Chapter 10

2.3K 131 3
                                    

14 Juli 2022

•••

Sesampainya di kantor Lucas, keberadaan Cinta benar-benar menjadi pusat perhatian karena kedekatannya dengan pria muda itu. Semua mata ke arahnya penuh rasa penasaran, dan sepertinya Lucas sendiri menyadari hal itu. Ia menyapa semua insan, Cinta mengikuti seadanya, hingga akhirnya mereka berhenti di depan lift khusus atasan.

Tidak masuk, Lucas menghadap mereka semua. "Attention, please." Semua mata yang sudah tertuju pada mereka semakin fokus. Cinta bertanya-tanya maksud Lucas saat ini.

Memperkenalkannya?

"Perkenalkan, ini Cinta Yudayana, dia asisten pribadi spesial saya, saya harap kalian menghormati dia selayaknya kalian menghormati saya. Mengerti?" Ugh, hormat? Orang sepertinya tak pantas dihormati tapi ya sudahlah terserah Lucas. "Mengerti kan? Sekarang, kembali ke pekerjaan kalian masing-masing, dan buat yang belum tahu silakan infokan ke yang lain."

Dengan itu, barulah mereka memasuki lift, tetapi Cinta sempat menoleh ke belakang dan semuanya masih agak bertanya-tanya walau dalam diam tak memprotes atasan mereka.

Begitu?

"Persiapkan diri kamu, Cinta. Kita harus bekerja ...."

"Iya ...." Cinta selalu siap meski wajahnya kelihatan agak malas. Sungguh.

Dentingan tanda lantai dituju sampai, keduanya keluar dan disambut seorang pria berkacamata, yang sepertinya sekretaris Lucas. Ia sama bertanya-tanyanya saat ini.

"Cinta, ini sekretarisku. Ini Cinta Yudayana, asisten pribadi spesial saya." Cinta membungkuk hormat dan menyalami sang sekretaris yang mengangguk paham. Mereka lalu berjalan bersamaan hingga akhirnya memasuki sebuah ruangan dengan pintu kaca tebal yang tak bisa memperlihatkan isi di dalam.

Cinta kagum, daripada ruang kantor, ini mirip hotel ....

"Jadi, kita kerja apa?" tanya Cinta, menatap Lucas.

"Kita akan mulai bekerja ...."

Pekerjaan Cinta cukup sederhana, sebelas dua belas sekretaris, sepertinya, tetapi lebih tepat kebanyakan ... hanya mendampingi Lucas di mana saja dan kapan saja, kecuali saat Lucas ke toilet, jelas. Pria itu punya sekretaris yang mengurus pekerjaan dan Cinta di sini serupa kaki tangan kecil, atau seorang teman yang menempel terus.

Agak susah menjelaskan detailnya, intinya Cinta kadang disuruh beberapa hal kecil oleh Lucas dan terus berada di sisi Lucas. Pokoknya seorang teman, sahabat, atau apalah Lucas menyebutnya.

Dan faktanya, Cinta juga diajak Lucas memasuki ruang meeting, dilihat dari ragam insan yang duduk di kursi kebesarannya masing-masing. Sangat penting. Cinta menatap hormat mereka semua, dan berusaha profesional, tetapi ia agak bingung sekarang ....

"Luke, aku ... aku harus apa?" bisik Cinta, bertanya bingung.

"Duduklah, di sampingku." Cinta bukan orang penting hoi, tetapi karena ada kursi kosong yang tersedia di sana mau tak mau Cinta duduk juga. Semua mata memandang ke arahnya, seperti melihat orang asing.

Atau memang seperti itu.

"Pak Estiawan, apa ini ... sekretaris baru Bapak?" tanya salah seorang dari mereka akhirnya.

Bertepatan itu, sekretaris Lucas yang sebenarnya masuk bersama beberapa peralatan lain, yang menjawab jika Cinta bukanlah sekretaris Lucas. Padahal pria itu sedari tadi muncul, apa mereka tak memperhatikannya? Memang sekilas sih karena dia mengurus peralatan lain.

"Oh, dia ... perkenalkan, namanya Cinta Yudayana, dia ini asisten khusus pribadi saya." Mereka tampak mengangguk paham.

"Oh, kami pikir pacar baru Anda, Pak," kata yang lain tiba-tiba, disertai tawa yang lain.

Lucas terdiam sejenak karenanya, Cinta bisa melihat sisi rapuh pria itu yang kemudian ia tutupi dengan tawa renyah seperti mereka. Terlepas dari mereka yang menggodainya kekasih Lucas, kebanding rasa malu-malu sekarang lebih ke rasa iba, jujur saja.

"Yakin Pak bukan kekasih? Kalau asisten pribadi sih tidak mungkin duduk di sini, Pak." Yang lain menggodainya.

Mereka seperti menggodai anak kecil sekarang, dan sepertinya memang di mata mereka Lucas adalah anak kecil. Rata-rata usia mereka mungkin di atas 40an.

"Itu karena dia asisten spesial, khusus--"

"Ada kata lain dari spesial dan khusus, Pak?" Yang lain memutus ungkapan Lucas, pria itu semakin ciut di hadapan para orang tua yang ada di sana. Cinta bisa melihat Lucas menggenggam tangannya sendiri menahan amarah.

Dan seketika, Cinta mendapatkan sebuah ide.

Wanita itu segera berdiri, dan spontan menjadi pusat perhatian yang ada di sana termasuk Lucas. Tanpa pikir, Cinta menghampiri sang sekretaris Lucas yang sedari tadi tak berdaya, untuk melanjutkan perihal presentasi mereka. Cinta berusaha jadi asisten yang baik sekarang ....

Lucas menyadari itu, Cinta membantunya, wanita itu mengalihkan perhatian para tetua perusahaan untuk fokus bekerja dan berhenti menggodainya sedemikian rupa. Lucas terselamatkan oleh seorang Cinta Yudayana yang siapa sangka, cukup baik untuk benar-benar jadi sekretaris juga.

Kepercayaan diri Lucas terus terbangun untuk mengikuti alur Cinta yang agak kewalahan mengikuti rencana, meski syukurlah sekretaris Lucas membantu mereka. Meeting pertama beres dengan baik, nilai plus.

"Jadi, kalian pasti punya hubungan spesial kan?" tanya tetua kala menyalami Lucas, dan wajah Cinta seketika tak nyaman.

Namun siapa sangka, Lucas malah tertawa. "Mungkin, mungkin Anda benar." Cinta kaget, begitu malu akan jawaban itu dan seketika wajah para senior tersebut kikuk.

Mereka lalu pergi tanpa banyak patah kata meninggalkan mereka semua.

"Luke, kamu ngomong apa? Nanti kita kena rumor!" Cinta tahu ia akan mencolok ketika bersama seorang Lucas Estiawan, tetapi sampai menyebarkan rumor keliru. Ugh.

"Kamu santai saja, mereka gak akan sebar yang aneh-aneh. Lagi pula, tanpa jawaban itu, mereka bakalan terus ...." Lucas menghela napas sendu.

Oh, Cinta memahami wajah tak move on itu.

"Maaf ya, Ta. Dan jujur aku sangat berterima kasih dengan hal yang tadi kamu lakuin." Cinta memandang wajah pria itu, terukir senyum manis di wajahnya, Cinta menghela napas seraya mengangguk. "Aku gak bermaksud ...."

"Iya, aku ngerti, udahlah." Cinta menghentikan rasa bersalah Lucas saat ini. "Sebaiknya kamu istirahat deh, kelihatan capek banget, abis ini gak ada jadwal kan? Cuman makan siang?"

Cinta menatap Lucas dan sekretarisnya bergantian, dan berhenti di Lucas.

"Iya, Bu Yudayana."

"Baguslah, ayo." Cinta mulai menuntun Lucas menuju ruang kerjanya lagi, mendudukkan Lucas di sofa empuk yang tersedia di sana agar Lucas menenangkan dirinya sejenak. "Mau susu?" tanya Cinta.

Lucas mengangguk. "Ya, boleh juga, oh ya tolong pesankan menu biasa saya, dan Cinta kamu mau apa?" Lucas memandang sekretarisnya yang ada di sana.

"Terserah saja ...." Cinta bisa makan makanan apa saja.

"Baiklah, samain aja ya?" Wanita muda itu menggumam mengiyakan. "Kamu dengar?"

"Baik, Pak. Tunggu ya Pak." Sang sekretaris undur diri dan melaksakan keinginan Lucas. Sedang Cinta mulai beranjak ke dapur yang tersedia di sana dan membuatkan susu favorit Lucas. Cinta segera memberikannya pada Lucas sebagai bentuk pertolongan pertama.

Siapa sangka, Lucas mengambilnya dan langsung meminumnya cepat. "Luke, pelan-pelan, astaga! Itu panas!" Lucas tak peduli hingga akhirnya satu gelas susu tandas.

Cinta ternganga karena betapa cepatnya hal tadi.

"Bisa tolong buatkan lagi?" Cinta masih bengong seraya mengambil gelas kosong itu lagi.

Dan akhirnya, ia berkata, "Sesuka itu kamu sama susu ...."

"Ya, susu memang juaranya pas lagi badmood." Lucas tertawa dan Cinta balas menertawainya.

Yah setidaknya mood Lucas membaik.

BERSAMBUNG ....

•••

Cerita An Urie yang lain bisa kalian temukan di
Karyakarsa: anurie
Playstore: An Urie

BOSKU SAYANG, BOSKU SIALAN! [B.U. Series - L]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang