3 Juli 2022
•••
"Ngapain, Mas?" Pertanyaan itu membuat si pria yang ada tepat di tepian jembatan, berdiri bebas di sana, spontan mengeratkan pegangan sambil menoleh dengan terkejut. Ditemukannya, seorang wanita berpakaian kasual dengan map-map di tangan menghampiri.
Dan agak mengherankan, bukannya dengan nada khawatir atau takut, si wanita malah terlihat santai.
"Kamu ... kamu ngapain di sini?" tanya si pria, celingak-celinguk sana sini.
"Mau nyepi aja." Ia menggedikan bahu sebelum akhirnya mengeluarkan korek serta kotak besi di sana.
"Nyepi?" Ia menatap sekitaran lagi sebelum akhirnya ke sang wanita. "Kamu orang kan?"
"Iyalah, Mas kira saya setan?" Dengan santuynya, si wanita mengeluarkan sesuatu dari kotak itu, yang ternyata sekotak rokok, sebelum akhirnya menyalakan dan mengapitnya dengan kedua bibir. Dengan lihai ia menghisap rokok, mengeluarkannya kemudian. Begitu elegan.
"Kamu ... cantik-cantik ngerokok," komentarnya dengan sinis.
"Emang kenapa, gak boleh?" Si wanita bertanya balik sambil mengangkat sebelah alis. Si pria terdiam. "Udah, cepetan kalau mau lompat, Mas. Saya juga mau lompat."
"Hah? Mau bunuh diri juga?" tanya si pria, terkejut, dan malah masuk lagi ke pagar jembatan.
"Lho, gak jadi bundir?" Si cewek mengangkat sebelah alisnya dengan malas. "Ya udah saya aja ...."
Saat melangkah menuju ke tempat pria tadi, si pria malah menghalau tangannya. "Rokoknya, abisin dulu. Dan ... boleh saya minta sebatang?"
"Mau nyebat sebelum mati?" Si pria menjawabnya dengan senyuman tipis, si wanita menghela napas dan kemudian mengangguk, setuju.
Diberikannya sebatang untuk pria itu, yang kemudian mengapitnya ke mulut, lalu membantunya menyalakan. Nyatanya, setelah itu, si pria malah terbatuk, tersedak oleh asap rokok sendiri.
Si wanita tertawa. "Gak pernah ngerokok ya, Mas?"
Pria itu tertawa malu-malu. "Yah, begitulah, saya pria dengan pola hidup mengutamakan kesehatan, tapi siapa sangka gak bisa ngundur kematian, kan?"
Keduanya hanya tertawa miris akan hal itu kemudian menuju ke pagar jembatan yang begitu sepi itu, melihat aliran sungai yang mengalir lumayan deras dengan objek berbatu di bawahnya. Sambil menyesap rokok satu sama lain, pria itu terlihat lebih lihai.
"Orang-orang yang ke sini orang-orang yang putus asa, kan?" tanya si wanita, menatap langit-langit sore di atas mereka.
"We are two of them." Pria itu menyetujui, ia lalu menatap map yang dipegang setia wanita itu. "Apa kamu ... sedang melamar kerja?"
Si wanita menoleh, menatap dengan senyum pria itu. "Ketahuan jelas ya?" Ia menjawab dengan anggukan. "Iya, saya lagi nyari kerja, tapi cewek dengan 1001 daftar hitam kek saya, bahkan mantan napi, pekerjaan apa yang bisa saya lakuin? PSK kali, ya. Muka saya kan cantik."
Si pria terdiam.
"Mas sendiri, kenapa tuh? Karier juga? Gulung tikar?"
Si pria tertawa miris. "Justru, perusahaan saya lagi di puncak-puncaknya, bukan bermaksud sombong." Wanita itu hanya memutar bola mata malas. "Tapi yah ... ini soal asmara. Kekasih saya selingkuh, dan yang paling menyakitkan, dia berselingkuh dengan saingan saya."
"Dan itu bikin Mas meninggalkan segalanya, dan bikin saingan Mas makin bahagia karena gak punya saingan lagi?" Terbungkam, pria itu terbungkam karena pertanyaan si wanita.
KAMU SEDANG MEMBACA
BOSKU SAYANG, BOSKU SIALAN! [B.U. Series - L]
Romance21+ Hidup bersama seorang bos tampan, kharismatik, dan jelas sultan, mau? Tapi kalau sifatnya narsis, gaje, plus kekanak-kanakan tak sesuai wajahnya, gimana?