dari tiap tangkai dan memasukannya pada vas.

"Tentu." Jennie melirik pada kekasihnya dan Jisoo yang sudah kembali beradu skill game di depan televisi

"Shhh, sepertinya aku tau bunga ini." Seokjin memiringkan kepalanya.

"Tentu, aku yakin kau sering melihatnya oppa katanya ini bunga kelahiran seseorang." Jennie tersenyum lebar sambil melanjutkan pekerjaanya. Ia tidak menyadari kekasihnya yang kembali menghentikan permainan bersamaan dengan Seokjin yang melebarkan matanya menyadari sesuatu. Jisoo yang hampir protes lagi segera mengendalikan dirinya melihat Taehyung yang menoleh cepat dengan wajah mengeras.

"Seberapa sering Jeon Jungkook datang?" Jennie terdiam mendengar bukan suara Seokjin yang menanggapinya. Ia mendongak dan berhenti tersenyum menyadari suasana yang berubah menjadi tegang.

"Ia memintaku menyiapkannya setiap hari." Taehyung segera berdiri mengambil dompet dan kunci mobilnya kemudian berjalan mendekati Jennie dan mencium keningnya.

"Aku pergi dulu, tidurlah tepat waktu aku akan menghubungimu." Ia lalu keluar dari toko dan segera melajukan mobilnya meninggalkan kekasih dan dua temannya yang hanya bisa menatap kepergian tiba-tibanya itu.

Seokjin menghela nafas panjang lalu tersenyum tipis sambil mengusap puncak kepala Jisoo yang memandangnya dengan raut khawatir. Jisoo yang mengerti segera membereskan play station-nya dan memasukan berbagai sampah makanan di meja pada plastik besar. Ia membawa plastik itu ke tempat sampah sambil menghampiri Jennie dan memeluknya untuk berpamitan.

Jennie tersenyum memandang Jisoo lalu pada Seokjin di depan pintu tokonya yang melambaikan tangan dan kemudian merangkul Jisoo lalu pergi bersama. Setelah mobil Seokjin hilang dari jangkauan pandangannya, Jennie terdiam sebentar. Mereka ulang bagian mana yang salah dari malam ini. Lalu berakhir pada kecurigaannya terhadap tiger flower yang ada di tangannya.














Author's note: Ada yang bisa nebak Taehyung mau kemana? apakah mau ngejar ahjussi pemasok bunga? wkwkwkwkwk

Dangerous WomanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang