Jennie melambaikan tangannya pada sahabat cantiknya yang sudah duduk di bangku dekat jendela. Kantin hari ini cukup sepi namun mereka tetap memilih tempat yang tidak mencolok. Jennie berjalan riang menghampiri sahabatnya dan segera duduk di depannya.
"Bagaimana harimu?" Jennie melipat kedua tangannya di meja dan langsung memberi atensi penuh pada sahabatnya.
"Kau terlihat gembira sekali Jen, merindukan suasana kampus ya?" Jennie mengangguk semangat sampai matanya hilang karena tersenyum. "Di hari-hari seperti ini aku masih bisa bilang bagus dan lancar karena belum ada tugas yang menumpuk. Kau sendiri, bagaimana harimu?"
Jennie membuka ponselnya dan memperlihatkan catatan tugasnya yang baru terisi satu. "Aku sudah dapat tugas pertamaku."
"Dasar mahasiswa baru, sebegitu senangnya kau mendapat tugas?"
"Aku sangat merindukan ini Jisoo," Jennie menatap ke luar jendela dimana ia dapat melihat beberapa orang berlalu lalang. "Setahun kemarin aku sibuk berduka dan membuang waktuku... "
"Shhhuh," Jisoo menggerakan tangannya di depan wajah Jennie. "Sudah kubilang jangan ingat-ingat lagi kesedihan itu. Kau sudah berhasil melewatinya. Lihat kau sekarang, berkat waktu yang kau ambil untuk bersedih itu sekarang kau dapat menjalani harimu dengan ringan."
Jisoo menatap sahabatnya lalu menggenggam tangannya "Kita doakan saja kedua orang tuamu yang kini sangat bahagia melihat gummy smile anaknya yang cantik." Jisso mencubit pipi sahabatnya dan tertawa bersama.
"Oh iya jen, kau tau kita sudah dapat kelompok untuk program kunjungan ke desa itu." Jisoo membuka ponselnya.
"Benarkah? aku belum buka grup chatnya." Jennie lebih mendekatkan kepalanya kepada Jisoo.
"Kapan sih kau buka grup chat?" Jennie tersenyum menampilkan gigi-giginya membenarkan ucapan Jisoo. "Kau tau, aku memohon kepada panitia agar bisa sekelompok denganmu."
Jennie mendengarkan sahabatnya dengan serius. "Apakah boleh begitu?"
"Tentu saja sulit, tapi panitia itu pernah berhutang padaku karena merusak payung yang kupinjamkan."
"Kau memang terbaik." Jennie mengacungkan ibu jarinya pada Jisoo.
"Dan satu lagi, kau tau kita sekelompok dengan selebriti." Jennie terkejut mendengarnya. Ia memang pernah mendengar bahwa di kampusnya ada sekelompok grup yang sedang melanjutkan pendidikan S2 sama seperti dirinya. Namun ia tak pernah mengira mereka serius dalam menjalankan pendidikannya apalagi sampai ikut kegiatan di luar akademik.
"Benarkah? kalau begitu kita sekelompok dengan member BTS?" Jisoo mengangguk semangat. Ia memperlihatkan daftar kelompok pada sabahabatnya.
"Kim Seokjin dan Kim Taehyung." Jisoo tersenyum melihat reaksi sahabatnya yang tidak percaya karena ia juga merasa tidak percaya pada awalnya.
"Bagaimana bisa mereka ikut kegiatan seperti ini? bukankah mereka sibuk?" Jennie membuka ponselnya untuk memastikan sendiri bahwa dirinya tidak salah lihat.
"Haruskah kita tanyakan langsung pada mereka bila bertemu nanti? aku bingung sekali harus bersikap bagaimana Jen." Jisoo memanyunkan bibirnya. Gesture yang khas saat ia merasa bingung atau resah.
"Harusnya mereka ramah kan? aku takut sekali salah bersikap dan diamuk para penggemarnya." Jennie menggenggam lengan Jisoo yang ada di atas meja.
"Betul, salah sedikit mereka akan mancarimu dan menggigit pipimu yang besar itu. Seperti zombie."
"Yaaaaaak Kim Jisoo." Jennie mendorong lengan Jisoo yang tadi ia genggam. Jisoo tertawa dengan puas melihat temannya merajuk. Pipinya semakin mengembang saat dia kesal seperti ini. Jisoo tidak tahan sampai memegangi perutnya dan berhenti saat ada sebuah suara yang menyebut namanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dangerous Woman
Fanfiction"i'll give up everything for you Jen, i love you more than every breath i take" -Taehyung "Bahkan jika aku dan kau seperti ini karena dosaku menghancurkan negara di kehidupan sebelumnya, akan kuhancurkan lagi di kehidupan ini agar di kehidupan selan...