Chapter (04) Sesi Kedua

2.7K 248 4
                                    

Bayangkan ketika kalian bangun dan kalian ingat kalau kalian ternyata sudah menikah sama teman kalian sendiri, wah .... Rasanya tidak menentu. Ada senang, deg-degan, tidak percaya, dan masih banyak lagi, pokoknya campur aduk. Mana kalian tahu baik buruk serta kebiasaannya, duh makin deg-degan.

Membuka mata lebih dulu membuat Jaemin melototi wajah temannya yang sudah menyandang gelar suaminya itu. Dulu Jaemin cuma sebatas mengagumi wajah tampan temannya ini tanpa berani menatap lebih lama, maklum ya takut terbawa perasaan. Tapi sekarang lihatlah, mau Jaemin cubit juga itu pipi Jeno ya bisa saja Jaemin lakukan.

Tapi ada suatu hal yang membuat Jaemin memerah saat ini. Mengingat detail kejadian semalam wah .... Malunya luar biasa. Bagaimana dirinya mengangkang lebar dan menikmati setiap tusukan-- ah jangan dibahas! Cukup saja rasa malu yang sekarang dirasakan.

"Kamu sudah bangun." Suara serat Jeno membuyarkan gejolak batin Jaemin.

Jeno beringsut lebih mendekati Jaemin lalu kedua lengan kekar itu menarik tubuh Jaemin kedalam dekapannya dan menenggelamkan wajahnya di dada Jaemin. "Tidurlah lagi sebentar, kamu pasti masih lelah." Gumam Jeno pelan sebelum dia kembali menyelami ke alam mimpi.

Merasakan kenyamanan dari pelukan Jeno lama kelamaan Jaemin tidak sadar juga ikut kembali memejamkan matanya. Entah berapa lama Jaemin kembali tidur, tapi ketika matanya terbuka Jaemin melihat matahari diluar sana sudah meninggi. Melihat orang dihadapannya tidak ada membuat kepala Jaemin menoleh memperhatikan sekitar.

"Aku disini." Jeno yang tidak sengaja melihat Jaemin seperti orang bingung membuka suara. Kemudian pandangan keduanya bertemu membuat Jaemin ngangguk mengerti.

Jaemin yang tadinya ingin menegakkan tubuhnya seketika berhenti. Seperti ada yang menahan, tubuhnya terasa kaku.

Begitupun ketika Jeno mengerti, lalu memutuskan menghampiri istrinya itu. Begini-begini Jeno orang yang sangat peka. Cocok banget disebut suami idaman.

"Mandi, mau?"

"Hm, boleh." Tanpa pikir panjang Jaemin menyetujui.

"Jangan terlalu banyak gerak dulu kalau masih sakit."

Jaemin yang diam saja ketika tubuhnya terangkat kini dalam gendongan suaminya itu. Tapi kemudian Jaemin mendapatkan tatapan bertanya dari suaminya dengan selimut yang ikut naik diatas tubuhnya.

"Aku malu." Jaemin memberikan jawaban.

"Lepas saja, aku tidak akan lihat." Jeno menatap Jaemin sungguh-sungguh.

Ketika Jaemin menjatuhkan selimut dari tubuhnya, Jeno langsung merapat bagian depan tubuh Jaemin hingga merapat ke tubuhnya membuat tubuh bagian depan Jaemin tidak terlihat oleh matanya.

Sampai kamar mandi Jeno menurunkan Jaemin perlahan. Masih memeluk tubuh Jaemin yang sepertinya sedang cosplay seperti jelly.

"Kenapa kaku sekali?"

"Apanya?"

"Kakiku. Rasanya susah dirapatkan." Adu Jaemin dengan suara seperti rengekan anak kecil.

"Apa kita periksa saja?"

Jaemin menggeleng, "kurasa karena terlalu lama membuka kaki semalam. Tidak perlu ke dokter segala."

Jeno ngangguk mengerti. "Kamu berendam dengan air hangat saja ya... Biar tubuh kamu rileks. Semalam aku sudah membersihkan jadi tidak perlu repot-repot lagi."

"Oke ...."

Menuntun Jaemin masuk kedalam bathtub, lalu menyalakan air hangat, hingga menyalakan lilin aromaterapi, barulah Jeno keluar kamar mandi menyiapkan keperluan Jaemin lainnya.

Peran Antagonis (nomin)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang