_BAGIAN 17_

75 1 0
                                    

"Gimana?" Tanya seseorang di telpon.

"Udah gue lakuin.... sekarang lo mau apa?!"

"Cukup untuk hari ini, gue bakal kasih tau lo kalo gue udah buat rencana lagi."

"Sebenernya apa sih mau lo!"

"Mau gue? Mau gue lo gak perlu tau apa yang gue mau, cukup lo nurut sama gue dan melaksanakan perintah gue orang tua lo aman....

Angel!".

***

"Davi!"

"Ya?"

Vina murung, sedari tadi ia dicueki oleh Davi yang sibuk bermain game di ponsel nya.

"DAVIII!!"

Davi terperanjat kaget, hampir saja ponselnya jatuh akibat teriakan Vina yang sungguh melengking.

"Ada apa Vin? Kamu kalo teriak gak nanggung-nanggung, gimana kalo aku tiba-tiba budeg?!"

Mendengar itu Vina semakin murung dengan memajukan bibirnya hingga Davi yang melihatnya pun gemas sendiri dibuatnya.

"Ada apa hm? Kamu mau apa? Makan? Jajan? Jalan-jalan? Atau apa?" Tanya Davi bertubi-tubi sambil mengelus puncak kepala Vina.

"Kamu dari tadi cuekin aku terus, lebih milih game nya di banding aku." Ketus Vina.

"Iya-iya maaf oke, sekarang sayangnya aku mau apa hm?" Davi mengelus dahi Vina yang tampak mengekerut karena sedang berpikir.

"Aku mau jajan, aku mau makan seblak, cilok, bakso, mie ayam, cimol, dimsum, sosis bakar, dan jajanan kaki lima lainnya. Aku mau berburu kuliner, tapi kamu yang bayar." Pinta Vina yang membuat Davi melongo.

"Banyak banget Vin, emang kamu bakalan habis makannya?"

"Emang kenapa kalo banyak hah? Kamu gak mau? Yaudah kalo gak mau, aku mau beli sendiri aja, dasar pelit!" Setelahnya Vina pun langsung menendang Davi dampai terjatuh dari atas sofa.

"Eh enggak-enggak, bukan gitu maksudnya Vin. Aku gak pelit, cuma emang kamu bisa ngabisin makanannya?" Tanya Davi menjelaskan.

"Ya bisa lah, kalo gak habis juga kan ada kamu yang ngabisin. Udah ah ayo buru, aku udah gak sabar!"

Davi hanya bisa menghela nafas, pasrah akan perkataan kekasihnya itu. "Yaudah deh, ayo kamu nya siap-siap."

***

Mata Vina berbinar melihat stand-stand makanan yang berjejer di pinggir jalan, dirinya tidak sabar untuk mencicipi semua makanan yang ada di sini.

"Davi aku mau beli itu!" Tunjuk Vina pada stand penjual sosi bakar.

"Iya, ayo ke sana." Davi berjalan menggandeng Tangan Vina menuju penjual sosis bakar tersebut.

"Bang beli sosis bakarnya empat ya, eh itu ada bakso bakar Bang?" tanya Vina semangat.

"Iya Neng itu bakso bakar, mau?"

Dengan semangat Vina menganggukan kepalanya, "Iya Bang mau, dua ya Bakso bakarnya."

"Oke sip, di tunggu ya Neng."

Dari bau nya saja sudah menggiurkan, hah Vina jadi tidak sabar untuk mencobanya.

Dan tak lama pun sosis dan bakso bakar pesanan Vina pun jadi, "Ini Neng sosis sama bakso nya."

"Iya, ini Bang uangnya" kata Vina sembari menyerahkan selembar uang biru, milik Davi tentunya.

Davi dan Vina pun berjalan lagi untuk melihat-lihat jajanan yang di jajakan oleh para penjual, sampai mata Vina tertuju pada stand penjual takoyaki.

"Davi mau ituuu...." ucap Vina sembari menunjuk penjual takoyaki.

"Yaudah ayo kesana." Sambil bergandengan Davi dan Vina berjalan menuju penjual tersebut.

"Abang beli takoyaki nya ya, satu porsi aja."

"Iya, tunggu bentar ya."

Lima menit kemudian takoyaki pesanan Vina pun jadi, "Neng, ini takoyaki nya."

"Oh iya bang, ini uangnya." ujar Vina sbari menyerahkan uang lima belas ribu kepada penjual.

***

"Hah kenyang banget..." ucap Vina sembari memegang perutnya.

Saat ini Davi dan Vina sedang berada di taman kota yang cukup ramai, mereka sedang duduk di salah satu bangku taman yang ada di sana.

"Lagian kamu banyak banget makannya, kan udah aku bilang secukupnya aja beli nya." ujar Davi menasehati, pasalnya tadi tidak hanya berhenti di tukang takoyaki saja. Vina membeli jajanan lain seperti cimol, cipak, dimsum, teokkboki, dan lain-lain. Oh dan jangan lupakan jajanan kesukaan Vina, cilok.

"Ih kamu gak ikhlas beliin aku hah? Lagian semua jajanannya keliatan enak semua, aku kan gak tahan pengen beli." Vina merengut, ia tidak terima di salahkan. Jangan salahkan ia, salahkan saja jajanannya yang menggoda di mata Vina.

"Enggak Vin enggak, aku ikhlas kok. Iya-iya jajanannya yang salah." Davi mengalah, daripada nanti pacarnya itu ngambek, Davi kan pacar yang baik hati dan tidak sombong.

"Terus sekarang gimana perutnya masih sakit?" Tanya Davi.

"Enggak, udah mendingan." Jawab Vina sambil mengelus perutnya.

Langit sudah mulai gelap, matahari pun sudah hilangkan sinarnya, di gantikan dengan bulan yang mulai menampakkan sinarnya.

"Ayo pulang, udah malem nanti di cariin Mama kamu." Ajak Davi sambil mengulurkan tangannya yang langsung di balas oleh Vina.

***
Vina turun dari motor Davi setelah sampai di depan rumahnya, "Sana masuk, aku mau langsung pulang aja. Gak mampir dulu." Kata Davi seraya mengelus pucuk kepala Vina.

"Oke, hati-hati di jalan ya..." Balas Vina sambil melambaikan tangannya ke arah Davi yang sudah menjalankan motor nya.

TBC.

DAVINATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang