21 Juli 2022
•••
"Kamu ngerasa deja vu?" tanya Lucas, memandang ke arah air terjun yang indah, dan terasa sangat ramai karena banyaknya pengunjung. Ia intens menatap ke sana tanpa mengalihkan pandangan pada Cinta di sampingnya.
Cinta pun sama, memandangi intens air terjun tersebut. "Ya ...." Bukan hanya deja vu, bayangan masa lalunya pun ikut menyertai.
Ia, ibunya, bermain bersama dengan bahagianya. Dulu destinasi ini tak seramai itu, tetapi kondisinya masih cukup sama, meski ada beberapa tambahan hal modern. Bagus dan menjanjikan menjadi tempat liburan.
Namun keduanya fokus ke arah air terjun, atau sebenarnya lebih tepatnya ... tebingnya.
Terlihat beberapa anak kecil melompat dari tebing terendah, bermain air pada air terjun nan jernih dan beraliran cukup beriak, beberapa lagi lompat dari tebing yang lebih tinggi dan itulah yang keduanya perhatikan.
Mereka pernah membayangkan soal melompat dari ketinggian, yaitu soal percobaan bunuh diri mereka.
"Kamu bisa berenang?" tanya Lucas akhirnya, menatap Cinta yang balik menatapnya.
"Bisa, tapi tau deh sekarang masih bisa atau enggak." Karena sudah cukup lama dia tak berenang. "Kamu mau berenang? Emang bawa baju ganti?"
"Kalau pakaian sih, ada di villa, kita tinggal ke sana aja dan kamu bisa minjem pakaianku. Mau berenang gak?" tawar Lucas.
"Sure." Kedengarannya menyenangkan, jadi Cinta pun setuju, kini mereka naik berdua ke tebing yang lumayan tinggi tetapi masih cukup aman untuk melompat. Tampak di bawah, jernih dan indah.
"Ayo kita lompat sama-sama." Lucas memegang erat tangan Cinta.
"Oke ...." Keduanya kini mengumpulkan segenap keberanian masing-masing, sebelum akhirnya.
"Lompat!" Keduanya melompat bersamaan dan pegangan terlepas, Cinta dan Lucas bisa merasakan sejenak mereka agak melayang di udara, tekanan cukup kuat, sebelum akhirnya masuk ke air, membuat riakan cukup keras dan kulit-kulit mereka merasakan hempasan kuat serta hawa-hawa dingin yang khas. Segar dan menenangkan.
Cinta tertawa keluar dari air, ia masih bisa berenang tampaknya, kini ia menggerakan tubuhnya dan menatap sekitaran dengan senyuman bahagia, ia ingat pernah melakukan ini bersama sang ibu. Betapa bahagianya ia saat itu. Disugarnya rambut panjangnya ke belakang sebelum akhirnya menatap sekitaran.
"Luke!" panggilnya, tersenyum, tetapi kemudian senyumnya memudar dan terganti keheranan karena tak menemukan Lucas di sekitarnya. "Luke? Kamu di mana?" tanya Cinta heran.
Dan Cinta memekik kala seseorang menepuk bahunya, Cinta menoleh dan menemukan Lucas ada di belakangnya, tertawa. "Ih ngagetin aja kamu!" Ia memukul pelan Lucas.
"Maaf, maaf, aku tadi kesusahan naik." Mendengarnya, Cinta terkejut. "Aku gak bisa berenang, hehe."
"Luke! Gila ya kamu! Mau bunuh diri?!" Jelas kaget akan ungkapan itu, jika tidak bisa berenang bisa saja Lucas malah tenggelam karena melompat dari ketinggian tadi! Airnya juga cukup dalam lho. Meski banyak orang, tetap saja itu hal berbahaya.
Wajah Cinta mengesal, tetapi Lucas tampak tersenyum saja.
"Maaf, tapi aku pengen aja nyoba loncat kek tadi." Lucas tertawa dan Cinta masih dongkol, wanita itu sama sekali tak menjawabnya dan wajah Lucas seketika menyesal. "Maaf."
Cinta masih tak menjawab, ia menyeret Lucas agar mengikutinya ke pinggiran, dan mereka pun segera naik dari air. Wajah Cinta masih kesal ketika keduanya masih berhadap-hadapan.
"Aku gak bermaksud begitu, Ta. Aku cuman penasaran aja ...." Lucas berusaha menjelaskan pada wanita yang ngambek itu. "Maafin aku." Wajah Lucas memelas dengan sendunya.
Melihat ekspresi manis pria itu, Cinta menghela napas berusaha sabar, untung ada dirinya yang bisa mengamankan Lucas sekarang. Ia tak mengatakannya, tetapi Cinta masih merasa Lucas terbayang-bayangi perasaan tentang Karen, dan Cinta di sini dibayar untuk mengeluarkan Lucas dari lingkaran setan itu.
Jika dengan silent treatment, jelas tak akan menyelesaikan masalah.
"Ayo kita ke villa aja," ajak Cinta, tersenyum simpul.
"Kamu maafin aku kan? Sungguh, aku gak mau bunuh diri, Ta. Cuman iseng aja." Iseng iseng, Cinta mau menjitak Lucas rasanya, tetapi ia berusaha sabar.
"Hm iya. Ayo ke sana."
"Oh aku mau pesen barbeque juga, kita pesta barbeque, terus bermalem di villa aja, gimana?"
"Oke, kelihatannya seru. Ayo." Lucas tersenyum semringah, dua insan yang basah kuyup itu mulai berjalan menuju mobil Lucas untuk mengambil beberapa barang mereka sebelum akhirnya menuju villa dan seperti biasa, disambut Mamang.
Mereka segera membersihkan diri sebelum akhirnya menyiapkan malam ini, pesta bakar-bakaran. Mamang yang bertugas membakar, dia juga membawa seorang remaja perempuan yang katanya anak perempuannya. Melihat itu, Cinta jadi nostalgia soal ibunya dan dia.
Mereka selalu bersama, sungguh ....
Sampai tragedi itu terpaksa memisahkan mereka.
"Anak saya bukan pencuri!" Teriakan pembelaan ibunya, yang memeluk Cinta yang menangis dengan erat di hadapan beberapa orang dengan penampilan modis, mereka para orang kaya.
"Bisa Anda jelaskan, bagaimana gelang anak saya bisa sama dia?" Cinta menatap wanita dewasa itu yang memperlihatkan gelang emas bermata berlian, katanya, di tangan. Cinta menggeleng. "Sudahlah, jangan membantah, buktinya sudah jelas."
Cinta menggeleng tak terima. "Saya enggak nyuri! Saya enggak nyuri!" teriak Cinta tak terima karena memang dia tak pernah ingat pernah menganbil benda itu dari seorang anak perempuan ... anak perempuan cantik yang tersenyum bengis padanya penuh kemenangan.
"Jangan sok gak ngaku deh lo! Maling ya maling aja!" Anak itu menodong dan semakin Cinta membela dirinya, semakin ibunya berusaha melindunginya, semuanya semakin rumit.
Terlebih, Cinta diseret di meja hukum.
Ibunya sempat tak terima, ingin menggantikan Cinta menjadi yang masuk penjara, tetapi sayangnya belum melakukan itu ... Ibunya malah jatuh, meninggal dunia karena serangan jantung, karena bekerja sangat berat untuk membayar denda yang ada.
Tak ada keringanan untuk rakyat kecil, meski banyak insan yang mengibainya, uang selalu berbicara.
"Mampus maling, masuk penjara, jadi yatim piatu! Mampus!"
Anak itu ....
Cinta tersentak kala seseorang memegang bahunya, tersadar dari ingatan masa lalunya yang lumayan menggoncang jiwa. "Ta, kok bengong? Nih udah pada mateng." Lucas memakan sosis yang ada di tangannya dengan lahap. "Mikirin apa?"
"Huh, gak ada, gak mikirin apa-apa." Cinta mengambil sosis yang sama seperti Lucas, dan mulai memakan ujungnya sedikit, pria itu masih memperhatikan wajah Cinta yang ... agaknya sendu.
"Ta, kalau ada apa-apa cerita aja sih, kan kita sahabat, aku aja sering cerita sama kamu kan? Kamu sering bantu aku, aku pun mau bantu kamu."
Mendengar itu, Cinta agak terkejut. "Um ... keknya itu Luke ...." Cinta ingat dia dibayar untuk melakukan ini, apa perlu timbal balik padahal memang sudah seharusnya tugas Cinta, Lucas membayarnya cukup mahal lho.
"Ta, kita ini sahabatan, lupa? Dan kamu tau gimana orang sahabatan?" Cinta terdiam, Lucas benar, tetapi apa benar kalau harus menyelesaikan masalahnya yang sepertinya tak berguna juga.
Namun kalau dipikir-pikir, tidak ada salahnya sih jujur, meski agak sakit hati tetapi ... mungkin saja.
"Keinget soal aku dan ibuku aja." Cinta menggedikan bahu acuh tak acuh. "Kamu tau kan, aku pernah masuk penjara karena mencuri?"
"Ralat, dituduh mencuri." Lucas meralat, dan Cinta mengerutkan kening. "Karena aku yakin kamu gak lakuin itu, Ta."
BERSAMBUNG ....
•••
Cerita An Urie yang lain bisa kalian temukan di
Karyakarsa: anurie
Playstore: An Urie
KAMU SEDANG MEMBACA
BOSKU SAYANG, BOSKU SIALAN! [B.U. Series - L]
Romance21+ Hidup bersama seorang bos tampan, kharismatik, dan jelas sultan, mau? Tapi kalau sifatnya narsis, gaje, plus kekanak-kanakan tak sesuai wajahnya, gimana?