28 Juli 2022
•••
"Luke, kamu ngomong apa tadi?" Cinta bertanya, tetapi Lucas sudah memejamkan mata dan tak menyahutinya, sepertinya sangat lelah hingga dengan cepat terlelap.
Cinta tak mendengar perkataan Lucas tadi, pria itu bergumam, entah apa yang dikatakannya ....
Cinta menghela napas, mungkin hanya gumaman ngelindur, jadi ia juga ikut memejamkan mata saja dan mulai terlelap mengikuti Lucas, masuk ke alam mimpinya seperti halnya Lucas saat itu juga.
Pagi harinya, terbangun ....
Cinta baru membuka mata ketika ia temukan, dirinya berhadap-hadapan dengan Lucas, seperti terakhir kali mereka sebelum tidur. Keduanya bersitatap sedemikian rupa dengan eratnya.
"Aku kalah main catur." Oke, Lucas, ini masih pagi dan dia sudah mengigaukan hal aneh kembali. "Mau main di reallife kapan-kapan?"
"Aku gak bisa main catur, Luke." Cinta memutar bola mata malas, mulai bangkit dari tidurannya.
"Kok bisa aku kalah sih?!" Lucas terdengar tak terima, ia bangkit dan memperhatikan Cinta mulai keluar kamar tak menanggapi kekesalannya. Pria itu manyun, persis anak kecil yang kalah sehabis main petak umpet. "Enggak adil banget deh."
Ia masih mengomel dan memulai ritual paginya seperti biasa.
Usai itu, memakai jas khas orang kantoran, begitupun Cinta, disusul sarapan pagi. Keduanya pun siap-siap untuk berangkat kerja dengan mobil Lucas, menjalankan dengan kecepatan sedang dan akhirnya tiba tepat waktu di kantor.
Sapa-sapa karyawan dan karyawati yang ada seraya menyusuri masuk kantor, memasuki lift, dan menuju ke lantai di mana ruangan Lucas berada. Masuk ke sana dan memulai pekerjaannya seperti biasa.
Hari-hari berlalu seperti tanpa beban bagi mereka berdua, selalu bersama hingga desas desus tak bisa terelakkan, tetapi tak ada yang terlalu berani untuk bertanya kebenaran di antara keduanya. Semua berjalan baik, bahkan mungkin sangat baik, sampai sebuah berita ... sampai di telinga Lucas.
Sebuah alamat email yang terlihat dipalsukan, mengirimkan sesuatu padanya, berupa sebuah undangan pernikahan dengan keterangan, don't forget to bring your GF, Buddy. Lucas rasa dia tahu siapa pengirimnya, terlebih kartu undangan digital tersebut memampangkan sebuah nama.
Karen dan Bruno.
Minggu ini.
"Luke, kamu baik-baik aja?" Cinta bertanya khawatir, Lucas memandangi ponselnya yang memampangkan hal tersebut dalam diam tanpa suara, dan ekspresinya sulit terbaca.
"Mm yah, tak apa." Lucas menjawab, hanya ada sekilas senyuman yang ditunjukkannya, dan Cinta merasa Lucas sedang tak baik-baik saja.
Memang sepertinya sangat susah untuk move on.
"Yang sabar ya, Luke." Cinta mengusap bahu Lucas menenangkannya.
Lucas menatap Cinta dengan alis terangkat satu. "Emang keliatannya aku gak sabar?"
"Uh mm bukan itu maksudku." Lucas tertawa akan candaannya sendiri, ia mengerti Cinta ingin menenangkannya, tetapi melihat wajah cemberut Cinta lumayan menghibur juga.
"Kamu tenang aja, Ta. Aku kek tadi bukan karena patah hati sama Karen dan Bruno, aku cuman gak nyaman aja sama mereka, apalagi ucapan Bruno saat itu di mall, tentang kamu. Aku jujur aja males dateng." Lucas menggedikan bahu. "Dari pesan ini, ini jelas dari Bruno yang nyuruh aku bawa kamu ke sana, dan aku ngerasa ada bau-bau keberengsekan di nada pesannya. Karen mana mungkin ngirim beginian karena dia tau semua akses ke aku dah diblokir."
KAMU SEDANG MEMBACA
BOSKU SAYANG, BOSKU SIALAN! [B.U. Series - L]
Romance21+ Hidup bersama seorang bos tampan, kharismatik, dan jelas sultan, mau? Tapi kalau sifatnya narsis, gaje, plus kekanak-kanakan tak sesuai wajahnya, gimana?