19 Juli 2022
•••
Beberapa saat sebelumnya ....
"Hai Luke!" Seseorang menyapa Lucas ketika pria itu baru saja keluar dari bilik toilet menuntaskan panggilan alam, ada sedikit keterkejutan karena mengenali suara itu.
Oh, itu dia, pria yang merebut kekasihnya. Atau sebenarnya lebih tepat menggantikan posisinya setelah mereka putus, Lucas tak seharusnya playing victim karena memang dia yang salah tak pengertian.
Meski Lucas bukan ahli kode, ya sudahlah.
"Ya!" Lucas mengangguk menanggapi, dan mulai menuju wastafel untuk mencuci tangannya, pria itu mengikutinya.
"Jadi mmm gandengan baru huh?" tanyanya, dan Lucas hanya tersenyum tak menanggapi.
Kalau boleh jujur, Lucas malas. Itu saja. Melihat wajahnya saja Lucas eneg, tetapi dia lebih memilih menyembunyikannya.
"Cantik juga, cocok sepertinya denganmu, semoga langgeng ya, Sob." Sob? Sop ayam?
"Ya thanks, you guys too." Lucas menanggapi seadanya, meski jelas Cinta bukan siapa-siapanya.
"Hah ... kalau soal itu, sih, sepertinya jangan didoakan ya." Lucas mengerutkan kening.
"What do you mean?" tanya Lucas heran. Menatap pria itu dengan bingung.
Pria itu menggedikan bahu. "Jujur, aku merasa tidak cocok dengan Karen, selama ini hubungan kami sangat ... yah begitulah." Mata Lucas membulat sempurna.
Ia harusnya sadar jika hal yang dilakukan rivalnya ini adalah ... merebut semua yang dia punya. Dia tak bisa di dunia kerja, tetapi asmara ....
"Sepertinya kamu sendiri belum move on kan dengan dia? Dan kelihatannya Karen juga begitu. Here little advice, cukup menjadi pria dewasa dan pengertian, seperti yang dia inginkan, kurasa mudah untuk kamu kan? Aku akan mengembalikan dia padamu, Kawan." Ia menepuk bahu Lucas.
Dan Lucas menepisnya. "Are you lost your mind? Kamu dan dia barusan membeli cincin kan?!"
"Cincin? Oh cmon, itu hanya cincin, bukan berarti ke jenjang serius. Tapi hei, kekasih kamu yang baru boleh juga. Bagaimana kalau gini? Kita bertukar saja, kamu sama Karen, aku sama kekasihmu, omong-omong siapa namanya--"
Buk!
Lucas tanpa pikir meninju pria itu, jujur saja dia sangat emosi dengan apa yang barusan dia katakan. Semua permainan busuknya memang memuakkan.
"Katakan itu sekali lagi, gue patahin hidung lu!" Lucas mengancam kesal.
"Bung, santai, bukannya itu deal yang bagus?"
"Bagus?" Lucas tertawa miris. "Gue tau, gue pria tanpa komitmen, kekanak-kanakan, tapi seenggaknya gue gak memainkan hati orang. Lo nganggap remeh Karen, yang notabenenya sayang sama lo, dan lo mikir kekasih lo itu barang yang bisa lo tuker tambah, lo barter, ngelawak lo! Lo tau apa yang lebih bagus? Gue bonyokin muka lo! Biar lo sadar betapa sedengnya ucapan lo saat ini!"
Dan bukannya merenungi perkataan Lucas, pria itu hanya tertawa. "Anak kecil ternyata bisa juga marah."
"Iya iya si paling tua!" Lucas mengejek balik.
Buk!
Dan tanpa disangka, pria itu membalas pukulannya, Lucas agak tersentak ke samping karena hal tersebut. Lalu terjadilah adegan baku hantam antar dua insan itu, dan karena tubuh Lucas faktanya lebih berisi dan kuat, posisi Lucas cukup baik sekarang.
Dan saat itulah, kedua wanita mereka masuk ke sana.
"Cemburu?" Lucas tertawa bengis akan pernyataan Karen mantannya. "Iya, aku sering cemburu, tapi saat ini bukan cemburu alasan aku marah sama ni pria berengsek!" Lucas semakin murka. "Karen, kamu harus tahu muka asli dia ini, sebelum kamu nyesel seumur hidup!"
"Apa maksud kamu hah?! Lepasin dia lepasin!" Karen mendekati mereka, menarik tangan Lucas yang siapa sangka, amat kuat, berurat kekar hingga tak bisa dia geser sedikit pun, sampai akhirnya Lucas menarik tangannya sendiri.
Karen mengecek keadaan kekasihnya. "Bruno, kamu gak papa kan?" tanyanya, leher Bruno agak memerah dan pipinya memar. "Kita ke polisi laporin dia!" katanya kesal menunjuk Lucas.
Lucas yang sebenarnya juga terdapat memar di sana.
"Udah, gak usah, Sayang, gak usah." Bruno menenangkan kekasihnya dan Lucas menggeram menahan emosi. "Ayo kita pergi aja dari sini!"
Dan dengan itu, Bruno dituntun Karen pergi, tetapi sempat-sempatnya ia menabrak bahu Lucas secara sengaja dan memberikan senyum smirk dan membuat Lucas tak berdaya. Lucas semakin kesal setelah kepergiannya.
"Luke, kamu gak papa?" Akhirnya Cinta bertanya setelah sedari tadi diam tak berkomentar, ia mengecek pipi Lucas. "Astaga, kamu memar."
"Udah, aku gak papa."
"Luke, bukan mau mencampuri urusan asmara kamu tapi ... keknya mantan kamu bukan orang baik juga deh, kamu jangan cemburuan, itu bisa--"
Lucas tertawa miris. "Hadeh ... pada nyangka aku cemburu sih?"
Cinta mengerutkan kening. "Lah terus?"
Lucas menatap Cinta sendu, dan kemudian menghela napas gusar. "Bruno itu rivalku yang pengen ngambil semuanya dariku, dan karena dia gagal soal bisnis, dia malah mulai dari ngehancurin kisah asmaraku. Nyatanya, dia cuman rebut Karen bukan karena cinta, tapi dia ... argh pokoknya berengsek deh!"
Mata Cinta membulat sempurna.
"Dan bukan hanya itu, bahkan dia bilang dia mau tukeran antara Karen dan kamu, sebagai kekasih dia. Gila gak tuh?"
"Hah?! Seriusan?!" tanya Cinta kaget bukan main. Dikira mereka apaan bisa tuker tambah? Hape?
"Seriuslah, andai aku pake perekam suara tadi, aku punya bukti, ck aku gak tahu gimana caranya buat nyelametin dia." Lucas tampak menggeram sebal. "Meski gak akan bersama lagi, dan aku juga pengen bikin dia nyesel, tapi aku gak tahan kalau dia sama orang yang salah, aku gak tega Ta."
Cinta paham, perjuangan atas nama cinta memang bisa sekeras itu sekalipun sudah disakiti. Cinta sebenarnya masih kesal atas kesongongan Karen tadi, tetapi sebagai sesama wanita siapa sih yang mau dipermainkan begitu saja? Siapa yang tega?
"Kita obatin luka kamu dulu." Cinta menawarkan, Lucas mengangguk dan mereka pun pergi dari sana membeli kotak P3K lengkap dan kini menuju mobil.
Lucas duduk di kursi parkiran yang tersedia dan Cinta mulai mengobati memarnya dengan kapas yang diberi obat oles. Sesekali Lucas meringis karena nyeri kala bersentuhan dengan jari lentik Cinta.
"Tahan sebentar." Dan tak butuh waktu lama Cinta menyelesaikannya. "Udah."
Lucas menghela napas lega, syukurlah nyeri memarnya sudah tak terlalu terasa.
"Udah mendingan?" Lucas mengangguk dan Cinta merapikan kotak P3K, agaknya heran karena Lucas harusnya beli salep saja, tapi malah satu kotaknya.
"Aku harus nyelametin dia sebelum terlambat, Ta. Bruno itu pria berengsek." Lucas mendengkus pelan dengan wajah sendu.
Cinta mengerti, betapa bucinnya Lucas saat ini. Namun, ia teringat hal yang dikatakan Karen sebelum perkelahian tadi ....
"Luke, tadi Karen ngundang kita, katanya dia dan Bruno itu, secepatnya akan menikah." Mendengarnya, jelas Lucas kaget, tetapi kemudian menghela napas sendu.
"Mungkin karena cincin itu, dia mikir begitu, padahal faktanya ...." Lucas mendengkus pelan. "Sialan Bruno! Aku harus secepatnya nyari bukti dari si berengsek itu! Sialan memang tu orang!" Lucas semakin menggebu dan Cinta hanya bisa diam.
Dia memang merasa tak seharusnya ikut campur, dengan urusan ini, tetapi jujur dalam lubuk hatinya kasihan pada Lucas, pria itu sebenarnya jauh lebih dewasa di drama ini.
BERSAMBUNG ....
•••
Cerita An Urie yang lain bisa kalian temukan di
Karyakarsa: anurie
Playstore: An Urie
KAMU SEDANG MEMBACA
BOSKU SAYANG, BOSKU SIALAN! [B.U. Series - L]
Romance21+ Hidup bersama seorang bos tampan, kharismatik, dan jelas sultan, mau? Tapi kalau sifatnya narsis, gaje, plus kekanak-kanakan tak sesuai wajahnya, gimana?