Chapter 3

4.7K 217 21
                                    

5 Juli 2022

•••

"Kamu sudah makan?" Itulah pertanyaan seorang Lucas ketika suara seperti ... monster mini terdengar disertai wajah Cinta memerah dan bergerak agak menjauhi pria tersebut. Malu terdengar begitu.

Namun sadar sudah ketahuan, Cinta menghela napas. "Belum, sih." Disertai gelengan.

"Ya sudah, kita berhenti sebentar, di sini." Mobil berhenti, Cinta melongokkan kepala ke arah luar, dan menemukan warung makan berciri khas ala rumah kayu yang elegan di sana. "Nasi pecel? Saya traktir."

"Oh, my favorite!" Cinta berseru antusias, meski kemudian menjaga tingkahnya kemudian. "Terima kasih, ya, Luke ...."

Lucas tertawa pelan. "C'mon!" Keduanya pun keluar dari mobil dan memasuki warung makan tersebut. Tampak beberapa insan ada di sana dan spontan menatap ke arah keduanya, karena rata-rata mereka memakai pakaian santai tetapi mereka berdua ... pakaian ala kantoran.

"Eh, Mas Eluk." Mas Eluk? Cinta agak bingung dengan panggilan itu, tetapi si pria penjual seperti kenal dengan si pria.

"Nasi pecel dua ya, Pak. Lauk kamu apa?" tanya Lucas menatap Cinta di sampingnya, dan Cinta memandang sekilas sebelum menuju ke sang paman penjual. Pria itu seakan memperhatikannya dengan wajah penasaran, tetapi tak berkomentar apa pun,

"Samain kek kamu aja, tapi saya pake cabe banyakin." Cinta berkata.

"Oke, minum saya susu hangat, dan kamu ... susu juga, Cinta?" tanya Lucas.

"Kopi pait aja." Mendengar jawaban itu, Lucas agak terkejut. "Gak usah pake gula."

"Baik, Mas Eluk, Mbak, silakan duduk." Mereka pun dipersilakan duduk, keduanya memilih meja sepi yang ada di pinggiran, duduk santai di sana.

"Jadi ... kamu biasa beli di sini?" tanya Cinta berbasa basi, menunggu pesanan dan diam-diaman rasanya tak nyaman.

"Bisa dibilang begitu, termasuk warung makan langganan saya." Cinta agak tak menyangka selera Lucas, yang ada muka bule, sangat lokal juga. "Kamu seriusan itu minum kopi tanpa gula?"

"Seriuslah, toh lebih pait kehidupan saya." Cinta tertawa pelan, begitupun Lucas.

"Saya pikir kamu bakalan jawab, kan ada saya, jadi kopinya pasti manis." Lucas dengan jail menaikturunkan alisnya dan Cinta menatap cringe.

"Kepedean banget," gumam pelan wanita muda itu.

"Oh ya tunggu sebentar ya, saya mau menelepon seseorang." Cinta mengangguk, Lucas pun beranjak keluar warung dan menuju keluar, meninggalkan Cinta seorang diri di sana.

Namun, Cinta menghela napas lega, dia sendiri agak tegang dengan keberadaan Lucas yang masih tak biasa baginya, lagi dia juga kehabisan topik.

Sementara itu, kala Lucas keluar, dia memasuki mobil dan menuju ke bagasi, membukanya dan mengeluarkan surat demi surat milik Cinta. "Cinta Yudayana ...." Dia hanya melihat depan surat lamaran di mana terdapat profil wanita muda itu di sana.

Sebelum akhirnya, mulai menelepon seseorang. Tak butuh waktu lama untuk diangkat.

"Pak Estiawan! Anda dari mana saja, Pak? Kami semua khawatir dengan--"

"Sssttt, tenang, saya baik-baik saja." Lucas menghentikan suara pria di seberang sana yang kelihatan khawatir. "Dengarkan saya baik-baik, saya ingin kamu mencari profil lengkap dan secara jujur seseorang."

"Seseorang? Siapa, Pak?" tanya pria di seberang sana dengan nada bingung.

"Cinta Yudayana." Lucas tersenyum hangat kala mengatakan nama itu.

BOSKU SAYANG, BOSKU SIALAN! [B.U. Series - L]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang