Chapter 11

2.1K 126 1
                                    

15 Juli 2022

•••

Sekitar tiga gelas yang Lucas habiskan, apa pria itu tak merasa enek dan mual? Cinta menghela napas melihatnya, perutnya terbuat dari apa? Bahkan setelah susu habis, makanan pun datang, Lucas makan dengan lahap makanannya dan Cinta semakin melongo melihat sang pria sambil memakan jatahnya sendiri.

Meski rada tak nyaman melihat Lucas dan selera makannya jadi menurun, tetapi Cinta sadar ... ia perlu tenaga cukup untuk pekerjaan berikutnya.

Pekerjaan Cinta pun berlanjut sampai akhirnya, waktu pulang. Seperti biasa, menjadi pusat perhatian tepat setelah keluar lift. Cinta membungkuk hormat ke arah mereka saja dan mereka membalasnya.

"Beli es krim, yuk!" ajak Lucas tiba-tiba, persis anak kecil yang mengajak temannya.

"Mm ... sure ...." Cinta setuju, dan beberapa karyawan menatap ke arah mereka, entah apa dipikirkan para karyawan itu ketika Lucas cukup nyaring menginginkan es krim.

Ya sudahlah sih, Lucas secara teknis meski ada sifat kekanak-kanakan, dia masih punya sisi kepemimpinan yang baik. Dia tahu kapan harus profesional dan kapan inner child itu keluar. Cinta bisa memahami masa lalu pria tersebut.

Keluar dari tempat bekerja, memasuki mobil, dan Lucas mulai menjalankannya dengan kecepatan sedang menuju ke pemberhentian mereka selanjutnya. Es krim. Dan es krim yang Lucas maksud adalah es krim yang dibuat di papan dingin, campuran susu dan bahan perisa entah buah atau hal lain, kemudian dipotong sedemikian rupa dan dimasukkan ke cup.

Ah, Cinta pernah menonton pembuatan es krim ini, pembuatnya lihai dan terlihat satisfying.

"Mau campuran apa?" tanya Lucas, menatap Cinta di sampingnya.

"Aku ikut kamu aja." Yang mau es krim kan Lucas, Cinta tak punya masalah dengan rasa makanan yang ada.

"Pisang?" Cinta mengangguk akan keinginan Lucas. "Pisang, kacang almond dan cokelat." Dan Lucas menambahkan setelah mengatakan tadi.

Sang pria pembuat es krim mengangguk, mulai dengan cekatan ia membuatkan es krim yang ada. Mengaduknya, merapikannya, hingga kala membeku memotongnya kotak-kotak sebelum akhirnya memasukkannya ke cup, dihias madu serta sprinkle warna-warni. Cinta dan Lucas mengambil pesanan mereka dan duduk di kursi yang tersedia di sana. Tak hanya itu, mereka juga memesan beberapa cemilan lain.

"Ta," panggil Lucas tiba-tiba.

Cinta menggumam menanggapi. "Hm?"

"Apa menurut kamu ... aku kekanak-kanakan?" tanya Lucas.

Lucas pernah bilang dia ingin Cinta blak-blakan, jadi dengan jujur Cinta mengangguk. Meski agak bingung, kenapa tiba-tiba Lucas menanyakannya?

"Tanggapan kamu tentang itu?"

"Tanggapan?" Cinta meletakkan sendoknya ke cup es krim dan berpikir sejenak. "Masa kecil kamu kurang bahagia."

Mendengar jawaban itu, Lucas tertawa. "Can't argue with that."

"Ya enggak papa sih, toh kamu masih memposisikan kapan kerja, kapan kamu main. Saat kerja tadi, kamu bener-bener serius." Kedua tepi bibir Lucas tertarik ke atas, mengulas senyuman hangat di sana. "Tapi itu lumayan bikin kamu kek punya kepribadian ganda."

"Maybe I am." Tawa Lucas renyah.

"Itu sifat yang unik dari seorang pria yang cocok jadi aktor film dan jadi CEO dingin kejam posesif obsesif." Cinta meneruskan penuturannya.

"Sayangnya, aku enggak begitu, pengen sih kan wajahku mendukung, tapi ... aku gak bisa." Lucas tertawa. "Aku gak tertarik jadi orang dewasa. Aku cuman anak kecil yang terjebak di badan dewasa."

"Hm ... aku paham hal itu." Cinta tersenyum balik. Masa lalu Lucas sangat mendukung masa depannya saat ini.

"Itu kenapa kata dia, aku pria tanpa komitmen, menyebalkan, kekanak-kanakan." Lucas menghela napas, dan konteks dia di kalimatnya ... Cinta rasa tertuju pada sang mantan kekasih. "Dia benar ...."

"Luke ...." Cinta memanggil hangat, berusaha menghentikan Lucas yang mulai bernostalgia karena yakin akan menyakiti dirinya sendiri, tetapi Cinta tak tahu harus mengatakan apa.

"Hah ... sorry sorry, jadi keinget kenangan, karena kami lumayan sering ke sini." Lucas tertawa geli seraya memakan es krimnya lagi. "Hah ... derita derita, ya sudahlah."

Jujur saja, Cinta tak mau berkomentar, baik tentang cewek mungkin tak akan tahan dengan pria yang kekanak-kanakan dan tanpa komitmen, karena Cinta tak mau men-judge siapa pun karena tak tahu bagaimana masa lalu Lucas dan kekasihnya, ataupun alasan Lucas bersikap demikian. Mungkin keduanya salah paham, mungkin perihal lain, tetapi perselingkuhan memang hal buruk.

Cuma sekali lagi, Cinta tak mau men-judge siapa pun, ia tak tahu apa-apa.

"Keknya kamu mikir, keputusan mantanku bener ya, ninggalin pria kek aku?" tanya Lucas, dan Cinta terdiam. Ugh pertanyaan rumit, dan sekarang semakin berlarut-larut. "Kamu enggak salah, dia enggak salah, ya sudahlah ya."

Tak ada jawaban, Cinta masih diam dan membiarkan es krimnya cair karena tak menikmatinya seperti Lucas. Kini mereka diam-diaman sampai akhirnya pulang, tak ada suara, hingga menuju waktu tidur. Keduanya berbaring telentang di kasur masing-masing.

Cinta benar-benar kepikiran soal ... tadi. Dia merasa bersalah.

"Luke ...."

"Ya?" Lucas lekas menjawab.

"Maaf ...." Cinta akhirnya bersuara, Lucas sudah pasti sakit hati saat mengatakan hal tadi dan Cinta tak bisa tak jujur akan pertanyaan itu.

Yang ia bisa hanya menemani bosnya ini, setidaknya agar tak bunuh diri ....

"Maaf buat?" Lucas menatap Cinta, begitupun sebaliknya, wajah pria itu kelihatan bingung. "Yang tadi?"

Cinta menghela napas. "Aku gak bermaksud."

"Aku ngerti, kok. Aku ngaca dan sadar diri. Memang kesalahanku." Lucas tertawa pelan. "Dia beberapa kali ngode, dan aku ternyata gak paham maksud dia, aku kekanak-kanakan, sampai akhirnya dia muak dan pindah ke lain. Aku gak bakal ngejar lagi, itu keputusan dia dan aku menghargai itu."

"Semoga kamu menemukan cinta sejati kamu, Luke." Cinta hanya bisa mendoakan, dan dalam hati ada terusannya, agar Lucas jadi pribadi yang lebih baik.

"Ya semoga, tapi untuk sekarang aku belum siap. Mungkin nanti, entah kapan, dan kurasa saat itu aku udah paham perihal kedewasaan." Cinta mengangguk mengerti. Bagus pria ini mau berubah. "Tapi aku males jadi orang dewasa, bodoh amatlah sama jodoh."

Oke, pria ini memang sangat trouble isi otaknya.

"Aku mau nyari mereka yang nerima aku apa adanya, kamu tau? Kurasa mantanku salah, inner child-ku, kemanjaanku, gak seburuk itu. Kamu aja bilang kan, aku tahu kapan harus dewasa, di dunia kerja saja aku sangat baik, hanya sama orang-orang tertentu aku manjanya. Ya gak?"

Pria ini semakin ngawur. Cuman ... terserahlah. Lucas adalah Lucas.

"Ya, semoga deh." Tadi sendu, sekarang narsis kembali, sangat amat menggambarkan seorang Lucas. Cinta tak jadi bersimpati, mungkin salah satu alasan kekasihnya pergi juga karena sikap Lucas satu ini.

Cinta diam saja deh tak mau mengomentari hal itu, semoga pria itu sadar diri.

"Punya sifat kek gini kurasa bukan kesalahan, selama aku bisa memposisikan diri. Aku akan jadi pria paling manly, untuk kekasihku nanti, dan dengan itu penyesalan ... penyesalan selalu datang di akhir. Syukur aku gak jadi bundir, harusnya aku sadar masa harus bundir cuman gegara ditinggal dia, lebih oke dengan bikin dia nyesal ninggalin aku. Ya gak Cinta?"

Cinta tak menjawab, memilih pura-pura tidur saja.

"Hah udah tidur ya? Ya udah deh selamat malam." Ya, tidur sana, jangan kebanyakan halu.

BERSAMBUNG ....

•••

Cerita An Urie yang lain bisa kalian temukan di
Karyakarsa: anurie
Playstore: An Urie

BOSKU SAYANG, BOSKU SIALAN! [B.U. Series - L]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang