1.4 Glimpse

84 11 3
                                    

Chaeyoung meletakan vas mawar merah yang baru saja selesai ia cek kesegarannya pada rak kaca besar kemudian mengambil ponselnya dari saku belakang celana jeans yang ia pakai. Menyalakan ponselnya sebentar hanya untuk menemukan notifikasi yang ia tunggu belum juga muncul. Ia kembali memasukan ponselnya pada tempat sebelumnya lalu mengambil vas mawar putih dan membawanya pada meja. Mengecek kesegaran bunga itu yang sebenarnya ia juga tau tidak penting ia lakukan karena bunga-bunga itu baru saja datang pagi tadi. Ia tidak bisa hanya berdiam diri karena entah mengapa perasaannya sangat cemas sejak kekasihnya terbang ke LA kemarin. Ditambah pesannya yang belum di balas sejak tiga jam yang lalu membuatnya bergerak gelisah kesana kemari. Oleh karena itu ia memilih menyibukan dirinya dengan bunga-bunga yang ada yang justru terlihat jauh lebih baik-baik saja daripada dirinya sendiri.

"Park Chaeyoung!!" Lisa yang baru saja berjalan dari dapur segera berlari dan menahan tangan Chaeyoung melihatnya hendak menggunting kelopak bunga di tangannya. Chaeyoung yang semula memandang kosong ke depan segera menoleh ke arah Lisa lalu menjauhkan gunting yang ia pegang dari bunga dan meletakan kembali bunga itu ke dalam vas. Ia menghela nafas panjang sambil menundukan kepalanya dalam dan meluruskan lengannya menggenggam tepian meja kayu.

Lisa yang melihatnya hanya bisa mengelus pelan punggung temannya. Ia juga tidak dapat berbuat banyak karena kekasihnya sendiri tidak jauh berbeda. Tidak ada yang bisa diharapkan karena bahkan Yoongi memang tidak pernah membiarkan kehidupan pribadinya mengganggu saat ia sedang bekerja. Sehingga ia akan menghubungi Lisa sebelum jadwalnya di mulai dan memberi kabar setelah jadwalnya selesai. Yang Lisa tau saat ini mereka memang sedang ada jadwal di sebuah acara televisi sehingga ia yakin pesannya juga tidak akan dibalas oleh Yoongi. Lisa tidak bisa mennyalahkan siapapun karena ia tau Chaeyoung sedang gelisah akibat sesuatu yang tidak mereka tau namun tidak adanya kabar juga di luar kendali mereka dan mereka harus dapat mengerti itu.

"Sudah Chaeng-ahh, kita doakan saja mereka semua sehat dan aman. Hanya itu yang kita bisa hmm?" Lisa menundukan wajahnya berusaha melihat wajah Chaeyoung di balik rambutnya. Chaeyoung menoleh ke samping menatap mata Lisa yang terlihat ikut sedih. Ia pun mengangguk pelan namun tetap belum mampu mengendalikan kecemasan yang ia rasakan.

"Pernahkah kau menelfonnya saat ia sedang bekerja Lisa?" Chaeyoung dengan perlahan mengambil kembali ponselnya yang hanya bisa ia goyang-goyangkan karena rasa frustasi yang ia rasakan.

"Aku, tidak pernah. Kau tau Yoongi Oppa selalu mengabariku terlebih dahulu sebelum memulai jadwal. Aku tidak berani menganggunya." Lisa menyematkan rambut Chaeyoung ke belakang telinga. "Namun aku juga belum pernah merasakan apa yang kau rasakan Chaeng-ahh, bukan berarti kau akan mengganggu Jimin Oppa kalau menelfonnya."

Chaeyoung mendengarkan Lisa dengan serius sambil berfikir bolehkah ia menelfon kekasihnya sekarang. Ia tau jadwalnya belum selesai namun kegelisahannya sangat tidak tertahan. Lisa tiba-tiba menjentikan jarinya lalu mengambil gunting yang masih ada di tangan Chaeyoung. Ia membawa Chaeyoung untuk duduk pada sofa dan memberinya gelas berisi teh panas yang memang baru saja ia buat.

"Kau minumlah dahulu, kita tanya Jisoonnie." Chaeyoung mengangguk semangat sambil menghadapkan tubuhnya pada Lisa yang sedang memegang ponselnya untuk menghubungi Jisoo. Tepat saat nada sambung terdengar. Seseorang masuk ke dalam toko sambil mengangkat layar ponselnya ke arah Lisa dan Chaeyoung.

"Tidak bisa titip membeli sesuatu lagi, aku sudah disini."

"Eonnieee." Chaeyoung dan Lisa berseru bersamaan terutama Chaeyoung yang segera berdiri dan membawa tubuh Jisoo ke sofa untuk duduk di hadapannya.

"Ada apa ini?" Jisoo memundurkan tubuhnya menatap kedua temannya bergantian.

"Tadi kami mau tanya eonnie, pernahkah kau menghubungi Seokjin Oppa saat ia ada jadwal seperti sekarang?" Lisa menjelaskan untuk Chaeyoung.

Dangerous WomanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang