Sore ini Pasta berada dirumah Loey- sedang membuat kue bersama Maria, alias Maminya Loey. Beberapa menit yang lalu Pasta diantarkan oleh Babanya ke rumah Loey karena sang Baba ada urusan bersama Papinya Loey.
Biasa, kedua bapak-bapak itu akan nongkrong ditempat mancing sembari memancing ikan ditemani secangkir kopi hitam dan sebungkus rokok. Jadi ya sekalian menjemput papinya Loey, Babanya menitipkan ia dirumah besar ini.
Keduanya sibuk bercerita dan menikmati time girls yang biasa mereka lakukan. Memang, Maria ini tipe ibu-ibu yang asik diajak ngalor ngidul dan ibu mertua idaman para gadis.
Tidak terasa sore digantikan oleh gelapnya malam, pukul setengah tujuh malam Babanya belum juga datang menjemputnya untuk pulang. Katanya sih masih ditempat tongkrongan karena ada acara reuni dadakan.
Pasta dan Maria pun kembali disibukan menyiapkan makan malam. Saat sedang menunggu makanan siap, tiba-tiba suara derungan motor terdengar. Sepertinya Loey sudah pulang.
Entah kenapa, Pasta merasakan debaran yang cukup membuatnya tak nyaman dan gugup. Pasta berusaha menyibukan dirinya dengan mengecek kematangan ayam goreng.
"Mami, Loey pulang..." Pasta dan Maria serempak menoleh kebelakang ketika Loey datang ke dapur. Secara langsung tatapan mata Loey dan Pasta bertemu, Loey tampak terkejut akan kehadirannya.
Loey mendekat dan meraih tangan maminya untuk ia salimi. Setelahnya tangan Loey terulur untuk mencubit pipi Pasta sebentar. Pasta membuang wajahnya, malu untuk menatap Loey. Tapi tiba-tiba matanya tidak sengaja melihat kehadiran seorang gadis cantik yang berdiri tidak jauh dari tempat mereka.
"Eh ada nak Winy ternyata," Maria tergopoh-gopoh menghampiri gadis bernama Winy itu. Dari perkiraan Pasta, sepertinya Maria dan Winy sudah cukup akrab. Terbukti dari interaksi mereka yang Pasta lihat.
"Loey gak bilang loh kalau kamu mau ikut, tahu gitu mami masakin makanan kesukaan kamu sayang." Kata-kata Maria itu berhasil menusuk Pasta diam-diam.
Pasta tiba-tiba merasakan nyeri dihatinya. Oh, Pasta mengerti sekarang. Keadaan diantara Loey dan Pasta semakin canggung saja. Loey beberapa kali melihat kearah Pasta yang diam membisu, Loey bisa menebak jika Pasta sedang tidak baik-baik saja.
"Pasta-" Loey mengatupkan bibirnya ketika Pasta meliriknya sekilas dan kembali melanjutkan kegiatan menggorengnya yang hampir selesai.
"Ini Pasta sama Winy udah kenalan belum?" tanya Maria setelah Pasta menyimpan sepiring ayam goreng di meja makan.
Pasta tersenyum kecil, sementara Winy menggeleng. "Hai, Pasta. Gue Winy, temen kelompoknya Loey." Winy mengulurkan tangannya lebih dulu dengan senyuman cantiknya.
Pasta membalas uluran tangan tersebut dengan wajah yang dibuat seramah mungkin. "Pasta, salam kenal."
"Loey tuh sering loh ngajakin Winy kesini, tapi belum dikenalin juga ya sama kamu?" tanya Maria, dan Pasta hanya mengangguk dengan senyuman paksanya.
Oh, oke.
Melihat kedekatan antara Winy dan Maria, serta melihat tangan Winy yang melingkar dilengan Loey sudah lebih dari cukup membuatnya kepanasan.
Maka Pasta menyalahkan AC dapur yang mati, yang membuatnya panas ditempat.
"Yuk makan bareng, ini semua masakan Pasta loh. Winy, kamu harus coba. Masakannya enak banget tahu." Kata Maria menarikkan kursi untuk Winy.
Sambil duduk, Winy terlihat semangat melihat setiap menu makan malam buatan Pasta. "Oh ya? Sekali-kali bisa dong ajarin masak."
Pasta memaksakan senyumnya, "boleh."
Tidak berlangsung lama, bahkan Pasta masih berdiri, suara dua pria dewasa terdengar. Ternyata itu Babanya dan Papinya Loey. "Waduh, ini sudah ramai, Papi ketinggalan gak nih?" tanya Sandi, papinya Loey.
"Enggak kok, ini baru mau makan kok Pi." Sahut Maria.
"Ya sudah, kalau begitu langsung makan saja ya Mas Bro." Ucapnya mengajak Gabriel makan bersama.
"Oh makasih, tapi kayaknya mau pulang saja. Tadi ada janji dengan Pasta mau makan malam bersama diluar." Tolaknya merangkul Pasta yang sudah berada didekatnya.
"Sayang sekali, Riel. Padahal ini semua masakan Pasta loh, kenapa gak makan disini aja? Kita makan bareng-bareng," bujuk Maria.
Gabriel menunduk menatap putrinya dahulu, tapi Pasta terlihat tidak nyaman, dan Gabriel mengerti. Laki-laki itu tersenyum setelah melihat keberadaan Loey dengan gadis cantik seumuran Pasta. "Tidak apa-apa, lagian anaknya lagi manja banget nih, biasa kalau sakit manjanya gak ketulungan. Nanti ngambek kalau gak diturutin," katanya sembari memainkan pipi kiri putrinya.
Maria dan Sandi tertawa, Loey hanya diam ketika mengetahui jika Pasta sedang sakit, sesibuk itukah ia sampai tak tahu jika gadisnya sakit?
Sementara Winy tersenyum kecil melihat interaksi ayah dan anak itu. "Yaudah kalau Pastanya mau makan diluar gak apa-apa, tapi inget ya habis makan nanti jangan lupa minum obat, istirahat yang cukup. Badan kamu tuh panas, nanti sakitnya lanjut lagi. Udah gitu kan tadi kamu kan kecapean bantuin mami masak." Ujar Maria perhatian.
Pasta mengangguk pasti, "ayo Ba... aku mau pulang." Bisiknya pelan.
Gabriel mengangguk, "Kalau begitu, kita pamit ya. Loey, Mas Bro, Maria, duluan ya." Katanya berpamitan. Yang langsung diantar sampai diluar oleh penghuni rumah.
Pasta pergi, bahkan sebelum Loey menjelaskan apapun. Pasta pun segan untuk menyapanya tadi. Loey menghela napasnya pelan, kini Loey dilanda perasaan tak nyaman. "Maaf, Pasta. Aku jelasin nanti, aku janji." Batinnya.
.
.
Tbc
Papi Sandi, dan Mami Maria
KAMU SEDANG MEMBACA
Pasta Effect
Teen Fiction[Chanrosè | AU | Lokal, romance] Pasta itu bikin mabok, efek sosok Pasta Roselle mampu menjungkir balikan dunia Loey si cowok narsis dengan kepercayaan dirinya yang sungguh tinggi.