Chapter (01) Dadakan

7.3K 381 9
                                    

Seperti hari-hari biasanya, Jaemin menyibukkan dirinya di salah satu studio miliknya. Setelah lulus kuliah setahun yang lalu, Jaemin kembali menekuni minatnya dibidang fotografi, kini Jaemin sudah memiliki total lima studio.

Padahal menilik dari jurusan semasa kuliah, Jaemin malah mengambil jurusan ekonomi dan bisnis sebagaimana ia seolah akan melanjutkan bisnis keluarga. Tapi bagi Jaemin, jika ada seseorang yang memiliki minat akan bisnis keluarga, kenapa pula harus dia juga ikut melanjutkan?

Hari ini Jaemin memiliki semangat penuh menunggu klien yang tidak terduga. Studio yang terkenal akan hasil jepretan kamera yang apik untuk mengabadikan momen sakral bagi pasangan yang akan mengucap sumpah pernikahan. Terlebih lagi dia adalah orang yang berjuang bersamanya melewati suka duka dunia perkuliahan, walaupun kabar itu mendadak ia dapatkan tadi malam.

Tidak lama yang ditunggu telah menampakkan batang hidungnya, seolah tidak sabar untuk pengabadian momen sakral tersebut. Namun, ada sesuatu yang janggal, siapa pasangannya? Kenapa dia sendiri? Untuk apa setelan formal yang senada dengan yang dia kenakan diulurkan kearah dirinya?

"Na Jaemin, aku tahu ini mendadak, aku tahu ini tidak masuk akal, tapi aku benar-benar meminta bantuan mu untuk yang terakhir kalinya, aku Lee Jeno memohon untuk menjadikan kamu Na Jaemin sebagai pasangan hidupku."

Kata demi kata yang keluar dari mulut teman seperjuangannya itu, Jaemin mendadak mendapat serangan tak kasat mata tepat di jantungnya. Ia berdetak tanpa alasan yang jelas. Mata penuh tanda tanya itu bergulir melirik sebuah kotak yang berisikan cincin tampak berkilau dihadapannya. Sebuah cincin untuk mengikat dirinya, dan menjadikan dirinya sebagai pasangan yang meminta.

"Aku tidak tahu apa maksudmu, tetapi pernikahan, apa ini cuma sandiwara, sebagaimana keluargamu?"

Helaan nafas terdengar kasar ditelinga Jaemin. Temannya ini terlihat sangat frustasi. Ada apa? Apakah keluarga kaya itu membuat ahli waris harus melakukan sesuatu tidak masuk akal? Jaemin tahu seperti apa keluarga Jeno, sangat tahu. Mereka begitu mengerikan layaknya predator.

"Appa telah memutuskan untuk pensiun dalam waktu dekat. Itulah kenapa aku sebagai cucu, anak pertama, seperti posisi appa, aku harus segera mengambil alih urusan binis keluarga. Seperti drama yang kamu tahu soal keluargaku, ada syarat untuk mengambil alih posisi pewaris. Menikah, dan memberikan keturunan sebagai ahli waris selanjutnya. Tapi, sejauh ini aku tidak mempunyai calon yang aku percayai untuk posisi pasangan ahli waris, tidak selama dia tidak memahami seperti apa keluargaku. Hanya kamu Jaemin, aku yakin kamu bisa menghadapi mereka. Kamu bisa menjadi orang paling jahat sejauh yang aku ingat."

"Kenapa harus aku Lee Jeno?! Banyak orang lain yang memiliki sifat jahat seperti katamu itu."

"Cerewet mu sudah sangat cukup."

"Bagaimana kalau aku dipanggang oleh keluargamu?"

"Memangnya kamu mau?"

"Yang benar saja. Mereka pikir mereka siapa, cih!"

"Nah."

"..."

Kini Jaemin yang menghela nafas. Apakah harus? Apa tindakan gegabah ini tidak akan merugikan?

"Dengar, aku bisa saja membantumu. Tapi, aku akan mengajukan surat perjanjian pranikah."

"Tentu, apapun yang kamu mau."

"Jadi, kapan pernikahannya?"

"Sore ini."

"Hah?!"

Boleh kan Jaemin melempar bom ke atas kepala Jeno sekarang!

---^

Jaemin duduk disamping Jeno yang tengah menyetir. Setelah mempersiapkan diri ditempat yang sudah keluarga Jeno siapkan, dan tentunya tempat langganan keluarga Jeno untuk urusan pernikahan, tempat yang akan menguras uang lebih banyak untuk mendapatkan hasil yang memuaskan. Jujur saja Jaemin merasa puas. Walaupun pernikahan ini dadakan mungkin Jaemin tidak akan merasa rugi akan pernikahan impiannya yang bergelimang kemewahan.

Iringan mobil yang membawa Jeno serta Jaemin ke tempat pernikahan berlangsung, kini membelah jalanan yang sedikit banyak menarik perhatian orang-orang yang melihat.

"Baba, mama, dan kakak ipar sudah sampai." Jeno memecah keheningan yang terjadi beberapa saat.

"Setelah ini, kita harus menghadap baba tentunya. Aku harap kamu, yang akan menyandang gelar suamiku Jeno, bisa menyakinkan baba untuk tidak memisahkan kita dari pernikahan yang bahkan belum seumur jagung."

Jeno terkekeh pelan mengingat hal itu. Bagaimana tidak, bagaimana seharusnya orang tua akan bersikap, anak yang dia besarkan dengan kasih sayang tiba-tiba saja dipinta darinya tanpa kejelasan yang pasti, dan dadakan tentunya.

"Aku akan menjelaskan hingga baba yakin dan mempercayaiku untuk menjaga, membahagiakan putra tersayangnya ini."

"Kurasa keluargamu tidak sebodoh itu mencari perkara dengan keluargaku, Jen."

"Ya, jika otak mereka tidak hanya terisi oleh ambisi untuk merebut hak orang lain."

"Jeno, kamu harus bisa menjagaku dari mereka, aku ini bahkan tidak tega untuk hanya membunuh seekor semut."

"Tanpa kamu minta, aku akan melindungi mu dari mereka." Jeno mengulurkan tangannya meraih tangan Jaemin yang terkulai diatas pahanya. Menarik tangan itu kemudian membubuhkan kecupan ringan diatasnya.

---^

Mobil terparkir menempati posisi seperti yang lainnya. Tamu sudah banyak, sudah sangat ramai padahal acara akan berlangsung sekitar dua jam lagi. Dirasa mereka terlalu penasaran pasangan seperti apa yang akan bersanding dengan Ahli Waris Keluarga Lee bagian dari mereka pembisnis besar.

Lee Jeno yang dikenal ramah, dekat dengan siapapun yang menawarkan diri mendekati dirinya dalam arti lebih namun tetap pada batasnya. Siapakah diantara mereka yang akhirnya dipilih oleh Lee Jeno?

Undangan terlihat mewah dan berkelas itu tidak tertera nama pasangan ahli waris Lee. Tampak rahasia, tampak begitu akan mengejutkan banyak orang nanti. Ya tentu keluarga Lee akan berbagi keterkejutan itu sebentar lagi.

Menggandeng Jaemin, Jeno melewati jalan samping khusus bagi keluarga menuju ruangan dimana keluarga inti tengah berkumpul sekarang. Pintu ruangan terbuka, Jeno bisa melihat pemandangan dengan aura sedikit menegangkan. Orang-orang berpakaian formal khas bodyguard tidak luput membuat aura semakin menegangkan didalam ruangan besar itu.

Mereka berdua masuk disambut dengan hangat oleh kedua belah pihak keluarga. Jeno dan Jaemin duduk diseberang kursi, memancarkan aura bahagia yang mampu menutup perkataan yang mungkin menyurutkan kebahagiaan keduanya. Dibalik obrolan ringan kedua keluarga untuk pertama kali bertukar sapa ini, seseorang tampak dengan aura peringatan menguar tanpa bisa dicegah. Matanya menilik satu persatu pihak calon besan, tatapan memperingati bahwa siapa yang berani menyentuh hingga menenggelamkan orang terkasihnya, kalian pun mendapatkan ganjaran yang sama.

Putra sulung Nakamoto, tidak perlu memasang sandiwara seperti Kedua orangtunya. Dia tidak suka. Dia harus memberikan kesan terbaik untuk yang menyembunyikan niat terselubung. Mereka tidak berhak meletakkan tangan penuh kotoran itu kepada sang adik. Suka tidak suka, mereka harus menerima.

"Nakamoto Jaemin"

"Iya, Kakak?"

"Kalau rumah barumu tidak senyaman rumah lamamu, maka hancurkan saja." Nakamoto Renjun, si sulung Nakamoto yang blak-blakan.

Senyum Jaemin merekah, nasehat yang sangat bagus untuknya. Bagaimana melihat orang-orang tersentak akan sindiran tanpa filter itu. Hancurkan? Tidak masalah. Mari gunakan otak untuk bekerja setelah lumayan lama istirahat.

---^

Note

Aku udah bilang cerita ini cuma mau titip aja, jadi beberapa chapter bakal update di platform lain. Bagi yang mau baca ya silahkan baca. Aku benar-benar gak maksa. Dan juga aku gak janji bakal fokus ke cerita ini karena apa ya, aku tu lagi masuk ke sistem labil hihihi... Suka bikin cerita hanya dengan ide secuil.

Mohon dibaca note dengan teliti.

Terima kasih.

💚

Peran Antagonis (nomin)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang