"Chaeyoung-ahh aku sekarang baik-baik saja, jangan menangis hmm? Kau tenang ya di sana."
"Bagaimana aku bisa tenang jika kau mendapatkan ancaman seperti itu?"
Jimin memeggang kepalanya yang terasa berdenyut. Ia sendiri sebenarnya takut terlebih lagi dengan kejadian yang baru saja terjadi di depan matanya. Ia melihat sendiri bagaimana seorang bodyguard tewas begitu saja dengan kepala berlubang bekas peluru yang ditembakan entah dari mana. Kemungkinan besar peluru itu berasal dari orang yang memberikan ancaman padanya. Lalu jika saja tadi ia tepat sasaran apakah seharusnya sekarang Jimin lah yang kehilangan nyawa? Bagaimana jika justru Yoongi karena memang bodyguard itu bersama dengan Yoongi yang berusaha terlihat mirip dengannya. Lalu sekarang dimana sang pembunuh itu? apakah sudah tertangkap atau tengah menyusun rencana lain, tidak ada yang tau.
"Jimin-ahh kau masih disana?" Chaeyong di sebrang sana berusaha sekuat tenaga menahan isak tangisnya. "Maaf aku bukan ingin menambah bebanmu namun aku sungguh khawatir sayang."
Jimin menggeleng cepat walau kekasihnya tidak dapat melihat "Tidak sayang, aku mengerti. Aku hanya... memikirkan banyak hal." Jimin beranjak dari kasurnya entah apa yang ingin ia lakukan, ia hanya gelisah.
"Apa yang bisa kulakukan untuk membantu? Setidaknya untuk membuatmu merasa lebih baik"
"Kurasa kita bisa bicarakan hal lain. Maksudku bila bertemu denganmu aku selalu merasa berada di dunia kita sendiri. Jadi setidaknya mungkin bicara denganmu bisa mengalihkanku." Jimin menatap pantulannya di kaca dan melihat begitu banyak emosi negatif di matanya sendiri.
"Kalau begitu aku bisa menemuimu."
Jimin tersentak mendengar penawaran kekasihnya. Ia tidak menyangka hal itu namun terdengar sebagai ide yang bagus di telinganya. Sampai bayang-bayang mayat bodyguard tadi kembali melintas di pikiran Jimin membuatnya sekali lagi menggeleng cepat. "Tidak, tidak tidak kumohon jangan. Kau, aku tidak akan membiarkan kau terluka Chae."
"Kau fikir aku rela membiarkanmu terluka juga? saat ini kau baik-baik saja secara fisik namun mentalmu terluka Jim. Aku juga tidak bisa hanya diam disini."
Jimin terdiam. Kekasihnya selalu berhasil membuatnya berfikir bahwa pernyataanya benar. Ia membayangkan jika berada di posisi Chaeyoung saat ini. Jika Chaeyoung tertekan dan terancam namun ia berada jauh dan tak bisa membantu banyak. Ia pasti akan sangat frustasi dan merasa sama tertekannya. Jimin tidak ingin Chaeyoung juga merasa tekanan yang ia rasakan. Kedengarannya bersama-sama akan menjadi lebih ringan. Namun tentu saja berada di dekat Jimin beresiko membahayakan nyawanya sendiri. Terbukti sudah ada satu korban yang kehilangan nyawa. Jimin seakan dihadapkan pada dua sisi jurang dimana jika ia salah sedikit ia akan jatuh pada salah satu sisinya.
"Sayang...." Jimin mengerjapkan matanya saat ia tersadar lagi-lagi ia menggantung percakapan mereka. Sebelum Jimin menjawab kekasihnya kembali bersuara. "Tadi Jisoo eonnie menggigit pipiku."
Jimin terkekeh mendengar kalimat kekasihnya. Ia selalu memiliki cara membuat Jimin terkejut akan tingkahnya. Wanita ini memang sangat menarik.
"Lalu? kau balas apa wanita galak itu?" Jimin berjalan ke arah balkon kamarnya. Namun mengurungkan niatnya pergi ke luar ruangan sehingga ia akhirnya menjatuhkan diri pada kursi yang ada di pojok ruangan. Masih bisa melihat suasana di bawah dari sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dangerous Woman
Fanfiction"i'll give up everything for you Jen, i love you more than every breath i take" -Taehyung "Bahkan jika aku dan kau seperti ini karena dosaku menghancurkan negara di kehidupan sebelumnya, akan kuhancurkan lagi di kehidupan ini agar di kehidupan selan...