2. EXTRA PART MKI

50 10 6
                                    

Hai hai.

Vote

Vote

Vote

Vote sekarang.

Coment, share.

Dah.

*****

"Muka lo pucat banget belakangan ini. Kenapa lo?" Dava memperhatikan wajah Sandi. Pucat. Sepertinya lelaki itu sedang sakit.

"Gak kenapa kenapa. Gue lupa pake lip balm tadi. Fifa udah pergi duluan," jawab Sandi.

"Lo kalau ada apa apa cerita, muka lo udah pucat banget itu, gak mungkin cuman karena lo lupa pake lip balm," Esa menyahut. Wajah pucat itu, mengingat kan Dava saat Syera berada di rumah sakit dulunya.

"San? Lo gak akan tinggalin gue kan?! Awas lo ya!! Temen gesrek gue gak ada lagi nanti," Rafa memegang kedua bahu Sandi.

"Iya elah." Sandi menepis tangan Rafa. "Heboh banget lo!! Gue belum mau nyusul Ily, meski gue kangen brutal sama dia!!"

"Anjir kan kami takut, bukan masalah apa, muka lo udah kayak mayat hidup gila," ujar Lina.

Sandi tertawa kecil. Namun mengapa tawa itu beda seperti tawa nya yang biasa. Esa yang melihat perbedaan Sandi pun mengerutkan kening nya bingung. Diam diam, Esa membuka handphone nya dan mengabari seseorang.

Lina melirik ke arah Dava. Begitu pun sebaliknya. Ada yang aneh, namun tidak ada yang mengakui.

"Lo gak lagi nyembunyiin sesuatu dari kami kan?" Iqbaal menaikkan satu alisnya.

"Aneh lo San, lo ada rahasia sama kami?" tanya Gala yang bahkan Sandi saja belum menjawab Iqbaal.

"Gak ada yang harus gue sembunyiin," ujar Sandi.

"Alah bacot, Rafa dulu juga ngomong gitu, tau tau anak penyakitan," sarkas Semesta tak memikirkan apa pun.

"Anjing, anak penyakitan gini udah sembuh ya!!" Rafa melirik sinis ke arah Semesta.

"Bacot banget lo semua!!"

******

"Ngomong ngomong cita cita lo semua apa?" Risa menatap ke arah 13 teman nya.

"Gue sih pengen nya jadi psikolog," jawab Lina.

"Kalau ada Semesta pasti dia jawab, 'Gue mau jadi pasien nya' ketebak banget jawaban nya gitu," sahut Rafa. "Kalau gue sih pengen nya jadi pilot,"

"Gue pengen nya sih jadi dokter!! Kan hebat bisa sembuhin banyak orang!! Serasa pahlawan," Sandi tertawa kecil membayangkan dirinya memakai jas berwarna putih.

"Lo mau nyembuhin apa di sembuh kan?" Dava menaikkan satu alisnya.

"Maksudnya?" Kaysah mengerutkan kening nya bingung.

Dava memukul kening nya, bodohnya dia lupa akan sesuatu. Untuk mengurangi gugup nya, lelaki itu lebih memilih minum air es yang berada di depan nya.

"ITU AIR ES GUE THEO DAVA!!" teriak Mawar membuat Dava terkejut hingga air es itu tumpah ke baju nya.

"Sialan lo War," Alika menutup kedua telinga nya.

"Emang lo hobi banget ya War, teriak teriak. Lo gak takut suara lo habis?" Choi mendengus kesal lantaran hp nya hampir jatuh karena ia terkejut.

"Suara teriakan lo bagus Maw, kalau di masjid gak perlu payah beli toa," ujar Nabila.

"Tidak mendukung kegalauan teriakan nya," Bila tertawa kecil.

Misteri Kelas Itu 2(Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang